Mohon tunggu...
Fitri Handayani
Fitri Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Berhenti berfikir dari segi keterbatasan. Memulai dari segi kemungkinan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Bukan Kesalahan Tuhan

28 April 2017   17:51 Diperbarui: 28 April 2017   18:04 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bukan Kesalahan Tuhan"][/caption]

Mentari mengiri pagi dengan hangat dan penuh kelembutan. Udara rindang pepohonan selepas menepis embun meresap dalam tubuh seorang anak dan wanita tua yang sedang duduk di depan teras rumahnya beralas tikar.
“Huuahaha… huuuahaha… Lucuuu…” Udin tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk Bang Asep yang sedang mengendarai sepeda yang kebetulan lewat di depan rumahnya. “Dasar anak tidak waras.” Celoteh Bang Asep sambil melihat Udin yang sedang tertawa sendiri. Mamak Udin langsung memeluk Udin, tak terasa butiran air jatuh di pipinya yang keribut. “Ya Allah Gusti, kenapa dengan anak saya?” Gumannya dalam hati. “Udin, tidak boleh nakal, Udin tidak boleh seperti itu lagi sama orang ya!!!” Kata Mamak Udin dengan lembut sambil memeluk dan mengelus-ngelus rambut Udin. “Udin, tidak nakal Mak. Hehehehe…” Jawab Udin.
……..
Krekkkk!!!
Suara pintu terbuka terdengar kasar.
“Makkkkkkk, Makkkkkk, Huaaaaa, Huaaaa, Hikzzz, Hikzzzz, Udin diejek sama temen-temen Udinnnn.” Teriak Udin sambil mengusap air matanya mencari Mamaknya.
“Makkkk, hikz, hikzz, Udin diejek sama temen-temen Udin. Hikzz, hikzzz, hikzzz, temen-temen Udin gak mau main sama Udin.” Kata Udin dengan nada rendah sambil memeluk Mamaknya.
“Cupp cupp cuppp, sudahhh Udin jangan nangis, Udin anak Mamak yang paling Mamak sayang.” Kata Mamak Udin, lalu mengecup kening Udin.
……..
Sang mentari mulai terbenam di ufuk barat, meninggalkan semburat cahaya jingga yang meneduhkan mata. “Allahuakbar, Allahuakbar,……. Allahuakbar, Allahuakbar…..” Adzan magrib berkumandang menegur semua insan yang sedang dimabukkan dengan kenikmatan dunia untuk segera menyaut panggilan Sang Pencipta.
…….
Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar merdu di telinga para jamaah sholat magrib Masjid Nurul Huda Desa Pesisir Kabupaten Probolinggo.
“Hahahahahaaa, hahahahaaa”
“Hahahahahaaa, hahahahaaa”
“Kambingnya lucu………”
“Hahahahahaaa, hahahahaaa”
“Itu sawahnya hancurr”
“Hahahahahaaa, hahahahaaa”
“Kakak itu cantik bangetttt…”
“Assalamu’alaikum warohmatullah…” suara imam menutup sholat diikuti jamaah lainnya. Lalu melanjutkannya dengan dzikir dan doa. “Aaamiin” tutup doa imam sholat diikuti jamaah lainnya.
“Hayooo, siapa tadi itu yang tertawa?” Tanya imam sholat pada para jamaahnya.
“Udin Pak Ustadz.” Saut salah satu jamaah sholat.
Udin hanya diam dan menundukkan kepala. Mamak Udin pun menghampiri Udin dan memeluknya. “Maafkan Udin Pak Ustadz!” Kata Mamak Udin.
“Udin kenapa tadi ketawa?” Tanya Ustadz dengan suara lembut.
“Hikzz, Hikzz, U u u Udin tadi melihat kambing yang lucu di atas kepalanya Pak Somat”
“U u u Udin juga melihat sawahnya Pak Juki hancur di atas kepalanya sa sa-sama kakak cantik di atas kepalanya Abang Asep, hikz, hikz, hikzz”. Jawab Udin dengan suara tersendat-sendat.
“Allahhhh, Maha Suci Allah yang menciptakan makhluknya dengan segala kelebihan dan kekurangan. Jamaah yang di rahmati Allah. Ini adalah cara Allah menunjukkan kebesarannya dan sekaligus peringatan bagi kita semua. Sholat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam, mau tidak mau kita harus mengerjakannya, akan tetapi sholat tidak hanya sekedar sholat. Sholat membutuhkan konsentrasi dan kekhusyukan agar kita dapat mencapai apa tujuan dari sholat itu sendiri. Allah berfirman dalam Q.S Al Baqarah ayat 45-46 yang artinya Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. Allah menunjukkan kebesarannya melalui Udin, dia bisa melihat apa yang kita pikirkan.” Ceramah Ustadz pada jamaahnya.
Butiran-burian air membasahi pipi Mamak Udin. “Ya Allah, terima kasih Engkau telah menunjukkan kebesaranmu melalui anakku. Segala puji bagi Engkau, Tuhan semesta Alam.” Ucapnya dalam hati dengan penuh syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun