Mohon tunggu...
Figo PAROJI
Figo PAROJI Mohon Tunggu... Buruh - Lahir di Malang 21 Juni ...... Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali ke Tanah Air tercinta.

Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali menetap di Tanah Air tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Inilah Rumah Orang Kaya Itu

21 Mei 2016   20:25 Diperbarui: 5 Juli 2018   23:01 158426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Pak Salim //foto: dokumen WAPRI

Padahal, di zaman sekarang banyak orang yang entah sadar atau tidak, sengaja me-miskin-kan dirinya demi sebuah nafsu dan ambisi. Hilang malu dan nurani. Sukanya menerima tetapi enggan memberi!

Ya, di rumah kecil berdinding bambu dan berlantaikan tanah tersebut hidup seorang Pak Salim yang 'kaya'. Dengan mempertebal iman dan tak banyak keinginan, Pak Salim mampu hidup dengan damai dan nyaman dalam kesederhanaan. Bahkan, nuraninya mampu melihat bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang hidupnya jauh lebih memprihatinkan.  

Tulisan ini tidak ada maksud dan tujuan apa-apa selain sebagai sebuah perenungan bahwa ketenteraman hidup tidak semata-mata ditentukan oleh harta dan tahta. 

Tulisan ini juga ungkapan sebuah fakta betapa sangat kontras dan begitu lebarnya gap kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya di negeri tercinta Indonesia. 

Kehidupan Pak Salim yang lugu, polos dan sederhana bertolak belakang dengan moral (sebagian) oknum penguasa yang masih sering bermain-main dengan uang haram yang taruhannya tidak sekadar rompi oranye KPK, tetapi juga harga diri di mata masyarakat serta pertanggung jawaban perbuatannya kelak di hadapan Tuhan. Meski sebenarnya mereka sudah kaya dan berlimpah harta.

Ya, di rumah kecil berdinding bambu dan berlantaikan tanah tersebut hidup seorang Pak Salim yang 'kaya'. Menolak pemberian bukan karena kesombongan tetapi merasa cukup dan bersyukur. Nuraninya mampu melihat bahwa di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang lebih memerlukan uluran tangan.

salahsatu aktivis WAPRI ketika berkunjung ke rumah Pak Salim // foto: dokumen WAPRI
salahsatu aktivis WAPRI ketika berkunjung ke rumah Pak Salim // foto: dokumen WAPRI
.....................

sumber: Wajah Pribumi Solidarity [Ahmad Arif Affandi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun