Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mulai dari Diri Sendiri, Bersama Bank Indonesia Hadapi Masa Pandemi

22 Juni 2020   15:59 Diperbarui: 22 Juni 2020   15:55 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"you and only you are responsible for your life choices and decisions..." -- Robert T. Kiyosaki

Dalam kehidupan seseorang, segala hal yang bisa menentukan sukses tidaknya atau bahagia tidaknya adalah diri seseorang itu sendiri. Karena itulah, membangun mindset yang positif adalah poin utama ketika seseorang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Hal ini agar ia dapat menentukan segala hal yang terbaik dalam hidupnya.

Ada dua hal dalam hidup yang dapat terjadi sepanjang waktu, pertama adalah hal-hal yang dapat kita kendalikan seperti pikiran, perasaan serta perilaku kita dan kedua adalah hal-hal yang berada di luar kendali kita seperti situasi politik, peristiwa alam, bencana, fenomena sosial, dll. Pada kedua hal tersebut kita diberi pilihan untuk fokus ke arah mana, apakah fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan atau justru memilih fokus pada hal-hal yang di luar kendali kita. Sekali lagi, disinilah seseorang akan diuji sejauh mana pola pikirnya dalam menentukan hal yang terbaik dalam hidupnya.

Saya pernah membaca sebuah buku karya Darmawan Aji yang berjudul "Productivity untuk Mendongkrak Hack : Produktivitas Pribadi" dimana didalamnya memberikan banyak pesan motivasi, jika ingin bahagia dan meraih kesuksesan maka kita harus bisa fokus mengendalikan diri kita sendiri. Segala hal yang datangnya dari dalam diri kita adalah menjadi hak penuh diri kita sehingga itulah yang harus kita kembangkan secara positif. Jika kita sudah mampu mengendalikan diri kita, maka apa yang terjadi di luar kendali kita bukanlah menjadi masalah besar yang akan mempengaruhi kehidupan kita.

Menjadikan masa pandemi Covid-19 "bukan masalah besar" dalam kehidupan

Sudah beberapa waktu kita dikurung oleh pandemi covid-19. Segala aktivitas kehidupan nyaris mengalami mati suri. PHK menjadi marak dengan dalih minimnya produktivitas perusahaan sehingga tak sanggup lagi menggaji karyawannya, pasar sebagai pusat perekonomian juga minus aktivitas akibat adanya larangan buka selama pandemi, para pencari nafkah driver online harus mengelus dada karena berkurangnya pendapatan secara drastis, dll.

Pada satu masa kita berada di ruang ketakutan, kecemasan dan kepedihan akibat pandemi. Pendapatan berkurang, angka kemiskinan naik, pengangguran bertambah dan bahkan secara psikologis banyak yang mengalami stress dan depresi akibat kondisi ini. Dan harus diakui, permasalahan pokok yang utama pada kondisi pandemi ini adalah terjadinya krisis keuangan pada setiap kehidupan seseorang. Bagaimana tidak ? pendapatan berkurang sementara kehidupan harus terus berjalan, kebutuhan hidup harus tetap dipenuhi.

Lantas, apa yang dapat kita lakukan dalam keadaan seperti ini ? satu-satunya cara adalah dengan segera bangkit untuk mengubah mindset kita. Lawan kondisi pandemi dengan memaksimalkan kendali dalam diri kita. Kita harus sadar sepenuhnya bahwa datangnya pandemi ini adalah peristiwa di luar kendali kita. Disinilah kita harus memiliki kesiapan untuk menghadapinya. Jangan sampai kondisi pandemi ini justru mengendalikan hidup kita. Jika kita tidak bisa mengendalikan laju pandemi maka kita masih bisa mengendalikan apa yang ada dalam diri kita sendiri serta memaksimalkan apa yang ada dalam diri kita untuk menjadikan masa pandemi bukan lagi menjadi masalah besar dalam kehidupan kita. Sudah saatnya kita bangkit dengan memulai dari diri sendiri untuk melawan pandemi covid-19. Ingat, upaya untuk melawan kondisi sulit ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja tapi juga menjadi tugas kita bersama. Kalau saya sedikit mengutip ungkapan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bahwa garda terdepan yang sesungguhnya dalam melawan covid-19 ini adalah diri kita sendiri.

Bagaimana caranya ? banyak cara tentunya yang bisa dilakukan untuk menghadapi masa sulit pandemi ini. Dengan pendekatan motivasi ini diharapkan kita semua dapat lebih bisa menentukan langkah-langkah terbaik apa saja yang dapat dilakukan dengan disesuaikan dengan keadaan kehidupan masing-masing.

  • Mulai berpikir positif, dari sekarang ! Keadaan pandemi sudah banyak mengubah alur normal kehidupan seseorang, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas tanpa terkecuali. Kondisi bencana virus ini tak hanya menjadi ancaman bagi kesehatan seseorang tapi juga sudah menjadi ancaman di berbagai sendi kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, pendidikan, pariwisata, dll. Dalam tempo yang singkat berbagai perencanaan yang telah dirancang jauh hari nyatanya harus mengalami perubahan haluan untuk menghadapi ancaman pandemi ini. Faktanya, tidak sedikit masyarakat yang mengalami stress dan depresi. Ketika ini terjadi, rasionalitas kerap terganggu sehingga pemikiran negatif menjadi dominan. Pemikiran yang negatif tidak akan menghasilkan solusi tapi justru akan menambah rumit permasalahan yang ada. Oleh karena itu, mulailah berpikir positif dari sekarang agar kita dapat menentukan langkah-langkah solusi yang tepat untuk menghadapi situasi pandemi ini.
  • Banjir informasi justru berdampak negatif. Tidak dapat dimungkiri, era serba digital saat ini begitu mudahnya arus informasi masuk dalam kehidupan kita dari berbagai media sosial. Tapi jangan gampang terkecoh, sebab tidak semua informasi yang kita temukan memuat suatu kebenaran. Banyak informasi yang bersifat hoaks juga bertebaran di media sosial. Menurut Jerry Michalski, seorang konsultan produktivitas memberikan beberapa solusi agar tidak terjadi banjir informasi yang berakibat negatif, diantaranya dengan berhenti menimbun informasi dan batasi penggunaan media sosial. Saringlah informasi secara cermat dan gunakan media sosial dengan bijak.
  • Waspada iya, panik jangan ! Terjadinya pandemi membawa euforia tersendiri bagi masyarakat. Ketakutan yang berlebihan menjadikan masyarakat seringkali mengalami kepanikan spontan. Ada yang berupaya melakukan penarikan simpanan di bank secara besar-besaran (rush), penimbunan beberapa kebutuhan penting selama masa pandemi atau menjadi spekulan dadakan yang menyebabkan lonjakan harga barang-barang tertentu yang dibutuhkan selama pandemi, dll. Hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem perekonomian negara. Untuk itu ingat, waspada boleh tapi panik jangan.
  • Jangan diam, ayo bergerak ! Imbauan untuk dirumah saja selama masa pandemi bukan diartikan kita berdiam diri tanpa melakukan apapun apalagi sambil meratapi keadaan. Kita tetap dapat beraktivitas di rumah. Mulailah dari hal-hal yang sederhana seperti menyalurkan hobi berkebun, mempraktikkan resep-resep terbaru, menulis, membaca, menjalin komunikasi secara daring dengan teman-teman lama, mengikuti kelas-kelas kursus online, dll. Dengan beraktivitas positif akan membuka peluang kehidupan yang lebih baik bagi kita. Kreatifitas dapat menjadi peluang usaha yang menghasilkan serta membuka relasi bisnis yang menjanjikan sehingga dapat menjadi solusi di tengah masa krisis keuangan ini.


Bersama Bank Indonesia kita jaga stabilitas sistem keuangan Indonesia

Dari uraian diatas, kita sepakat bahwa upaya cerdas menyikapi masa pandemi adalah dimulai dari diri sendiri. Mindset yang baik pada setiap individu akan menjadi modal utama bagi stabilitas sistem keuangan negara. Perilaku positif masyarakat dalam menghadapi masa pandemi sangat membantu dalam menjaga stabilitas sistem keuangan secara skala besar.

Lalu, kenapa bersama Bank Indonesia ? pertama kita harus memahami bagaimana tugas dan peran Bank Indonesia. Berbeda dengan bank-bank konvensional lainnya, Bank Indonesia merupakan bank sentral yang memiliki tiga peran utama yaitu :

  • menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
  • mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
  • menjaga stabilitas sistem keuangan

ketiga peran utama Bank Indonesia tersebut tak lain merupakan upaya untuk tetap dapat memelihara kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata uang negara lain. Nah, untuk menghadapi masa pandemi ini, menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK) menjadi prioritas utama Bank Indonesia agar tidak terjadi resesi ekonomi akibat pandemi. Namun, Bank Indonesia tidak dapat bergerak sendiri tanpa mendapat dukungan dari masyarakat. Mengapa ? sebab masyarakat adalah bagian dari sistem keuangan itu sendiri yaitu rumah tangga selain sistem keuangan lainnya yaitu lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan dan perusahaan non keuangan.

Sistem keuangan yang stabil dapat diindikasikan dengan kemampuan bertahan terhadap kerentanan keadaan baik secara internal maupun eksternal dan mampu tetap berfungsi secara efektif dan efisien sebagaimana mestinya dalam suatu kondisi yang kurang kondusif sekalipun. Kemampuan seperti ini tidak akan tercipta jika tidak dibarengi dengan kemampuan yang linier dari masyarakat sebagai bagian dari sistem keuangan. Artinya, untuk mencapai stabilitas sistem keuangan maka dibutuhkan masyarakat yang juga mampu menjaga stabilitas keuangan tersebut.

Bank Indonesia sendiri dalam upaya menjaga SSK fokus pada penerapan kebijakan makroprudensial yang diharapkan menjadi senjata dengan kemampuan menyeluruh untuk menciptakan SSK. Kemampuan menyeluruh tersebut meliputi kebijakan moneter, mikroprudensial dan fiskal. Ketiga kebijakan tersebut termasuk dalam satu senjata utama yang lebih besar yaitu kebijakan makroprudensial.


Bank Indonesia melalui kebijakan makroprudensial-nya bertugas untuk tetap menjaga kelancaran arus finansial secara keseluruhan, misalnya jika pertumbuhan kredit terlalu tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan uang muka kredit untuk mengerem laju pertumbuhan kredit yang terlalu tinggi tersebut (menurunkan rasio loan to value). Sebaliknya, jika pertumbuhan kredit sedang lambat maka Bank Indonesia akan menurunkan uang muka kredit sehingga laju pertumbuhan kredit dapat ditingkatkan kembali (menaikkan rasio loan to value).

Pada situasi tertentu yang dapat menjadi ancaman resesi seperti saat pandemi ini, Bank Indonesia mengeluarkan jurus makroprudensialnya dengan melonggarkan syarat dan ketentuan untuk kredit rumah atau kendaraan bermotor, salah satunya dengan menurunkan angka down payment (DP). Bahkan untuk beberapa produk berwawasan lingkungan (rumah, mobil, motor) Bank Indonesia menawarkan DP dengan angka yang lebih ringan lagi sebagai bentuk mendukung upaya mencegah pemanasan global.

Nah, jelas bukan ? mengapa peran kita, sekecil apapun itu sangat berpengaruh dan membawa dampak yang positif bagi terjaganya SSK. Untuk itulah, kenapa kita harus mulai mengubah mindset kita ke arah yang lebih baik dan positif. Sebab segala hal perubahan besar adalah dimulai dari diri sendiri. Tanpa adanya perubahan perilaku diri yang positif niscaya akan sulit untuk tercipta SSK di masa pandemi ini.

Jadi tunggu apa lagi ? yuk ah, mulai ubah mindset kita ke arah lebih baik dan berperan aktif mengembangkan potensi diri melalui perilaku-perilaku cerdas dalam menghadapi masa pandemi saat ini. Biar Bank Indonesia yang akan mengakomodir partisipasi aktif dan dukungan kita agar stabilitas sistem keuangan Indonesia dapat terwujud.

Sumber Referensi : 

www.bi.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun