Rutinitas bekerja di bulan puasa tidak jauh berbeda dengan bulan --bulan biasa. Hanya jam kerja yang berkurang satu jam. Beban kerja dan deadline terus berjalan seperti sedia kala. Tidak ada yang berubah. Tidak ada dispensasi. Meski ketika berpuasa kita harus mampu menahan hawa nafsu termasuk menahan amarah, namun kenyataannya kita tetap manusia biasa yang memiliki begitu banayak keterbatasan, termasuk diantaranya mudah sekali terlena dan lelah. Apalagi jika kuantitas pekerjaan sedang padat-padatnya. Otomatis beban pikiran juga akan bertambah. Maunya ingin marah saja untuk hal-hal kesalahan kecil sekalipun.
Menyadari hal itu, setiap tahun di bulan puasa, saya selalu berusaha untuk melakukan perbaikan diri. Dan memang benar, melawan hawa nafsu amarah itu jauh lebih sulit ketimbang menahan lapar dan haus. Biasanya, kalau saya sudah mulai merasa kesal dan suntuk oleh urusan kantor, saya akan keluar sebentar dari ruangan kerja dan mencoba menghirup udara di luar kantor. Selain itu saya mencoba untuk rileks berolahraga ringan di ruangan. Alternatif lainnya, saya biasanya menelpon suami atau anak-anak agar mendapatkan sugesti energi positif dari orang-orang yang saya sayangi.
Namun, hari ini ada yang berbeda. Ketika tengah sibuk bekerja, tiba-tiba saya dikejutkan dengan selembar kertas yang ada di dalam tas kerja, diantara tumpukan berkas pekerjaan. Saya membacanya dengan seksama.
Selamat puasa bunda...semoga lancar puasanya ya bun...semangat kerjanya...cepat pulang...i love you --- keisha
Sontak saya tersenyum bahagia, tak salah lagi, itu adalah pesan tulisan anak pertama saya. Benar-benar sebuah kejutan menyenangkan buat saya. Saya tak tahu kapan ia menuliskan itu dan memasukkannya di dalam tas kerja saya.
Seketika mood saya jadi bagus. Seperti ada asupan energi positif yang mengalir dalam tubuh saya yang membuat saya semakin bersemangat untuk bekerja dan bergegas pulang untuk memeluk anak saya.
Sederhana bukan ? tapi justru hal-hal kecil seperti ini lah yang memiliki nilai cinta dan kasih sayang yang besar. Mengapa ? sebab hal-hal kecil dan sederhana seperti ini kerap kali terlupakan. Jadi, saya merasa menjadi orang yang sangat beruntung karena ada orang lain yang ingat untuk melakukan hal ini untuk saya.
Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.00. itu artinya saya sudah dapat beranjak pulang. Tak sabar rasanya untuk segera tiba di rumah dan bertemu dengan orang-orang yang saya sayangi. Memasak berbuka untuk mereka. Dan menikmati buka puasa bersama mereka tentunya.
Terimakasih buah hati bunda, pesan kejutan romantisnya benar-benar menjadi energi dan semangat bunda untuk bekerja dengan lebih baik meski sedang berpuasa. Semoga puasa kita senantiasa diberikan keberkahan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H