Mohon tunggu...
Fifi SHN
Fifi SHN Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Mengungkapkan isi hati dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Saatnya Anak Millenial Raih "Haji Muda" Dengan Daftar ONH Lebih Awal

10 Oktober 2020   23:04 Diperbarui: 10 Oktober 2020   23:19 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya ketika umrah Desember 2015 (Foto : Dok. Pribadi)

Naik haji bagi orang yang mampu, selain merupakan rukun Islam kelima, juga agaknya ungkapan ini menjadi sangat berarti dan terasa semakin sulit meraih status "Haji Muda" bagi orang tua saya generasi kolonial (lawan dari milineal) yang sudah berumur 60 tahun.

Kenapa? Karena saat ini orang tua saya secara pribadi terkendala oleh dua hal yang sangat mendasar. Yaitu pertama, kendala biaya, dan kedua adalah kendala kuota haji yang masih harus menunggu giliran berangkat.

Secara hitungan kasarnya mungkin begini. Umur ayah saya sekarang 60 tahun. Jika mendaftar haji tahun 2020 ini, berdasarkan "waiting list" dari Kementerian Agama ayah saya masih harus menunggu paling cepat 20 tahun.

Dengan demikian, usia ayah saya sekarang 60 tahun ditambah waktu tunggu 20 tahun, maka ayah saya baru dapat giliran berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah Insya Allah pada umur 80 tahun. Wow...sudah kakek-kakek ya.

Cukup lama memang menunggu. Usia semakin udzur dan secara fisik semakin lemah. Syukur-syukur kalau umur masih panjang dan belum keburu dijemput oleh malaikat pencabut nyawa hehe...

TABUNGAN HAJI UNTUK ANAK

Menyadari kendala usia yang sudah "kolonial" ini, ayah saya dan ibu yang Alhamdulillah memang sudah pernah menunaikan umroh (ibadah di luar musim haji), akhirnya sepakat mempersiapkan putra-puterinya untuk berangkat haji dengan program "Tabungan Haji Danamon Syariah".

Seperti kita ketahui bahwa untuk menunaikan rukun Islam kelima ini dituntut kesiapan fisik dan usia muda. Sehingga lebih baik mempersiapkan diri atau mendaftarkan diri sebagai calon haji sejak usia masih muda (milenial). Pasalnya pelaksanaan rukun haji dan kegiatan sehari-hari di Arab memerlukan kekuatan fisik.

Kebetulan saya sendiri memang hidup di tengah keluarga yang hampir seluruhnya sudah menyandang "titel" haji. Dimulai dari kakek-nenek, ayah-ibu, tante-paman, sepupu, bahkan kakak dan adik saya sudah pernah naik haji semua (Haji Muda). Mereka ada bertempat tinggal di Kota Makassar.

Kalau pun masih ada yang belum haji, tapi minimal mereka sudah banyak yang pernah berangkat umroh yaitu ke Baitullah, Makkah, Saudi Arabia di luar musim haji. Di antara mereka yang sudah umroh itu, saya yang termasuk. 

Jadi tidak heran jika terkadang terjadi kesalahpahaman orang di luar keluarga besar kami. Ada saja orang suka memanggil saya dengan panggilan Haji ("hajjah" bagi perempuan). Padahal saya belum haji, cuma pernah umroh hahaha....

Saya ketika umrah Desember 2015 (Foto : Dok. Pribadi)
Saya ketika umrah Desember 2015 (Foto : Dok. Pribadi)

Kakek-nenek saya berangkat haji zaman haji laut. Artinya berangkat dan pulang haji menggunakan transportasi kapal laut. Perjalanan cukup lama. Waktu perjalanan saja bisa sebulan. Jadi pergi pulang 2 bukan ditambah waktu berada di Tanah Suci sebulan, praktis 3 tiga bulan.

Ketika ibu-ayah saya mendapat kesempatan berangkat haji, Alhamdulillah sudah berganti transportasi pesawat terbang. Yang saya ingat waktu itu, musim haji dimana ada pesawat pengangkut jamaah haji Indonesia jatuh di Colombo.

Praktis sejak saat itu, pemerintah memutuskan angkutan jamaah haji beralih ke pesawat terbang dengan konsekuensinya tentu saja biaya ONH (ongkos naik haji) jadi mahal. Tapi di sini lain, jarak tempuh perjalanan haji lebih singkat dan tidak perlu lagi berbulan-bulan.

Nah sejak saat itu juga, istilah "haji laut" sudah berganti dengan sebutan "haji udara". Sejak itu pula sudah tidak ada lagi transportasi kapal laut seperti yang pernah dialami kakek-nenek saya waktu berhaji. Semua jamaah haji Indonesia menggunakan pesawat.

Nah, semakin terbuka pulalah peluang untuk menjadi "Haji Muda".

TABUNGAN HAJI DANAMON SYARIAH

Baik ketika mulai zaman kakek-nenek, ayah-ibu, hingga waktu saudara saya naik haji, belum fasilitas tabungan haji seperti sekarang. Kecuali dengan menabung sendiri uangnya di rumah sebagai persiapan setoran jika tabungannya sudah terkumpul banyak.

Soal jatah haji atau istilah sekarang kuota haji, pada zaman haji laut kakek-nenek saya juga sudah ada. Bedanya prosedur, tata cara dan istilahnya saja yang berbeda.

Sesuai cerita mereka kepada saya waktu itu istilahnya melalui undian, atau bentuknya semacam arisan. Bagi nomor urut pendaftarannya yang keluar saat "dikocok" maka dialah yang dapat giliran berangkat naik haji. Unik ya?

Nah, sesuai perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kini sudah diperkenalkan adanya model baru dalam persiapan berangkat haji. Yakni tabungan haji dari bank pemerintah maupun bank swasta. 

Di depan Bank Danamon kota Bekasi (Foto : Dok. Pribadi)
Di depan Bank Danamon kota Bekasi (Foto : Dok. Pribadi)

Salah satu yang melakukannya adalah Bank Danamon melalui produknya Tabungan Haji Danamon Syariah.

Maka ayah saya dan ibu pun menggandeng putera-puteranya yang milenial, mencari informasi seputar tabungan haji.

Alhamdulillah, ayah saya tidak salah alamat. Sebab yang istimewa dari program Tabungan Haji Danamon Syariah, adalah dengan memberi peluang generasi milenial untuk lebih dini mempersiapkan diri berangkat haji. Nah, inilah yang saya tunggu-tunggu sebagai anak milenial.

Maka dengan modal informasi yang dapatkan ini, ayah saya pun menyempatkan diri mampir di kantor cabang Bank Danamon Kota Bekasi, Jalan Ir Haji Juanda, tak jauh dari empat tinggalku di daerah Jawa Barat. Tujuannya untuk mengetahui lebih jelas apa dan bagaimana itu tabungan haji.

Nomor antrian di Bank Danamon kota Bekasi (Foto : Fifi SHN)
Nomor antrian di Bank Danamon kota Bekasi (Foto : Fifi SHN)

Dari Ibu Zakiya, petugas Bank Danamon Bekasi, ayah saya, ibu dan putera-putrinya akhirnya dapat jawaban kenapa sebagai generasi milenial harus mempersiapkan pergi haji sedari muda atau Haji Muda.

Menurut Ibu Zakiya, petugas Bank Danamon Bekasiz menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji merupakan impian bagi setiap umat muslim. Saat ini, di Indonesia, rata-rata masa tunggu calon jemaah haji mencapai 20 tahun. 

Nah, selama masa tunggu yang panjang tersebut, setiap calon jemaah perlu menyiapkan fisik yang prima untuk menempuh ibadah haji secara optimal. 

Itulah sebabnya, pemerintah melalui Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menganjurkan agar calon jemaah haji mendaftar sejak usia muda.

Tak hanya mendaftar, sejumlah persiapan pun perlu dilakukan sejak dini. Calon jemaah bisa memulai persiapan dengan pertama-tama membuka rekening tabungan haji sehingga otomatis masuk ke daftar tunggu kuota haji. 

Seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini, Bank Danamon ikut mendukung imbauan BPKH, Danamon Syariah siap mengakomodasi pembukaan tabungan haji sejak usia muda dan telah terhubung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) milik Kementerian Agama Republik Indonesia.

Terkait persiapan pemberangkatan haji ini, Bank Danamon menyiapkan dua jenis tabungan haji. Yakni Rekening Tabungan Jemaah Haji, dan Tabungan Rencana Haji iB. Kedua tabungan tersebut merupakan Tabungan Haji Danamon Syariah.

