Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membangun Kecerdasan Kognitif Anak dengan Belajar Membuat Refleksi Akhir Tahun

2 Desember 2024   17:11 Diperbarui: 2 Desember 2024   17:13 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesaat lagi kita sudah berada di penghujung tahun 2024. Euforia menyambut tahun baru 2025 pun sudah tampak mewarnai di setiap kehidupan. Momen dimana setiap orang berlomba-lomba membuat resolusi dengan tujuan untuk pencapaian yang lebih baik di tahun mendatang.

Bagi para orangtua, tentu saja momen sukacita ini bisa menjadi momen yang menarik untuk mengajak anak belajar mengenal makna tahun baru dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Bukan hanya mengenalkan keriuhan menyambut tahun baru, tapi juga mengajak anak untuk bersama-sama belajar membuat refleksi akhir tahun versi mereka.

Selain membuat resolusi, ternyata membuat refleksi juga tidak kalah pentingnya sebagai bahan evaluasi diri terhadap apa-apa saja yang sudah dilakukan selama kurun waktu setahun ini. Harapannya, dengan refleksi dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dipertahankan atau justru ditinggalkan di tahun mendatang.

Bangun Kecerdasan Kognitif Anak dengan Membuat Refleksi Akhir Tahun

Para orangtua yang jeli, momen akhir tahun bisa menjadi media untuk membangun kecerdasan kognitif anak melalui pengenalan membuat refleksi akhir tahun. Anak akan belajar untuk memecahkan masalah dan berani mengambil keputusan.

Bukan hanya itu, dengan membuat refleksi, anak akan mengasah daya ingatnya, kepercayaan dirinya serta mengasah kemampuan pola berpikirnya dalam menilai sesuatu, apakah baik dilakukan atau sebaiknya tidak dilakukan.

Menurut Williams dan Susanto, yang dimaksud dengan kecerdasan kognitif itu sendiri adalah suatu cara seseorang bersikap, mengambil tindakan, dan cepat atau lambatnya respons saat menghadapi masalah. Secara lebih luas, kecerdasan kognitif merupakan kemampuan seseorang dalam menelaah suatu masalah, memecahkan dan mengambil keputusan secara tepat.

Kecerdasan kognitif bisa diasah sejak dini melalui pengenalan dan kebiasaan sehari-hari, sehingga para orangtua dapat membangun kecerdasan tersebut pada anak melalui aktivitas-aktivitas ringan sehari-hari, tentu saja dengan cara yang menyenangkan.

Nah, melalui momen akhir tahun ini, tidak ada salahnya orangtua memanfaatkan momen ini untuk membangun kecerdasan kognitif anak melalui aktivitas belajar membuat refleksi akhir tahun dengan cara yang ringan, seperti bermain, bercerita atau sembari melakukan aktivitas bersama di rumah.

Belajar Membuat Refleksi Bersama Anak dengan Cara Yang Sederhana dan Menarik

Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mengajak anak belajar membuat refleksi akhir tahun, diantaranya melalui bermain, bercerita atau sembari melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga anak tidak merasa bosan dan bisa lebih cepat memahami pesan yang hendak disampaikan ketika belajar tersebut.

Berikut beberapa tips untuk orangtua dalam mengajak anak belajar membuat refleksi akhir tahun yang sederhana dan menarik dan bisa dilakukan dengan mudah di rumah :

Pertama, manfaatkan momen bermain dengan menyelipkan beberapa pertanyaan sederhana tentang kebisaan apa saja yang sudah bisa dilakukan oleh anak. Kemudian beri ruang anak untuk menunjukkan kebisaannya serta jangan lupa untuk memberikan pujian dan pelukan sebagai bentuk apresiasi terhadap kebisaannya tersebut.

Contoh, "Adek udah bisa nyanyi lagu apa aja nih ? kasi tau ibu donk..." atau "Adek udah bisa gambar apa aja ? coba tunjukin ke ibu...", dan sebagainya.

Pancing anak dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban penjabaran dan praktik, sehingga bisa mendorong kepercayaan dirinya serta mengasah daya ingatnya.

Kedua, Jika anak sudah mampu menulis, coba ajak anak bersama-sama membuat daftar kebaikan apa saja yang sudah dilakukan serta kesalahan apa saja yang pernah dilakukan. Lakukan bersama-sama, agar anak merasa bahwa bukan hanya dia yang dituntut untuk mengingat kebaikan dan kesalahan, tapi juga berlaku untuk siapa saja, termasuk orangtua.

Ciptakan suasana yang gembira dan hangat agar anak tidak merasa takut mengakui kesalahan. Beri pengertian bahwa kesalahan itu wajar asal tidak diulangi secara terus-menerus. Sekali lagi, jangan lupa untuk memberinya apresiasi, seperti pujian atau pelukan.

Ketiga, orangtua bisa menggunakan alat bantu seperti buku cerita dongeng bergambar, boneka karakter atau mainan yang disenangi anak. Melalui alat bantu tersebut, sampaikan pesan hangat yang sederhana kepada anak dengan bahasa yang ringan dan gembira.

Ajak anak untuk berkomunikasi secara interaktif dengan orangtua, selain untuk menciptakan bonding, komunikasi dua arah dapat mempercepat peningkatan kecerdasan kognitif anak.

Keempat, jangan dipaksakan. Ketika anak sudah mulai kehilangan fokus dalam belajar, lebih baik hentikan sebentar untuk memberi jeda istirahat kepada anak. Bagaimanapun, anak harus belajar dengan hati yang gembira, bukan dengan keterpaksaan.

Kelima, jika memiliki hewan peliharaan seperti kucing atau anjing, bisa dimanfaatkan juga untuk media belajar membuat refleksi pada anak. Misalnya, ceritakan tentang bagaimana perkembangan hewan peliharaan tersebut. Ketika sang anak rajin memberi makan maka hewan kesayangan akan tumbuh dan berkembang dengan baik, dari masih kecil menjadi besar. Perkembangan hewan kesayangan bisa membantu anak memahami tentang setiap perubahan yang terjadi di kurun waktu tertentu.

Nah, bagaimana ? momen akhir tahun ternyata juga bisa menjadi momen yang menyenangkan bersama anak, salah satunya membuat refleksi akhir tahun versi mereka. Dengan membuat refleksi, anak akan bisa mengembangkan kecerdasan kognitifnya, terutama dalam hal mengingat, menelaah, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh para orangtua, namun pada prinsipnya lakukan dengan menyenangkan serta ciptakan suasana yang hangat sehingga anak bisa memiliki ruang untuk menuangkan dan mengekspresikan ide-ide cemerlangnya dengan lebih leluasa, tanpa merasa takut salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun