"if you educate a man, you educate an individual, if you educate a woman, you educated a nation" -- Ghanaian Dr. James Emmanuel Kwegyir-Aggrey (1875-1927)
Dalam sebuah negara, keberadaan perempuan merupakan salah satu isu pembangunan yang tidak dapat dipandang sebelah mata.Â
Pembangunan yang tidak melibatkan perempuan akan mengalami kepincangan. Ibarat memanah, pemikiran dan dedikasi perempuan merupakan anak panah yang akan melesat menuju titik keberhasilan pembangunan.
Sejarah Kesetaraan Gender                                   Â
Isu-isu gender bukan hal baru dalam pembangunan. Sejarah menjelaskan bagaimana perempuan berperan besar dalam kemajuan sebuah negara.Â
Max Weber, seorang tokoh yang mengenalkan istilah patriarkhi pada zaman itu menempatkan perempuan sebagai sosok yang tidak memiliki peran dalam kehidupan.
Hak-hak perempuan yang berkaitan dengan hak suara dan mengeluarkan pendapat serta jabatan perempuan dalam parlemen dianggap sebagai sesuatu yang nisbi. Sebaliknya, peran laki-laki adalah mutlak, baik sebagai pengatur maupun pemimpin dalam setiap pengambilan keputusan.
Akibatnya, perempuan berada pada posisi yang serba "nomor dua". Padahal, secara harfiah, laki-laki diciptakan memiliki kelebihan dalam logika dan nalar yang realistis.Â
Tapi jangan lupa, perempuan juga diciptakan memiliki naluri dan insting yang sangat kuat sehingga semestinya memiliki posisi yang sejajar, bukan di belakang.
Hilangnya hak-hak perempuan dalam parlemen hingga musnahnya hak perempuan yang paling mendasar yaitu dalam hal reproduksi menumbuhkembangkan gerakan feminisme yang kala itu dimotori oleh beberapa tokoh dengan berbagai aliran feminisme seperti Karl Max, Friedrich Engels, Betty Fried, Mary Wollstonecraft, dll.