Brosur tata cara pendaftaran Haji Bank Danamon (Foto: Fifi SHN)
Brosur tata cara pendaftaran Haji Bank Danamon (Foto: Fifi SHN)

Dua jenis program tabungan produk Danamon ini, menggunakan dua tagline yang cukup menggoda. Yakni yang pertam "Niat Haji. Prioritaskan Sedini Mungkin". Yang kedua, "Saatnya Wujudkan Niat Haji. Mulai Di sini".

Untuk Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH) ini adalah tabungan dengan prinsip ayariah titipan (wadiah) yang memberikan kepastian porsi haji. Hal ini karena sudah terkoneksi secara langsung dengan Sist Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementerian Agama RI.

Program RTJH Danamon ini minimal setoran awal Rp 24 juta dengan biaya administrasi bulanan dan penutupan rekening gratis. Adapun media pelaporannya adalah menggunakan buku tabungan dan kartu ATM khusus jemaah haji Danamon.

Adapun syarat pendaftaran haji sebagai berikut : beragama Islam, berusia minimal 12 tahun, belum pernah menunaikan ibadah haji. Atau kalau sudah pernah naik haji minimal 10 tahun sejak haji terakhir.

Brosur persyaratan dokumen Haji (Foto : Fifi SHN)
Brosur persyaratan dokumen Haji (Foto : Fifi SHN)

Syarat berikutnya yakni buka tabungan RTJH atas nama yang bersangkutan, dan melakukan setoran awal BPIH sebesar Rp25 juta, salinan buku tabungan RTJH diserahkan ke Kemenag.

Setelah semua persyaratan di atas sudah dilengkapi, pihak Bank Danamon akan membantu kita sebagai nasabah calon jamaah haji Danamon meneruskan ke pihak Kemenag atau instansi terkait dengan penyelenggaraan haji.

Nah, itu persyaratan bagi mereka yang ikut program Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH). Sedang persyaratan Tabungan Rencana Haji iB. perbedaannya pada jumlah setoran awal.

Kalau RTJH setoran awal sebesar Rp25 juta, maka Tabungan Rencana Haji iB adalah setoran rutin bulanan sebesar Rp300.000 - Rp5.000.000 dengan jangka waktu 6-72 bulan. Biaya administrasi gratis.

Selanjutnya nasabah akan menerima SMS notifikasi jika saldo tabungan rencana cukup untuk melakukan setoran awal haji Rp25 juta. Setiap nasabah juga mendapat perlindungan asuransi jiwa syariah dari Bank Danamon.

Tinggal kini ayah saya dan ibu harus memilih tabungan yang cocok untuk putera-puterinya yang milenial ini sebagi persiapan naik haji di usia muda atau meraih Haji Muda.

Insya Allah jika rezeki memungkinkan, rencana ayah dan ibu akan daftarkan putera-puterinya melalui Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTHJ) dengan setoran awal Rp25 juta. Aamiin.

Tapi jika belum memungkinkan karena kemampuan ekonomi belum memadai, ya akan ayah kami pilih program kedua. Yakni Tabungan Rencana Haji iB yang setoran rutin bulanan sebesar Rp300.000 - Rp5.000.000 dengan jangka waktu 6-72 bulan. Doakan saja ya kawan-kawan pembaca Kompasiana.

Saya teringat ceramah Pak Ustadz saat ada tetangga di tempat tinggal saya menggelar "walimatussyafar", yakni acara pelepasan calon jemaah haji dengan mengundang tetangga untuk doa bersama.

"Berangkat haji itu harus ada niat dan uang. Kalau sudah ada uang tapi tidak ada niat, ya gak berangkat. Sebaliknya kalau ada niat tapi tidak ada uang, Insya Allah berangkat entah nanti uangnya ada saja yang kita tidak ketahui datangnya," katanya.

Nah, yang lebih parah, katanya, "kalau sudah tidak ada niat, juga tidak ada uang pula, ya tidak berangkat- berangkat hahaha...."

Nah, semoga kita semua, terutama kaum Muslimin pembaca Kompasiana, bersyukur kalau berada pada posisi "sudah ada niat tapi belum pegang uang". 

Lebih bersyukur lagi kalau, "sudah ada niat, sudah ada pula uang dari hasil tabungan haji dari Bank Danamon". Insya Allah, kata Pak Ustadz, kita sudah dapat porsi haji dan tinggal menunggu giliran berangkat haji. Aamiin..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun