Mohon tunggu...
Fifit Sapitri
Fifit Sapitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

Student at UIN Sunan Gunung Djati Bandung Department of Islamic Education Management Faculty of Tarbiyah and Teacher Training

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ishikawa, Quality Control, dan Fishbone Diagram

11 April 2024   23:34 Diperbarui: 11 April 2024   23:46 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://acesse.one/5xOa6

Sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, kita dibiasakan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan analisis dan penelitian. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis alar permasalahan serta risiko dari suatu hal yaitu dengan menggunakan Fishbone Diagram.

Fishbone Diagram atau yang bisa disebut dengan Diagram Tulang Ikan merupakan salah satu metode yang dicetuskan oleh Dr. Kaoru Ishikawa yang digunakan untuk menganalisis penyebab dari suatu masalah atau kondisi.

Dr. Kaoru Ishikawa sendiri merupakan seorang ilmuwan Jepang yang mempelopori Quality Management Process di Kawasaki Shipyards dan dikenal sebagai salah satu pencetus konsep manajemen moderen. Beliau lahir di Tokyo pada tahun 1915 dan lulus dari Universitas Tokyo pada tahun 1939 dengan gelar teknik di bidang kimia terapan. Pada tahun 1949, Ishikawa bergabung dengan Japanese Union of Scientists and Engineers atau JUSE. Setelah Perang Dunia II usai, Jepang berinisiatif melakukan transformasi dalam membangun kembali negaranya. Dalam proses ini Ishikawa turut andil. Kemampuannya mendorong massa untuk mewujudkan target bersama yang spesifik, salah satu sumbangan terbesarnya yaitu dalam quality-movement di Jepang. Ia menjadi penerjemah, menerapkan serta mengembangkan konsep manajemen yang dicetuskan oleh Deming dan Juran ke dalam sistem industri Jepang.

Dari perjalanan berkontribusi dalam quality-movement ini, Ishikawa kemudian mendapat ketertarikan pada bidang pendidikan. Hingga akhirnya beliau terjun ke dalam dunia akademis sebagai dosen paruh waktu di Universitas Tokyo. Ishikawa telah menulis kurang lebih 647 artikel dan 31 buku. Setelah ditetapkan sebagai dosen tetap Universitas Tokyo pada tahun 1960, Ishikawa kemudian memperkenalkan konsep Quality Circles (1962). Lingkaran kualitas (Quality Circles) ini muncul dari keyakinan Ishikawa bahwa semua karyawan harus terlibat dalam tim peningkatan kualitas untuk meningkatkan kemampuan pekerja individu dan meningkatkan proses kerja. Dalam manajemen kualitas fokus pelanggan menjadi prinsip utama bahkan telah menjadi norma. Ishikawa bahkan menegaskan bahwa pelanggan menjadi satu-satunya alasan bisnis tetap ada.

Jika dikorelasikan ke dalam lembaga pendidikan, pelanggan yang dimaksud dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :

  • Primer (peserta didik)
  • Sekunder (Guru, Staf Tenaga Kependidikan, Orangtua Siswa)
  • Tersier (Masyarakat sekitar, Pengguna jasa pendidikan)

Seperti yang diyakini oleh Ishikawa bahwa semua karyawan harus terlibat dalam tim peningkatan kualitas untuk meningkatkan kemampuan pekerja individu dan meningkatkan proses kerja. Maka dalam dunia pendidikan yang berperan penting dalam peningkatan kualitas lembaga pendidikan bukan hanya kepala sekolah atau pemimpinnya saja, melainkan setiap guru dan tenaga kependidikan memiliki peran yang sama dalam pengontrolan dan peningkatan kualitas lembaga pendidikan.

QUALITY CONTROL AND FISHBONE DIAGRAM

Seiring berkembangnya zaman, gagasan mengenai kualitas ikut berkembang sesuai zamannya. Sekitar tahun 1924, kelompok mutu utama yaitu bagian inspeksi/peninjauan berkembang menjadi bagian pengendalian mutu (Quality Control). Adanya Perang Dunia II mengharuskan produk militer bebas cacat karena hal ini dijadikan sebagai salah satu faktor yang menentukan kemenangan. Hal ini menyebabkan pengendalian mutu yang semula tidak bersifat independen dialih ke bagian pengendalian mutu (Quality Control) yang independen. Hal ini menyebabkan setiap bagian pengendalian mutu memiliki otonomi penuh dan terpisah dari pabrik.

Terdapat tujuh alat kendali mutu dasar dalam sistem pengendalian mutu (Quality Control) yang diperkenalkan oleh Dr. Ishikawa atau yang bisa disebut QC Seven Tools, yaitu: (1) Pareto Chart; (2) Fishbone Diagram (Diagram Tulang Ikan/Ishikawa Diagram); (3) Check Sheet; (4) Control Chart; (5) Histogram; (6) Scatter Diagram; (7) Stratifikasi

Dengan demikian, konsep dasar dari Fishbone Diagram atau Diagram Tulang Ikan telah digunakan sejak tahun 1920-an sebagai salah satu dari QC Seven Tools namun baru dicetuskan sebagai suatu metode pada tahun 1968 oleh Dr. Kaoru Ishikawa. Disebut Diagram Tulang Ikan karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Diagram ini bisa disebut juga Diagram Sebab-Akibat karena dengan diagram ini pengguna bisa mengetahui berbagai faktor potensial yang menjadi penyebab segala kemungkinan yang akan terjadi, dan diharapkan dapat menemukan akar masalah yang menyebabkan ketidaksempurnaan proses. Dengan memberikan jalan menuju akar masalah, diagram ini menjadi salah satu solusi peningkatan kualitas mulai dari akar hingga ke permukaan.

Untuk menggunakan diagram ini, letakkan permasalahan pada bagian tulang utama yang mengarah ke kepala ikan. Lalu letakkan masalah-masalah potensial pada tulang-tulang kecil yang menjadi bagian dari tulang utama. Secara umum, masalah potensial dapat dikategorikan menjadi

  • Method (Metode), yaitu terkait proses yang dilakukan seperti apa dan apakah telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan
  • Machine (Mesin/Alat), yaitu terkait alat yang digunakan dalam setiap proses
  • Measure (Pengukuran), faktor ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas yang diharapkan dan sejauh mana ketercapaiannya
  • Enviroment (Lingkungan), lingkungan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh. Lingkungan yang baik akan memberikan dampak yang baik, begitupun sebaliknya.
  • People (Manusia), manusia termasuk faktor penting atau sentral dalam hal ini sebab menjadi pemeran utama.

Disamping pemikirannya sendiri, Ishikawa juga memperkaya metodenya dengan mengadopsi berbagai metode yang dicetuskan oleh para ahli yang lain, seperti Deming dan siklus PDCA-nya. Dari model Plan-Do-Check-Act Deming, Ishikawa melakukan pengembangan lebih jauh:

  • PLAN : Tentukan Tujuan dan Target, Tentukan Metode dan Cara Mencapai Target.
  • DO : Lakukan Edukasi dan Pelatihan, Implementasikan Pekerjaan.
  • CHECK : Periksa Efek-efek Implementasi.
  • ACT : Ambil Langkah yang Tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun