"iya kak...ibuk bilang Nabi Muhammad selalu berbuka puasa dengan kurma...jadi ibuk kepengen makan kurma untuk buka puasa..." jelasnya dengan mimik anak-anak
"jadi, kenapa nggak dibeli kurmanya ?"
Aminah menggeleng cepat, "Aminah nggak punya uang buat beli kurma..."
Aku menarik nafas dalam-dalam, "ibuk nggak kerja ? bapak Aminah ?"
"Ibuk sakit kak...nggak bisa jalan lagi...bapak sudah lama nggak tahu kemana...adik Aminah masih kecil kak..."
"jadi Aminah yang kerja ngantar kue-kue takjil ke warung ?"
"Iya kak..."
Aku menutup wajahku. Berusaha meredam kegetiran hati yang terus berkecamuk. Tak terbayangkan olehku, anak gadis sekecil Aminah harus memikirkan kehidupan. Harus memikul kebutuhan keluarga. Sementara anak-anak seusianya tengah asyik menikmati masa-masa kecilnya dengan bermain dan bersenang-senang. Aku kira semua ini hanya ada di episode drama, ternyata aku menemuinya di dunia nyata ! bahkan, aku saja yang sudah bekerja, seringkali mengabaikan mama di rumah dan memilih jalan dan buka puasa bersama teman-teman. Ah, betapa malunya aku !
Aku tersenyum, "udah, kan udah adzan nih...Aminah sekarang makan dulu ya...nasi rendang mau nggak ?" tawarku
Aminah terdiam.
"Aminah nggak usah khawatir...setelah kita makan, kita cari kurma dan bawain ibuk Aminah kurma ya...oke anak baik ?"