Limbah tekstil yang tidak terkelola dengan baik akan meningkatkan risiko kerusakan lingkungan terutama pencemaran air, meningkatnya emisi karbon dan penumpukan volume sampah. Limbah cair yang dihasilkan pada proses pewarnaan tekstil mengandung senyawa kimia sintetis yang berperan besar mencemari lingkungan dengan kandungan nilai COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) yang sangat tinggi (Enrico, 2019).
Ketika limbah tekstil ini sudah mencemari air, maka bukan saja merusak kandungan kualitas air, tapi juga bersifat toksik (mengurangi kadar oksigen) sehingga dapat merusak ekosistem yang ada di sekitar limbah tekstil tersebut.
Bisa dibayangkan, ketika industri fast fashion merajai, akan ada berapa banyak limbah tekstil yang dihasilkan sebagai salah satu penyumbang kerusakan lingkungan terbesar saat ini ? Semakin industri fast fashion berkembang pesat maka semakin tinggi juga tingkat kerusakan lingkungan yang dihasilkan akibat ketidakmampuan dalam pengelolaan limbah secara baik dan benar.
Kita Semua Adalah Agent Of Change, Ubah Gaya Hidup Berpakaian
Namun, masalah lingkungan akibat industri fast fashion bukan semata menjadi tanggungjawab para pelaku industrinya saja. Tidak dapat dimungkiri, industri fast fashion juga telah menjadi industri raksasa yang banyak menghasilkan devisa negara serta meningkatkan perekonomian bangsa. Dalam hal ini, peran serta aktif konsumen juga berpengaruh besar dalam upaya mengurangi dampak buruk industri fashion. Menjadi konsumen yang bijak adalah prinsip dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Saya, anda, kita semua punya kesempatan yang sama untuk menjadi agent of change bagi perubahan industri fashion dan lingkungan ke arah yang lebih baik. Kita tidak bisa selamanya bersikap apatis dan hanya mengharap tanggungjawab dari para pelaku industri fashion. Masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menyikapi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh industri fashion dengan mengubah gaya hidup berpakaian kita.
Apa saja yang bisa dilakukan ?
Pertama, ketika membeli pakaian utamakan kualitas ketimbang kuantitas. Memang secara eksplisit lebih mahal, namun jika dilihat dari jangka waktu pemakaiannya, ternyata pakaian berkualitas dengan harga mahal bisa berbalik menjadi lebih murah.
Kedua, pilih pakaian yang simpel dan tidak terlalu banyak detil. Hal ini agar suatu saat nanti pakaian tersebut akan lebih mudah untuk di mix max dengan pakaian lain. Mix max adalah salah satu cara bisa tetap tampil chic meski tidak menggunakan pakaian dengan model baru.
Ketiga, biasakan menyimpan dan merawat pakaian dengan baik agar kelak jika sudah tidak digunakan lagi dapat disumbangkan kepada orang yang membutuhkan dengan kondisi pakaian yang baik dan layak pakai.
Keempat, bagi yang berjiwa entrepreneur tentu sudah tidak asing dengan istilah garage sale, preloved atau thrift. Tidak ada salahnya juga kita mencoba berbisnis pakaian bekas jika pakaian kita menumpuk dan masih dalam kualitas yang baik. Selain mendapat keuntungan, kita juga bisa sekaligus turut membantu menyelamatkan bumi dari limbah fashion.