Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Angka Harapan Hidup, Usia Produktif, dan Isu Gender

5 Maret 2022   17:38 Diperbarui: 9 Maret 2022   04:00 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan dari Komunitas Rumpun Indonesia membawakan Tarian Laras Bambu saat peringatan Hari Perempuan Internasiona di Taman Cikapayang, Bandung, Jawa Barat, Minggu (8/3/2020). (ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI via kompas.com)

"if you educate a man, you educate an individual, if you educate a woman, you educated a nation" -- Ghanaian Dr. James Emmanuel Kwegyir-Aggrey (1875-1927)

Dalam sebuah negara, keberadaan perempuan merupakan salah satu isu pembangunan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. 

Pembangunan yang tidak melibatkan perempuan akan mengalami kepincangan. Ibarat memanah, pemikiran dan dedikasi perempuan merupakan anak panah yang akan melesat menuju titik keberhasilan pembangunan.

Sejarah Kesetaraan Gender                                                                      

Isu-isu gender bukan hal baru dalam pembangunan. Sejarah menjelaskan bagaimana perempuan berperan besar dalam kemajuan sebuah negara. 

Max Weber, seorang tokoh yang mengenalkan istilah patriarkhi pada zaman itu menempatkan perempuan sebagai sosok yang tidak memiliki peran dalam kehidupan.

Hak-hak perempuan yang berkaitan dengan hak suara dan mengeluarkan pendapat serta jabatan perempuan dalam parlemen dianggap sebagai sesuatu yang nisbi. Sebaliknya, peran laki-laki adalah mutlak, baik sebagai pengatur maupun pemimpin dalam setiap pengambilan keputusan.

Akibatnya, perempuan berada pada posisi yang serba "nomor dua". Padahal, secara harfiah, laki-laki diciptakan memiliki kelebihan dalam logika dan nalar yang realistis. 

Tapi jangan lupa, perempuan juga diciptakan memiliki naluri dan insting yang sangat kuat sehingga semestinya memiliki posisi yang sejajar, bukan di belakang.

Hilangnya hak-hak perempuan dalam parlemen hingga musnahnya hak perempuan yang paling mendasar yaitu dalam hal reproduksi menumbuhkembangkan gerakan feminisme yang kala itu dimotori oleh beberapa tokoh dengan berbagai aliran feminisme seperti Karl Max, Friedrich Engels, Betty Fried, Mary Wollstonecraft, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun