Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kurangi Dampak Buruk Fast Fashion dengan 5 Pola Gaya Hidup Berpakaian Ini

6 Maret 2022   11:45 Diperbarui: 6 Maret 2022   11:47 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara lingkungan, terutama isu sampah yang terus bergulir, ternyata selain sampah plastik dan organik yang menjadi primadona isu sampah dunia, ada juga sampah tekstil yang tidak kalah berbahayanya dari kedua jenis sampah tersebut. Ironisnya, tanpa disadari kita justru menjadi penyumbang sampah tekstil terbesar dengan gaya hidup berpakaian yang masih tidak ramah lingkungan. Kok bisa ?

Revolusi Industri dan Fast Fashion

Industri fast fashion sudah ada sejak revolusi industri generasi ketiga (1980) Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, maka berkembang pula dunia industri fashion. Fast fashion merupakan istilah yang digunakan untuk produksi fashion yang bergerak sangat cepat dengan pergantian model silih berganti dalam waktu yang singkat. Bagi kalangan pelaku bisnis, fast fashion merupakan salah satu bisnis fashion yang dianggap menjanjikan. Dengan pergerakan model yang cepat maka konsumen juga dipaksa untuk mengikuti tren atau model secara terus-menerus. Dengan demikian, industri fast fashion terhindar dari kondisi stuck karena tren mode yang itu-itu saja. Pergerakan tren mode yang cepat tentu saja memengaruhi daya konsumtif masyarakat, terutama bagi mereka penikmat mode dan merasa perlu menjadi trendsetter.

Begitu cepatnya pergerakan tren model pakaian, menjadikan prinsip kualitas produk menjadi nomor kesekian. Fast fashion melahirkan produk-produk yang berkualitas rendah dengan bahan-bahan yang mudah rusak. Oleh karena itu, salah satu ciri produk fast fashion adalah harganya yang relatif sangat murah. Fast fashion hanya memainkan strategi model pakaian ketimbang mutu pakaian. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan, dengan mutu yang rendah dan model yang terus berganti, para konsumen dipaksa untuk membeli pakaian baru dalam waktu singkat karena model yang telah out of date atau pakaian lama yang telah robek atau rusak sehingga tidak bisa digunakan kembali.

Bagi para pelaku industri fast fashion, pangsa pasar produk mereka sangat luas, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, pria maupun wanita, kalangan kelas ekonomi rendah, menengah maupun atas, semuanya memiliki segmen pasar yang terbuka lebar pada industri ini. Kemudahan dalam berperilaku konsumtif ditawarkan industri ini melalui harga yang murah serta iming-iming model pakaian yang tidak ketinggalan zaman.

Dampak Buruk Fast Fashion Bagi Lingkungan

ilustrasi sampah tekstil (sumber:buleleng.pikiran-rakyat.com)
ilustrasi sampah tekstil (sumber:buleleng.pikiran-rakyat.com)
Keberadaan industri fast fashion secara tidak langsung telah banyak mengubah perilaku berpakaian kita. Tak sedikit dari kita yang memaksakan diri untuk mengikuti tren mode pakaian terbaru. Bahkan, ada yang memiliki prinsip "tidak mengapa harganya murah yang penting tiap acara bisa ganti-ganti pakaian terus". Mereka mengesampingkan kualitas demi kuantitas semata.

Sudah dapat dipastikan, para pecinta fast fashion akan menumpuk sampah pakaian, baik yang kondisi tidak layak pakai maupun yang masih layak pakai namun dianggap tidak up to date. Sampah-sampah tekstil ini jika tidak dikelola dengan bijak maka akan dapat merusak lingkungan.

Ellen MacArthur Foundation melaporkan bahwa di tahun 2017 sebanyak lebih dari 50% pakaian fast fashion dibuang dalam kurun waktu kurang dari setahun pasca produksi. Ini artinya sampah tekstil sumbangan dari industri fast fashion telah berada di titik yang mengerikan. Bahkan, dilansir dari laman Madani Berkelanjutan, di tahun 2030 diprediksi sampah fashion ini bisa mencapai lebih dari ketinggian gedung 75 lantai ! Bukan hanya itu, industri fashion dianggap telah memangkas 35% lahan dunia untuk memproduksi serat pakaian. Mirisnya, banyak para pelaku industri fast fashion yang tidak mengetahui bagaimana cara mengelola limbah tekstil mereka. Akibatnya, limbah tekstil akan mengancam kelestarian bumi dengan fakta volumenya yang semakin lama terus meningkat.

Limbah Tekstil Mencemari Lingkungan

Limbah tekstil yang tidak terkelola dengan baik akan meningkatkan risiko kerusakan lingkungan terutama pencemaran air, meningkatnya emisi karbon dan penumpukan volume sampah. Limbah cair yang dihasilkan pada proses pewarnaan tekstil mengandung senyawa kimia sintetis yang berperan besar mencemari lingkungan dengan kandungan nilai COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) yang sangat tinggi (Enrico, 2019).

Ketika limbah tekstil ini sudah mencemari air, maka bukan saja merusak kandungan kualitas air, tapi juga bersifat toksik (mengurangi kadar oksigen) sehingga dapat merusak ekosistem yang ada di sekitar limbah tekstil tersebut.

Bisa dibayangkan, ketika industri fast fashion merajai, akan ada berapa banyak limbah tekstil yang dihasilkan sebagai salah satu penyumbang kerusakan lingkungan terbesar saat ini ? Semakin industri fast fashion berkembang pesat maka semakin tinggi juga tingkat kerusakan lingkungan yang dihasilkan akibat ketidakmampuan dalam pengelolaan limbah secara baik dan benar.

Kita Semua Adalah Agent Of Change, Ubah Gaya Hidup Berpakaian

Namun, masalah lingkungan akibat industri fast fashion bukan semata menjadi tanggungjawab para pelaku industrinya saja. Tidak dapat dimungkiri, industri fast fashion juga telah menjadi industri raksasa yang banyak menghasilkan devisa negara serta meningkatkan perekonomian bangsa. Dalam hal ini, peran serta aktif konsumen juga berpengaruh besar dalam upaya mengurangi dampak buruk industri fashion. Menjadi konsumen yang bijak adalah prinsip dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.

Saya, anda, kita semua punya kesempatan yang sama untuk menjadi agent of change bagi perubahan industri fashion dan lingkungan ke arah yang lebih baik. Kita tidak bisa selamanya bersikap apatis dan hanya mengharap tanggungjawab dari para pelaku industri fashion. Masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menyikapi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh industri fashion dengan mengubah gaya hidup berpakaian kita.

Apa saja yang bisa dilakukan ?

Pertama, ketika membeli pakaian utamakan kualitas ketimbang kuantitas. Memang secara eksplisit lebih mahal, namun jika dilihat dari jangka waktu pemakaiannya, ternyata pakaian berkualitas dengan harga mahal bisa berbalik menjadi lebih murah.

Kedua, pilih pakaian yang simpel dan tidak terlalu banyak detil. Hal ini agar suatu saat nanti pakaian tersebut akan lebih mudah untuk di mix max dengan pakaian lain. Mix max adalah salah satu cara bisa tetap tampil chic meski tidak menggunakan pakaian dengan model baru.

Ketiga, biasakan menyimpan dan merawat pakaian dengan baik agar kelak jika sudah tidak digunakan lagi dapat disumbangkan kepada orang yang membutuhkan dengan kondisi pakaian yang baik dan layak pakai.

Keempat, bagi yang berjiwa entrepreneur tentu sudah tidak asing dengan istilah garage sale, preloved atau thrift. Tidak ada salahnya juga kita mencoba berbisnis pakaian bekas jika pakaian kita menumpuk dan masih dalam kualitas yang baik. Selain mendapat keuntungan, kita juga bisa sekaligus turut membantu menyelamatkan bumi dari limbah fashion.

Kelima, Jeans adalah jenis pakaian yang sangat direkomendasikan. Selain awet, jeans juga dapat dipadu padankan dengan segala jenis pakaian lainnya. bukan hanya itu, jeans juga dapat dikenakan di hampir seluruh acara, baik acara santai maupun formal. Bahkan, ada istilah jeans adalah jenis pakaian yang tidak pernah mati sepanjang masa. Jadi, dengan memilih celana jeans kita tidak perlu takut out of date meski celana jeansnya sudah berusia tahunan.

Nah, bagaimana ? tertarik untuk menjadi agen perubahan untuk menyelamatkan bumi ? kabar gembiranya, dengan mempertahankan pakaian minimal setahun itu sama artinya kita sudah membantu mengurangi emisi karbon, air dan sampah tekstil hingga 20-30% loh ! Luar biasa, bukan ? terkadang hal kecil dan sederhana (bahkan yang tidak pernah kita fikirkan) justru menjadi awal perilaku baik bagi kehidupan di sekitar kita. Tidak perlu berlebihan, cukup mulai dari diri sendiri dan tidak apatis untuk bumi yang lebih lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun