Berikut beberapa trik sikap atasan yang harus dimiliki untuk menyikapi bawahan yang lebih tahu segalanya:
Jalin keakraban dan kedekatan, kenapa tidak? Sebaiknya atasan harus mengkesampingkan ego agar bisa menjalin keakraban dengan bawahan. Keakraban ini yang nantinya berfungsi sebagai bonding yang baik dalam bekerja antara atasan dan bawahan.
Manfaatkan kelebihannya untuk mencapai target kinerja. Bukankah mestinya atasan bahagia memiliki bawahan yang lebih tahu segalanya? Sebaiknya jangan terlalu fokus pada perasaan baper, tapi segeralah merubah haluan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki bawahan untuk mencapai target kinerja. Utamakan kepentingan dan tujuan dalam pekerjaan ketimbang perasaan sentimentil pribadi.
Jangan segan untuk memberi reward pujian. Percayalah, seseorang yang kerap memberikan pujian atas prestasi orang lain akan dipandang sebagai orang yang terbuka menerima kelebihan orang lain. Sikap fair seperti ini akan menjadi nilai plus bagi seorang atasan. Selain itu, pujian yang diberikan oleh atasan akan memberikan kesan yang baik bagi bawahan sehingga ia akan berusaha memberikan yang terbaik untuk atasannya.
Posisikan diri sebagai atasan yang humble namun tetap tegas. Menyeimbangkan antara sikap hangat ramah dan rendah hati dengan tegas memang bukan hal mudah. Tapi sebagai atasan, mau tidak mau, suka tidak suka harus belajar untuk hal tersebut. Sikap "tarik ulur" diperlukan untuk menjaga hubungan yang hangat, saling menghormati namun tetap pada koridor "atasan-bawahan".
Tetap berikan saran, kritik dan peringatan terhadap kinerja bawahan. Meskipun pekerjaan bawahan telah cukup baik, namun saran, kritik dan peringatan harus tetap dilakukan oleh seorang atasan sebagai kontrol wewenangnya sebagai atasan kepada bawahan. Namun harus diingat, saran, kritik dan peringatan harus diberikan sesuai porsi, bersifat positif dan membangun.
Jangan apatis dengan pekerjaan. Seorang atasan yang baik, meski ia mendelegasikan pekerjaan kepada bawahan namun tetap harus tahu dan paham proses pengerjaannya. Jangan segan untuk bertanya, memberi masukan dan menyemangati bawahan. Intinya, jangan sampai atasan hanya "terima beres" tanpa tahu apa-apa tentang tugas yang didelegasikannya.
Berdamai dengan keadaan dan bersyukur memiliki bawahan yang "lebih tahu segalanya". Nah, yang terakhir ini terkait dengan membangun mental atasan. Untuk mencegah kecemburuan, seorang atasan harus bisa berdamai dengan keadaan. Bersyukur memiliki bawahan yang "lebih tahu segalanya". Bayangkan, jika memiliki bawahan yang pasif, tidak tahu apa-apa, bukankah lebih kacau ?
Nah, bagaimana? Anda seorang atasan? Memiliki bawahan yang lebih tahu segalanya? Saya harap Anda tidak termasuk atasan yang "pencemburu"!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H