Mohon tunggu...
Fifkaindi Fifkaindi
Fifkaindi Fifkaindi Mohon Tunggu... Wiraswasta - karyawan swasta

blogger minati IT dan buku

Selanjutnya

Tutup

Money

You Are How Your Website Is

5 November 2014   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:34 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah mengapa pada 30 Oktober malam tiba-tiba saya memutuskan memilih layanan JNE Shipping OKE. Waktu itu saya beli buku senilai 550 ribu di sebuah toko buku online di Jakarta. Toko online ini menawarkan pelbagai pilihan jasa antar barang. JNE berada di urutan teratas dari beberapa layanan antar barang yang ditawarkan toko tadi. “Tumben murah,” batin saya sambil mengklik, memilih layanan JNE.

Jujur saja, saya sempat pesimis. Tapi hati saya berkata lain: Jakarta-Surabaya adalah kota besar. Untuk pengiriman antarkota tadi seharusnya lancar jaya. Alamat kantor saya juga mudah dijauh dan cukup familiar bagi masyarakat sekitar. Apalagi JNE menawarkan ongkos kirim paling bersahabat buat kantong saya.

Senin, 3 November. Saya mulai cemas: kok buku saya belum datang. Sampai siang hari, pak satpam tidak juga menelepon ke ruangan saya. Tanpa membuang waktu saya pun mengemail penjual buku: mas, bukunya sudah kirim? Keterlambatan pengiriman satu-dua hari apalagi satu pekan adalah masalah besar. Saya harus segera membaca buku-buku itu karena terlanjur mematok deadline kepada teman.

Menit demi menit bergulir. Menjelang shalat ashar, tiba-tiba juragan saya bilang: ada kiriman pos buat sampeyan. Alhamdulillah. “Yes!” teriak saya meluapkan kegembiraan. Akhirnya barang yang saya tunggu-tunggu datang juga. Terima kasih JNE.

Namun, kegembiraan saya tidak bertahan lama. Sehari setelah menerima kiriman buku tersebut, saya iseng mengunjungi website JNE. Saya tidak tahu domain resminya. Saya tanyakan Google dan muncullah: www.jne.co.id. Baguslah pakai co.id. Saya sepakat dengan Sigit Widodo, Ketua Pandi (Pengelola Nama Domain Indonesia) bahwa domain .id merupakan penguatan identitas si pemilik website itu orang Indonesia. Intinya semangat nasionalisme-lah.

Anehnya ketika saya mengklik link pengumuman Lomba 24 th JNE di Kompasiana, browser menggiring saya ke www.infojne.com. Mengapa dialihkan ke www.infojne.com? Mengapa tidak ke www.jne.co.id saja? Padahal dagian bawah halaman www.infojne.com juga menyuguhkan alamat www.jne.co.id. Saya jadi bingung. Sebenarnya domain resmi JNE itu www.infojne.com atau www.jne.co.id? Semoga bukan saya saja yang bingung.

Selain membingungkan, penggunaan dua domain akan memecah trafik kunjungan: satu trafik ke www.infojne.com dan trafik lain ke www.jne.co.id. Mengapa trafik kunjungan tidak diarahkan ke satu domain www.jne.co.id, misalnya? Bagi bisnis online, trafik adalah nyawa sebuah website. Trafik adalah berkah, iklan, uang, dan popularitas. Tapi sudahlah, JNE pasti mempunyai pertimbangan sendiri.

Kedua, URL (uniform resource locator). URL adalah alamat berkas (dokumen, gambar, suara atau video) di Internet. Di dunia nyata, URL tak ubahnya sebuah alamat rumah. Alamat rumah dapat memberi petunjuk apakah sebuah rumah berada di kawasan elit/kumuh, rawan kejahatan atau relatif aman.

Secara kasat mata website JNE (www.jne.co.id)---kalau ini domain resminya---baik-baik saja. Menu navigasi-nya to the point, ringkas, dan padat. Halaman depan---setelah saya telusuri ternyata tidak hanya di halaman depan tetapi hampir di semua halaman---menyuguhkan dua fitur penting yang dibutuhkan pengunjung: tracking dan tarif. Di samping itu, ‘papan pengumuman’ seputar kegiatan/agenda yang bertalian dengan JNE.

Namun ketika mengklik menu 03 NETWORK Our Networking, saya mendapati URL ini: http://www.jne.co.id/index.php?mib=propinsi&lang=IN. Ada yang salah dengan alamat ini? Tidak. Bagi pengunjung awam, URL tadi baik-baik saja. Tapi pengunjung yang melek IT akan mengerti bahwa index.php memberitahukan secara terang benderang bahwa website JNE menggunakan sebuah produk CMS (content management system). Membiarkan index.php tanpa menyuntingnya lebih lanjut sama artinya JNE membiarkan jendela rumah terbuka dan mempersilahkan orang asing masuk. Karakter index.php adalah panduan gratis buat tamu jahat mengobrak-abrik rumah www.jne.co.id.

Sialnya tidak semua hacker punya niat baik memberi tahu kita pintu, jendela atau pagar yang mana yang rentan pembobolan. Ada peretas jahat yang kemudian menyedot data-data penting lalu menjualnya kepada pesaing. Padahal, di dunia maya, data adalah harta karun paling berharga.

Selain dapat menjadi entry point serangan, URL di atas tidak mudah diingat dan tidak ringkas. Bandingkan bila URL tersebut diubah menjadi: http://www.jne.co.id/ournetworking. Mudah diingat dan lebih bermakna, bukan? URL kedua ini dijuluki clean URL atau user-friendly URL karena bersih dari karakter-karakter aneh dan lebih bersahabat bagi otak manusia. Di samping itu, meningkatkan visibilitas (visibility) website di hadapan mesin pencari semacam Google dan Yahoo. Itulah mengapa clean atau user-friendly URL kerap pula disebut SEO-friendly URL karena ia mudah dikenali dan memancing ‘perhatian’ mesin pencari.

Menyambut ulang tahun ke-24 ini, JNE seharusnya semakin care dengan websitenya. Bukan sekadar mengedepankan tampilan visual tetapi juga memperhatikan hal-hal berikut.

1. tetapkan domain resmi yang mencerminkan JNE secara utuh dan lengkap sebagai sebuah perusahaan berkelas---ingat dengan semboyannya: Express Across Nations. Pilih www.jne.co.id atau www.infojne.com. Kalau saya sih lebih sreg pilihan pertama karena domainnya to the point sedangkan pada domain kedua, nama JNE ‘tertutup’ kata info. Lagi pula banyak domain berawalan kata "info".

Berdasarkan hasil pencarian di Google pada 4 November 2014 pukul 10.10 BBWI, domain www.jne.co.id berada di urutan pertama sementara www.infojne.com di urutan keempat, kalah oleh dua website penyedia informasi tarif pengiriman barang/ekspedisi.

2. buatlah URL yang clean, user-friendly, dan SEO-friendly dan segera tambal security holes yang berpeluang menjadi pintu masuk peretas. Sekali website dibobol, jatuhlah kredibilitas perusahaan. Masih ingat kasus iCloud Apple akhir-akhir ini? Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Tim IT JNE segera meningkatkan keamanan websitenya.

3. Terus benahi content. Saat mengunjungi www.jne.co.id dalam bahasa English, saya mendapati menu BUSSINESS OPPORTUNITY menampilkan teks berbahasa Indonesia: SYARAT KEAGENAN CASH COUNTER JNE dan SYARAT PELANGGAN PERUSAHAAN. Parahnya lagi, ketika mengklik ikon SYARAT KEAGENAN CASH COUNTER JNE, saya dibawa ke halaman berbahasa Indonesia! Tampaknya website www.jne.co.id belum digarap tuntas dan tampil seadanya.

Ketika sudah meneriakkan semboyan Express Across Nations artinya JNE sudah menyiapkan diri bertarung di kancah global. Ketika memasuki pasar internasional, JNE semestinya sudah membereskan hal-hal kecil seperti yang saya jelaskan di atas. Pasalnya, bukan batu besar tetapi batu kerikil-lah yang membuat kita tersandung. Dan ingat baik-baik, you are how your website is.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun