Beberapa waktu lalu, ada sebuah kejadian, di mana seorang perempuan berteriak dan menendang keluar seorang laki-laki keluar dari angkot. Karena laju angkot sedang lambat, laki-laki itu pun berhasil ditendang keluar meski tidak sampai tersungkur.Â
Perempuan itu tampak geram dan ketakutan. Usut punya usut, ternyata ia merasa dilecehkan oleh laki-laki tersebut. Ia mengungkapkan bahwa laki-laki tersebut berusaha menggerayangi pinggangnya. Menyadari ada yang tidak beres, reflek perempuan itu pun menendang laki-laki tersebut hingga keluar angkot.
Saya sendiri sudah sekian kali mendapati kasus seperti ini. Bahkan, nyaris menjadi korban. Namun, ternyata pengalaman panjang menjadi penumpang angkot menjadikan saya banyak belajar dari setiap kejadian.
Ya, saya memang setiap hari bergelut dengan angkot pagi dan sore hari saat berangkat dan pulang kerja. Lokasi kantor yang cukup jauh (harus ditempuh sekitar 2,5 jam) menjadikan angkot sebagai solusi kendaraan yang paling efektif, irit, dan hemat energi.Â
Dengan naik angkot, setidaknya saya irit bahan bakar mobil pribadi sekaligus bisa menghemat energi, karena tinggal duduk saja untuk bisa sampai ke kantor. Apalagi tarif angkot juga cukup terjangkau sehingga tidak sampai membuat kantong bolong.
Risiko terberat saat naik angkot barangkali penuh sesak, panas, berdebu, dan rawan kejahatan, termasuk pelecehan seksual. Maka, bagi penumpang perempuan harus ekstra berhati-hati saat naik angkot, apalagi jika sendirian dan banyak membawa barang.
Bertahun-tahun saya bergelut dengan angkot, menjadikan saya cukup hafal dengan berbagai karakter penumpang dan tanda-tanda kejahatan di dalamnya. Saya selalu mencatat setiap kejadian dan menjadikannya sebuah pembelajaran agar tidak menimpa saya ataupun penumpang-penumpang lainnya.
Harus diakui, berdasarkan pengalaman saya, bentuk kejahatan yang paling sering terjadi adalah kejahatan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan.Â
Pelecehan seksual itu ada yang dilakukan secara verbal seperti menggoda dengan kata-kata atau berucap tak senonoh maupun non verbal atau sentuhan langsung secara fisik, seperti meraba, memandang dengan tatapan mesum, sengaja menempelkan sebagian tubuh ke tubuh penumpang lainnya hingga mempertontonkan alat kelaminnya.
Sungguh sangat tidak menyenangkan jika kita berada di situasi seperti ini. Kebanyakan perempuan tidak bisa berbuat apa-apa ketika mengalami perbuatan pelecehan karena malu, kondisi angkot yang padat, kecepatan angkot yang tinggi dan ugal-ugalan sehingga rawan kecelakaan serta kurangnya kepedulian diantara para penumpang.