Mohon tunggu...
Ayyu Fityatin
Ayyu Fityatin Mohon Tunggu... Penulis - Mom of Two. Engineer. Writer.

Engineer. Book Lover. B Type.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Regenerasi di Sektor Pertanian

19 Mei 2019   21:51 Diperbarui: 19 Mei 2019   22:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: independensi.com

Jadi, untuk mencemplungkan diri ke dalam usaha tani, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan mengkhusus dan mendalam sesuai kebutuhan usaha tani yang akan dijalankan seorang petani. Penyuluhaan yang selama ini diberikan harus tetap dilanjutkan, tapi penyuluhan harus dilakukan secara menyeluruh, artinya bukan hanya "bagaimana agar produk yang dihasilkan baik", tapi juga pada keberlangsungan lahan yang digunakan bagaimana merawatnya agar tetap subur.                                              

Selama ini keterampilan dasar ini seringkali hanya didapatkan secara otodidak, baik dari orang tua, kerabat atau teman sesama petani. Semakin hari, pemilik ilmu inipun semakin langka sehingga dikhawatirkan keberlanjutannya di masa depan. Pada sisi lain, sebenarnya ilmu dan keterampilan ini juga sudah diajarkan secara khusus di berbagai sekolah-sekolah pertanian dan fakultas-fakultas pertanian di berbagai perguruan tinggi. Sayang sekali justru tidak banyak alumni sekolah seperti ini yang kemudian benar-benar menjadi petani.

3. Memberikan beasiswa di bidang pertanian

Ada 500 SMK Pertanian dari sekitar 8000 SMK yang ada di Indonesia (Kompas, 2011), Kebanyakan SMK lebih menyasar pada jurusan otomotif, computer atau perhotelan. Meski kecil, adanya SMK pertanian patut disyukuri. Selain itu di tingkat perguruan tinggi keberadaan fakultas pertanian juga hampir selalu ada di tiap universitas, bahkan ada yang secara khusus memelajari pertanian seperti Institut Pertanian Bogor (IPB). 

Organ pendidikan pertanian memang banyak kita miliki, hanya saja kondisi sektor pertanian yang terlihat suram mengendurkan semangat para pemuda untuk belajar di bidang itu. Diperlukan berbagai program yang bisa menarik minat mereka ini untuk kembali ke pertanian. Bisa dengan memberikan beasiswa khusus di bidang pertanian atau dengan program-program magang. 

4. Memperkenalkan pertanian sedini mungkin

Walaupun faktanya petani seringkali tidak jelas nasibnya, tetapi yang jelas : lahan pertanian masih menjadi tujuan wisata alternatif masyarakat. banyak agen wisata yang menampilkan suasana persawahan yang indah untuk menarik calon wisatawannya. Ini bisa dibaca sebagai ketertarikan masyarakat pada dunia pertanian masih banyak. Dalam permasalahan ini, faktor ketertarikan masyarakat bisa menjadi jalan untuk mengajak mereka kembali pada pertanian. 

Masih ada waktu untuk membuat anak-anak itu tertarik terhadap pertanian, yakni dengan melakukan tour ke sawah-sawah. Anak-anak biasanya begitu menyukai lumpur dan air, mengajak mereka melihat keindahan alam sekaligus memperkenalkan profesi petani dan kelebihannya akan memberikan kesan tersendiri untuk mereka.

Tentu ada lebih dari empat poin untuk menaklukkan hati milenial saat ini agar tertarik dengan pertanian. Sebenarnya titik tekannya adalah pada kesejahteraan petani itu sendiri, karena letak ketidaktertarikan itu ada pada nasib petani yang masih kurang menguntungkan. 

Namun jika itu masih sangat sulit untuk dilakukan, akan lebih baik para generasi muda ini tak lagi melihat pertanian dari bagaimana kerasnya orang tua mereka berkecimpung di dalamnya. Mereka bisa menciptakan dunia pertanian dengan arah baru yang lebih progresif. Meski belum seviral Gojek dalam perkembangannya, aplikasi semacam @tanihub @carisayur @sayurbox serta situs-situs penjual hasil tani para petani semacam kebunsayursurabaya patut di apresiasi dan didukung penuh oleh pemerintah. Dengan adanya aplikasi atau situs tersebut menunjukkan jika geliat dunia pertanian dengan arah baru sudah mulai tumbuh pada generasi muda. 

Note: Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba menulis Kementerian Pertanian Agri Writing Competition 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun