Innalillahi wa inna ilaihi rojiun..
Kemarin, Selasa 5 Mei 2020 sekitar pukul 07:45 WIB, Indonesia berduka atas wafatnya Dionisius Prasetyo atau yang biasa dikenal dengan panggilan Didi Kempot. Â Wafat saat generasi millenial Indonesia lagi sayang-sayangnya, membuat nama Didi Kempot menjadi trending topik di social media.
Didi Kempot memang berhasil mengendap dalam hati semua generasi, baik yang remaja, yang muda, yang tua, yang sedang sendiri maupun yang sedang mendua. Lagu-lagu Didi Kempot seolah menjadi pelipur lara bagi mereka yang patah hati, ditinggal sendiri, juga bagi mereka yang merantau dan tak bisa kembali.
Karya-karya Didi Kempot mampu mengantarkan eksistensi Budaya Jawa kepada seluruh anak muda Indonesia. Bahkan, mereka yang tergabung dalam komunitas "Sobat Ambyar" telah mendaulat Didi Kempot sebagai "God Father of Broken Heart". Julukan ini bermula lantaran mereka menganggap lagu-lagu Didi Kempot bisa mewakili kondisi isi hati, cocok bagi mereka yang patah hati.
Padahal, dulu saya ingat betul, Ketika saya masih di Asrama Kampus sekitar tahun 2013-2014, mendengar dan menyayikan lagu Didi Kempot  seolah adalah hal yang Ndeso dan memalukan. Namun enam tahun cukup bagi Didi Kempot untuk menunjukkan bahwa karya-karyanya layak merasuk di semua jiwa.
Maestro campursari dalam lagu-lagu Didi Kempot membuat banyak orang tertarik dengan Budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah. Selain mampu untuk mengimbangi masyarakat yang dinamis, musik campursari juga merupakan inovasi. Perpaduan penggunaan alat musik tradisional dengan alat musik modern seperti keyboard, gitar dan bass elektrik. Maka demikian, jelas bahwa musik ini tergolong musik aliran alternatif karena memiliki sebuah aliran yang khas, yaitu perpaduan antara tradisi dan inovasi.
Satu hal yang saya yakini dari seorang Didi Kempot, bahwa ia telah tuntas dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa menulis lirik sebaik itu, jika suasana hatinya tidak sedang baik-baik saja. Bagaimana mungkin Didi Kempot bisa meniupkan jiwa-jiwa yang hampir mati karena patah hati, jika ia belum selesai melewati masa-masa itu sendiri.
Didi Kempot berhasil memberikan harapan baru bagi anak muda Indonesia. Bukan hanya soal cinta dan patah hati, Didi Kempot juga mengharapkan Indonesia yang kita cintai bersama selalu damai dan sejahtera. Lewat lagunya yang berjudul "Islam Nusantara", seakan membuat daftar lengkap alasan kenapa nama Didi Kempot selalu berkesan.
"Semoga pak de tenang di alam sana"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H