Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuliah Tidak Mahal, Yang Mahal Itu "Membeli Gelar"

2 Agustus 2022   23:06 Diperbarui: 2 Agustus 2022   23:10 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sarjana (sumber:via edukasi.kompas.com)

Siapa bilang kuliah itu mahal ? Kuliah itu tidak mahal selama perkuliahan memang benar-benar dilaksanakan sesuai kurikulum dan tata disiplin yang ditegakkan, bukan abal-abal apalagi fiktif. Artinya, gedung kampusnya ada, terakreditasi, mahasiswanya ada, dosen-dosennya mumpuni, prosentase kehadiran nyata, tugas kuliah dilaksanakan dan proses penyusunan tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi) juga jelas. Bukan itu saja, praktik plagiarism juga tidak ada apalagi menghalalkan praktik perjokian. Jika demikian adanya, maka kuliah tidaklah mahal.

Kok bisa ? iya, karena mendapatkan ilmu itu tidaklah mudah dan murah. Di dalamnya ada perjuangan, konsistensi dan nilai-nilai kejujuran serta disiplin. Jika semua itu terpenuhi, maka kita akan sampai di tahap kelulusan. Rasanya sebanding, antara ilmu yang didapat dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Nah, yang mahal itu adalah biaya kuliah abal-abal, kuliah yang hanya sekadar "membeli gelar". Kuliah yang mahasiswanya seperti hantu, tidak pernah nampak hadir, namun tetiba dinyatakan lulus menggunakan joki pembuat skripsi dan berhak mengikuti wisuda. Yang terpenting lunas administrasi dan SPP, maka sudah dapat menyandang gelar sarjana.

Perkuliahan seperti ini mahal dan sungguh sangat merugi jika kita mengikutinya. Bayangkan, tidak ada sedikit pun ilmu yang kita dapatkan, namun besar biaya yang harus kita keluarkan. Belum lagi ada beban moral yang harus kita rasakan. Kita tahu itu salah, tapi karena satu dan lain hal, kita pun terpaksa untuk mengikuti perkuliahan "fiktif", demi gelar dan kepentingan lainnya.

Namun, faktanya sistem perkuliahan "membeli gelar" ini cukup marak terjadi di sekitar kita. Hal ini disebabkan banyaknya peminat sistem perkuliahan seperti ini, sehingga perkuliahan abal-abal ini pun tetap ada, bahkan semakin menjamur.

Tidak dapat dimungkiri, biasanya yang berminat kuliah seperti ini adalah kalangan para pekerja. Mereka terpaksa mengikuti perkuliahan ini karena tuntutan jabatan atau jenjang karir yang mengharuskan gelar dan latar belakang minimal pendidikan, sehingga perkuliahan "fiktif" ini dianggap sebagai solusi terbaik. Mereka dapat meraih gelar dalam waktu singkat, tidak perlu hadir di perkuliahan, naskah tugas akhir sudah tersedia. Mereka cukup membayar segala biaya yang diminta, maka mereka sudah memiliki gelar. Miris, bukan ?

Jangan Gentar, Akan Selalu Ada Jalan

Bagi para orangtua yang ragu menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi sebaiknya membuang jauh-jauh keraguan itu. Ancaman biaya kuliah yang mahal jangan sampai menyurutkan semangat untuk meraih pendidikan tinggi. Percayalah, jika niat baik untuk menyekolahkan anak, Tuhan akan senantiasa membukakan jalan dari segala arah, bahkan dari arah yang tidak pernah kita sangka-sangka sekalipun.

Yang terpenting adalah tekad, kegigihan, kerja keras dengan dibarengi doa. Orangtua dan anak harus sama-sama memegang komitmen untuk tujuan yang baik agar hasilnya juga baik. Jangan sampai, orangtua yang banting tulang membiayai kuliah, sementara anak tidak serius kuliah. Sebaliknya, anak sudah belajar giat namun orangtua tidak mendukung. Yang terbaik adalah, keduanya harus saling bersinergi. Disitulah letak dimana usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Namun, meski demikian, kita juga tetap harus realistis. Terutama anak, harus belajar untuk memahami kondisi orangtuanya. Ada beberapa program studi yang memang cukup fantastis biaya perkuliahannya, tapi ada juga program studi yang biayanya masih standar normal dan terjangkau. Anak harus memiliki cara pandang yang luas dalam memilih jurusan. Pada intinya, seluruh program studi adalah pilihan yang baik. Selebihnya, dapat disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang ada, seperti kemampuan finansial orangtua, kondisi fisik, jarak tempuh kuliah, waktu perkuliahan, dsb.

Bukan Hanya Soal Progran Studi, Ada Pertimbangan Lain yang Harus Diperhatikan

Seringkali anak hanya fokus pada pemilihan jurusan atau program studi yang ingin dijalaninya. Bahkan, tak jarang hanya demi gengsi atau ikut-ikutan teman, akhirnya memilih perkuliahan yang semakin membuat biayanya membengkak.

Lantas, bagaimana menyikapinya ? pertimbangan apa saja yang harus diperhatikan ?

Pertama, hindari gengsi atau hanya sekadar ikut-ikutan teman dalam memilih perkuliahan atau kampus. Kampus populer memang bisa dibanggakan, tapi ingat, masih banyak kampus daerah yang berakreditasi dan tak kalah membanggakan

Kedua, Pilih kampus yang terdekat dengan domisili. Hal ini untuk memangkas biaya-biaya lainnya seperti kos, makan, transport, dll. Misalnya, jika di daerah sendiri ada jurusan yang kita inginkan dengan kualitas yang baik, lantas mengapa harus memilih kampus di luar kota dengan jurusan yang sama ?

Ketiga, aktif menelusuri program beasiswa yang banyak bertebaran. Dengan beasiswa sudah sangat membantu mengurangi beban orangtua

Keempat, tidak hanya kedokteran yang menjadi pilihan terbaik, masih ada jurusan lainnya yang tak kalah menjanjikan masa depan cerah, dan tentunya dengan biaya yang lebih terjangkau

Kelima, upayakan untuk lulus diterima di kampus negeri, dimana rata-rata biaya kuliahnya juga lebih terjangkau dibanding kampus swasta

Nah, bagaimana ? masih ragu untuk kuliah karena mendengar kata "mahal" ? sekali lagi, mahal itu sangat relatif. Jika kita benar-benar mendapatkan ilmu selama perkuliahan, maka itu sepadan, bukan mahal. Namun, jika kita hanya "membeli gelar" tanpa mendapatkan ilmu, maka itu baru dinamakan mahal dan merugi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun