Hidup memang tak selalu berjalan dengan apa yang jadi harapan. Saat merasa sedih kadang lupa bahwa dunia ini sangat luas. Bahwa setiap orang hidup didunia yang luas ini tidak ada hidupnya yang selalu baik-baik saja. Setiap kehidupan pasti ada lika-liku yang harus dilewati dengan porsi masing-masing yang melakoninya.Â
Hanya saja, cuma Tuhan yang mengetahui semuanya. Sehingga membuat buta saat kesedihan menguji, seakan kesedihan ini sangat mendalam menyiksa naluri. Hidup memang hanya hak Tuhan untuk mengaturnya. Tidak bisa ditawar atau bahkan dikompromikan.
Kesedihan memang kerap mengantarkan pada sesuatu  yang berhawa negatif. Rasa terpuruk, tertekan, terpojok. Seakan tidak ada yang mengerti dan berpihak pada hati yang bersedih. Semakin ingin melarikan diri semakin terasa pemberontakan jiwa yang kesakitan.Â
Saat ingin menyerah dan meletakan semua yang membuat tertekan malah terdengar bisikan-bisikan yang membimbangkan. Antara harga diri yang ingin menemui penyelesaian atau hanya pasrah menyerah begitu saja dengan keadaan yang memilukan. Sungguh jiwa, naluri dan hati seakan sedang berperang.
Apa yang sebenarnya dicari? Apa yang sebenarnya diperdebatkan? Apa yang sebenarnya ingin dimenangkan? Sedang hidup, bahagia, kesedihan, kejayaan, kematian semua telah diatur. Namun, masih terus saja naluri merasa tertekan, hati menjerit berteriak tegas dan jiwa teguh pada pemberontakanya. Seolah kesedihan telah berjaya bertahta disinggasananya dan terus memeras kebagiaan yang belum sempat muncul.
Apakah harus berjuang demi sebuah harapan bahagia? Hingga lelah... Lalu... Apakah akan terdiam dan menyerah? Saat merasa semua tak nampak tempat labuhnya.
Apa ini? Kesedihan macam apa yang terus menyiksa hati nurani? Sedang telah tersadari semua penderitaan diri terjadi karena kebodohan pikiran yang menghasut? Pengkhianatan mutlak dari pola pikir yang selalu negatif. Selalu memikirkan dan mengingat semua yang membuat kesedihan semakin berkuasa membolak-bolikan perasaan.Â
Terus berfikir yang membuat hati tertekan semakin dalam. Tidakah ada harapan untuk memperjuangkan kebahagiaan? Tidakah pikiran ingin memberi kesempatan pada naluri untuk menumbuhkan secercah harapan bahagia? Atau akankah membiarkan pikiran-pikiran negatif terus memperkosa hati nurani?
Bangunlah hati nurani..... Dengarlah suara lirih, rintih dari dasar relung hati terdalam. Membisikan untuk segera bangkit dari keterpurukan, penekanan dan pengkhianatan pola pikir negatif yang meracuni. Ikutilah melodi cantik walau sangat sayu terlintas. Namun itulah yang akan membawakan harapan bahagia. Cari dan dekatkanlah telinga hatimu untuk bisa lebih merasakanya. Kehangatan harapan kebahagiaan.Â
Yang akan sia-sia jika sang naluri tidak peka menanggapinya. Memang sangat lirih dibanding dengan lolongan derita pikiran yang tak ingin menyerah. Berjuanglah, rasa dan dengarlah lebih jelas bisikan bahagia yang menawarkan dirinya agar bersemi di jantung hati sang naluri. Akan sangat indah mewarnai seluruh rongga hati. Dengarlah lebih seksama setiap bisikanya. Bisikan lembut agar mengingat Tuhan.Â
Melodi yang mensyairkan kuasa Tuhan. Rintihan lirih bahwa Tuhan selalu ada dalam setiap hati nurani. Tuhanlah tempat yang tepat untuk mengembalikan semua. Dan berserah diri pada Tuhan adalah satu-satunya cara untuk membelokan pikiran negatif. Percayakan semua kehidupan pada Tuhan, biarlah Tuhan yang mengatur semua apa yang akan terjadi pada diri. Yakinlah semua akan bahagia pada akhirnya karena izin Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H