Puas ikut berjoget dan menikmati alunan musik Jawa Tengah yang cukup menghentak, saya lanjutkan lagi perjalanan. Kini saya sampai di Jawa Barat. Wah, teman saya terlihat sangat gembira karena sampai di anjungan daerah asalnya. Ia juga merasa tidak asing lagi berada di anjungan ini. Mulai dari alunan musik khas Sunda, percakapan orang-orang di anjungan ini menggunakan logat Sunda hingga dengan barang-barang seni khas Jawa Barat seperti alat musik Angklung dan Wayang Golek khas Bogor. Di anjungan ini saya juga melihat beberapa remaja sedang serius belajar menari. Tidak ada kata-kata lain yang bisa terucap selain “saya bangga…”
Dari Jawa Barat saya melompat dulu ke Lampung sebelum akhirnya ke DKI Jakarta. Meski tidak masuk sampai ke dalam, tapi saya cukup senang karena bisa melihat anjungan Lampung dan bangunan rumah adatnya.
Dan akhirnya, saya sampai di DKI Jakarta. Saya dan teman memutuskan hari ini mengakhiri perjalanan keliling daerah dan budaya Indonesia di anjungan DKI Jakarta. Di anjungan ini ada sepasang ondel-ondel yang menjadi salah satu ikon Betawi yang berada di DKI Jakarta. Terdapat juga rumah adat Betawi dan beberapa jenis kuliner khas DKI Jakarta seperti Soto Jakarta, Kerak telor, Soto Mi, dll. Saya sempat mencicipi lezatnya Kerak telor yang dijual seharga lima belas ribu.
Rasanya waktu sehari masih kurang untuk menikmati seluruh wahana di TMII. Anjungan yang saya kunjungi itu saja masih beberapa. Masih ada anjungan daerah budaya lainnya yang belum sempat saya singgahi.
TMII bukan hanya memiliki anjungan daerah budaya saja, ada banyak museum, wahana bermain, wahana flora dan fauna, kereta gantung, kereta api, teater Tanah airku dan Keong Mas, replika peta kepulauan Indonesia dan masih banyak lagi wahana-wahana menarik lainnya yang bisa dikunjungi.
Namun, bagi saya, anjungan daerah dan budaya menjadi daya pesona yang tidak dimiliki oleh lainnya. Konsep budaya ini hanya dimiliki oleh TMII dan benar-benar menjadi trademark TMII. Dari awal, saya sangat antusias melihat keistimewaan anjungan-anjungan setiap daerah tersebut, dan ternyata memang sangat menakjubkan !
Saya banyak belajar budaya-budaya baru yang (barangkali) tidak akan saya temukan di tempat lain selain di TMII ini. Bukan hanya itu, saya juga banyak menyerap nilai-nilai positif dari keberagaman budaya di Indonesia seperti nilai tenggang rasa, saling menghargai, saling menghormati, saling peduli, saling membantu dan saling mendukung satu sama lain.
TMII berhasil menjadi media dimana setiap budaya dapat hidup berdampingan dengan tetap menjadi dirinya sendiri serta mempertahankan identitasnya budayanya masing-masing. Pembelajaran ini secara tidak langsung akan terbawa dan dipraktikkan secara langsung oleh setiap orang di kehidupan yang sebenarnya. Jika demikian, saya optimis TMII mampu menjadi media penangkal terbentuk atau berkembangnya sikap etnosentrisme di negeri tercinta ini.
Silahkan mencintai budaya sendiri dan turut melestarikannya, sebab masyarakat yang berbudaya akan dapat menjaga citra bangsa, dengan catatan tetap menghargai, menghormati, membuka diri terhadap budaya lain, tidak apatis dan tenggang rasa agar terhindar dari sikap etnosentrisme yang justru akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada akhirnya, saya berharap TMII semakin jaya dengan sistem pengelolaan yang lebih baik, semakin jeli melihat, menemukan dan menampilkan potensi budaya Indonesia lainnya yang masih “tersembunyi”. Terima kasih telah menjadi media yang mampu merekatkan budaya bangsa yang beranekaragam dan mendukung upaya meningkatkan pengetahuan tentang budaya di masyarakat dengan cara yang sangat menyenangkan sehingga dapat tetap tercipta persatuan dan kesatuan bangsa.
Dirgahayu Taman Mini Indonesia Indah Ke-40 Tahun !