Mohon tunggu...
Fifi SHN
Fifi SHN Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Guru Taman Kanak-kanak (TK) l Blogger l Content Creator

Mengungkapkan isi hati dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalamanku Hidup dengan Tumor

30 September 2016   09:27 Diperbarui: 6 Maret 2019   19:08 6085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedih rasanya kalau mengingat kejadian yang saya alami hidup dengan tumor. Dua kali menjalani operasi. Hal ini karena penyakit yang saya derita, menurut beberapa orang, jika dibiarkan bisa berbahaya dan mengancam nyawa saya.

Saya sudah mengalami penyakit ini yang kedua kalinya. Pertama kali saat masih sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (setingkat SMA) kelas 2 SMA di kota kelahiran saya, Kota Bekasi, Jawa Barat, 2012. Kejadian kedua setelah saya lulus dan kuliah di Kota Makassar, tempat kelahiran orang tua saya. Saya ketika itu mengira kejadian yang pertama ini hanyalah benjolan biasa yang timbul entah karena terbentur atau terjatuh. Yang saya rasakan seperti mendenyut dan ngilu, sementara kalau dipegang kadang terasa sakit. Saya perkirakan karena terbentur dengan benda keras sebab saya sering dibonceng naik motor.

Saat pertama kali merasakan sakit berdenyut dan ngilu, terjadi ketika tulang ekor (bokong) saya secara tidak sengaja terbentur besi yang ada pada belakang jok motor. Besi ini berfungsi sebagai penyanggah di sadel motor yang diduduki jika dibonceng. Saya sering merasakan benturan dari besi itu. Saya berpikir, mungkin dari situlah sumber penyebab ada benjolan karena sering terbentur. Akhirnya saya meminta tolong ibu saya untuk memeriksanya. Lalu ibu saya mengoleskan benjolan tersebut dengan minyak gosok dengan harapan agar benjolannya bisa mengecil.

Saya hanya menganggap baik-baik saja, tidak ada apa-apa. Lusanya saya naik mobil, tidak lama kemudian saya merasakan lagi sakit pada tulang ekor di bagian bokong saya saat duduk di dalam mobil. Tapi saya mengira mungkin karena kram atau kelamaan duduk di mobil. Sepulangnya saya periksa di kamar mandi. Ternyata saya melihat benjolan itu makin membesar. Saya merasa takut sekali. “Mengapa bisa jadi parah begini ya”, pikir saya ketika itu.

Orang tua saya langsung membawa saya ke dokter umum yang dekat dari rumah. Dokternya bilang, “itu luka di dalam, harus diperiksa di rumah sakit”. Kemudian dibawalah saya ke salah satu rumah sakit swasta terdekat di Kota Bekasi. Dokternya langsung memvonis saya bahwa itu penyakit tumor. “Tapi tumornya masih jinak, harus diwaspadai karena kalau dibiarkan lama bisa berbahaya".

Vonis dokter tersebut membuat saya ketakutan. Apalagi membayangkan ucapan dokter, bahwa kalau sudah terlalu lama dibiarkan, bisa saja berkembang menjadi tumor ganas. Lebih berbahaya lagi sebab bisa menyebabkan kanker kalau terlambat mengobatinya. Kemudian dokter menyuruh saya untuk segera dioperasi dan mengangkat tumornya itu. Saat itu orang tua saya langsung mengiyakan. Dokter beserta perawat lalu membawa saya ke ruang operasi. Saya mengucapkan basmallah dan berdo’a semoga operasinya berjalan dengan lancar. Alhamdulillah, dari operasi itu berhasil mengangkat benjolan yang semula dianggap tumor jinak itu.

Tumor yang berhasil diangkat pada Operasi Pertama (dok)
Tumor yang berhasil diangkat pada Operasi Pertama (dok)
Operasi Kedua

Kejadian yang sama terulang kembali. Ini pengalaman yang saya rasakan kedua kalinya saat sudah menjadi mahasiswi di Kota Makassar, tepatnya tahun 2015, saat menginjak masa perkuliahan semester tiga. Ketika saya sedang tengkurap di bantal, entah kenapa saya merasakan sakit di payudara bagian kanan dan sepertinya ada benjolan yang mengganjal.

Saya lalu memeriksa sendiri, ternyata ada benjolan di payudara bagian kanan. Dari tempat kos-kosan, saya langsung menghubungi orang tua saya di Kota Bekasi. Orang tua saya menyuruh saya ke rumah sakit terdekat di Makassar untuk periksa terlebih dahulu. Ya, siapa tahu hanya benjolan biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Saat keluar dari ruang periksa dan melihat hasil scan dari dokter, ternyata lagi-lagi dokter memvonis saya mengidap tumor jinak. Dokter kembali menyuruh saya untuk segera dioperasi untuk diangkat tumornya.

Saya shock dan sedih bahwa saya mengalami penyakit itu untuk kedua kalinya. Orang tua saya kemudian memutuskan mau membawa saya pulang ke Jakarta. Alasannya biar bisa dirawat di Rumah Sakit Kota Bekasi karena saya pertama kali dioperasi di sana. Keesokan harinya, orang tua saya datang menjemput ke Makassar dan langsung membawa saya ke Rumah Sakit di Bekasi.

Tiba di Bekasi, dokter menyuruh saya scan ulang payudara saya. Menurut dokter, ia ingin tahu kondisi terahkir karena saat diperiksa di Makassar masih bulan September 2015. Sementara saya tiba di Bekasi sudah bulan Desember 2015. Tidak disangka, dari hasil scan terakhir di Bekasi inilah, membuat saya terkejut. Dokter kembali menyatakan bahwa saya mempunyai tumor, bahkan bukan satu saja tapi sudah ada dua tumor di bagian kanan payudara. Letaknya dekat jantung dan di bawah ketiak. Dokter dan perawat-perawatnya seperti biasa membawa saya ke ruang operasi. Saya cuma bisa menangis di dalam hati, pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT.

Ketika saya sudah sadar pasca operasi, orang tua saya bercerita sambil bersedih. Katanya, saya adalah pasien yang masuk ke ruang operasi lebih awal, tapi malah keluar dari ruang operasi belakangan. Begitu tempat tidur yang mempunyai roda didorong keluar ruang operasi di mana saya terbaring di atasnya, ketika itulah orang tua saya hanya bisa menangis karena melihat saya belum sadar (siuman) juga dari pengaruh obat bius pasca operasi. Dikiranya, saya sudah tiada alias meninggal. Orang tua hanya bisa memeluk saya.

Saya tersenyum kecil mendengar pengakuan orang tua, sesaat setelah siuman dan bebas dari pengaruh obat bius pasca operasi. Saya tak lupa mengucapkan hamdalah karena masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Allah SWT dan bisa berkumpul dengan keluarga kembali. Alhamdulillah ya Rob.

Tumor yang berhasil diangkat pada Operasi Kedua (dok)
Tumor yang berhasil diangkat pada Operasi Kedua (dok)
Jaga Pola Makan

Dari kejadian yang saya alami sampai harus dioperasi dua kali karena tumor ini, pesan saya buat teman-teman baik yang perempuan maupun yang laki-laki, agar selalu menjaga pola makan yang baik dan sehat. Janganlah seperti saya yang masih suka makan sembarangan. Menurut keterangan yang saya dengar dari dokter, tumor yang sempat menempel di tubuh saya ini berupa gumpalan daging berupa benjolan. Tumor itu sendiri dibagi dua macam, yaitu ada yang jinak dan ganas. Faktor penyebab tumor ini timbul karena adanya 3 hal : 1. Faktor hormon, 2. Faktor keturunan, 3. Faktor Pola makan.

Menurut literatur yang pernah saya baca, istilah tumor berasal dari bahasa Latin, yang berarti "pembengkakan", yaitu pembengkakan pada masa jaringan yang tidak normal. Tumor ganas jika sel-selnya bersifat kanker, sedangkan tumor jinak jika sel-selnya tidak bersifat kanker. Tumor adalah kelainan atau penyakit pada tingkat jaringan. Adapun pengertian kanker  adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali.

Tumor jinak sering dikatakan tidak berbahaya karena tidak sampai berkembang menjadi kanker. Namun demikian, penyakit ini tetap tidak bisa dianggap enteng karena dapat berakibat fatal pada kesehatan tubuh. Sifatnya jinak membuat penderita acap kali kurang tanggap melakukan pengobatan. Padahal semakin cepat penyakit tumor jinak diobati, akan semakin baik hasilnya. Tumor jinak biasanya dikelilingi oleh permukaan luar yang menghambat pertumbuhannya sehingga tak sampai berkembang menjadi tumor ganas. Namun pada beberapa kasus, tumor jinak dapat berkembang menjadi tumor yang ganas.

Perubahan tersebut ada yang disebut dengan tubular adenoma, yaitu jenis umum dari polip kolon yang merupakan tanda timbulnya kanker kolon. Sel pada adenoma, seperti pada umumnya tumor yang berkembang menjadi kanker, menunjukkan secara jelas tidak normalnya bentuk perkembangan sel. Hal ini yang dimaksud dengan displasia. Ketidaknormalan sel tersebut tidak ditemukan pada tumor yang tidak potensial berkembang menjadi kanker (tumor jinak). Sebaliknya, fenomena tersebut kerap ditemui pada kasus tumor yang meningkat menjadi kanker.

Menurut ahli bedah onkologi RS Sanglah Prof. Dr. dr. Ida Bagus Tjakra Wibawa, Sp. B. Onk (K), Ahli Kanker Prima Medika Hospital, bahwa tumor jinak biasanya diawali oleh hal-hal yang dianggap sepele seperti timbul benjolan. Tanda lainnya adalah sakit pada bagian yang ditekan. Ketika suatu bagian tubuh yang diduga terserang kanker ditekan dan menimbulkan sakit, hal ini perlu juga dicurigai. 

Tanda lain yang perlu juga diperhatikan adalah munculnya benjolan, tinja yang mengeluarkan darah, haid yang tidak normal, dan sakit pinggang yang terjadi tiba-tiba. Semua tanda dan gejala di atas bisa jadi ada kaitannya dengan tumor jinak. Namun tidak perlu terlalu takut. Asalkan kita mengobati tumor jinak secepat mungkin, penyakit tersebut dapat sembuh.

Soal faktor hormon, saya kurang mengerti tentang ini. Tapi faktor kedua yakni faktor keturunan, mungkin hal itu bisa terjadi. Mengingat kakek atau nenek dari pihak orang tua saya memang pernah mengalaminya. Bahkan tumor ini meningkat jadi kanker dan menyerang otak dan payudara sehingga menyebabkan kematian. Mungkin potensi mengidap tumor itu diturunkan ke cucunya seperti saya ini? Entahlah.

Soal pola makan yang tidak sehat, ini perlu diketahui oleh teman-teman agar bisa mengurangi mengkonsumsi makanan yang bermecin, daging, berlemak (seperti; gorengan, terutama makanan yang mengandung banyak minyak), berpengawet (makanan siap saji seperti: sosis, nugget, bakso, mie instan, sphagetti, dan makanan ringan lainnya). Makanan yang semua saya sebutkan tadi adalah bisa memicu tumbuh dan berkembangnya tumor ini. Perbanyaklah mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan paling utama yaitu minum air putih.

Sesudah operasi dan diangkatnya tumor ini, dokter belum bisa mendeteksi kembali dan menyatakan apakah sudah bersih atau steril dan terhindar dari tumor. Ini karena faktor usia seperti saya yang masih muda, masih dalam masa-masa pertumbuhan yang rentan terkena penyakit seperti tumor ini. Jadi seperti yang saya sebutkan di atas, kalau kita menjaga pola makan yang baik dan benar serta bersih, Insya Allah kita jauh dari penyakit ini. Memang penyakit ini tidak berbahaya, tetapi seperti pepatah bilang “lebih baik mencegah daripada mengobati”.

Oh yah kakak tarbiah di kampus saya berpesan untuk sabar dan tawakal dalam menghadapi apapun termasuk penyakit yang diberikan oleh Allah SWT. Allah mau menguji sejauh mana kesabaran yang kita punya. Apapun yang menimpa diri kita, Insya Allah akan menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan sikap positif yakni berkhuznudzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Tetap semangat dan jangan berputus asa*

*Siti Harfiah Nur (Fifi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun