“Dengan kesempatan naskah ini digarap, akan dapat membantu menstimulus karya-karya mereka yang belum mempunyai wadah. Sekaligus memperkenalkan pada publik, bahwa inilah karya-karya baru yang ditulis generasi muda dari penulis perempuan. Kalau menunggu masyarakat membaca naskah drama sendiri, akan agak lama. Jangankan naskah drama, tradisi membaca negeri kita masih rendah,” ujar Iswadi.
Dalam sesi bincang proses Festival Kelas Titimangsa, ia juga menyoroti pentingnya memberi kesempatan merata pada perempuan Indonesia dalam segala aspek teater. Bukan hanya terpaku di peran-peran tradisional seperti tim produksi, tata rias, atau konsumsi, tapi dapat pula sebagai penulis naskah, sutradara, lighting, artistik, dan lainnya.
Hadirnya monolog "Dainang: Anakku Naburju" akhirnya tak hanya mempersembahkan nilai kegigihan seorang perempuan di hadapan ketimpangan hidup. Seluruh proses di balik pertunjukan ini, dan kontribusi dari setiap individu yang terlibat, membawa nilai-nilai kolaborasi, kepercayaan, dan dukungan. Sekumpulan nilai krusial untuk dapat menghadapi tantangan yang memecah persatuan.
Sumber Referensi Bacaan:
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/kenali-sadari-dan-atasi-luka-inner-child
Buku elektronik "Mengenal Ulos" Penerbit Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh, Seri Informasi Budaya 019/2010
Artikel ilmiah "Makna Simbolis Pada Kain Ulos Asal Batak" oleh Inggrid Bintang Thesalonicha, Mahasiswi Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H