Mohon tunggu...
Fidya Rizky
Fidya Rizky Mohon Tunggu... Penulis - Bersekolah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang mahasiswi yang sedang belajar menjadi kritis.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Mendengarkan Musik Klasik, Memang Bisa Membuat Kita Cerdas dalam Sekejap?

26 September 2020   10:35 Diperbarui: 26 September 2020   10:44 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada saja akal para siswa saat menjelang ujian untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Seperti belajar mati-matian sampai lupa makan, membuat contekan dalam aneka bentuk dan juga mendengarkan musik untuk menghilangkan suntuk yang katanya bisa membuat kita pintar. Benarkah musik klasik bisa mencerdaskan otak kita dalam sekejap?

Ternyata anggapan ini tidak benar. Mitos musik klasik dalam mencerdaskan kita dalam sekejap merupakan salah faham dari artikel hasil eksperimen tiga peneliti asli University Califoria di UC Irvine, Amerika Serikat. Dalam penelitian tersebut mereka meminta 3 mahasiswa mendengarkan Sonata karya komposer ternama Wolfgang Amadeus Mozart selama 10 menit.

Rupanya kemampuan Spasial Temporal tersebut meningkat 8 sampai 9%. Kemampuan Spasial Temporal itu apasih? Kemampuan Spasial Temporal itu adalah kemampuan untuk mengenali ruang, bentuk dan arah. Hasil dari penelitian ini diterbitkan dalam salah satu jurnal ilmu pengetahuan yang paling bergengsi didunia dengan judul "Nature: Event Horizon"

Bagaimanapun juga peningkatan kemampuan khusus ini salah diartikan atau salah diterjemahkan oleh banyak orang sebagai peningkatan seluruh IQ alias kecerdasan intelektual. Dalam buku seorang Dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan bernama Alfred Tomatis mengatakan bahwa mendengarkan karya Mozart dan musik klasik lainnya dapat memicu penyembuhan tubuh dan perkembangan otak. Musik klasik juga dapat membantu meringankan kecemasan seperti yang ditunjukkan oleh dokter dengan menggunakan terapi musik.

Seperti diketahui, terapi ini untuk membantu mengatasi gangguan seperti demensia dan tidur yang buruk. Beberapa tahun kemudian ada seorang pendidik dan juga dia adalah seorang musisi yang bernama Don Campbell menerbitkan buku yang berjudul The Mozart Effect dan langsung laris dijual dipasaran. Saking terkenalnya survei menemukan bahwa 73% mahasiswa pengantar psikologi di Amerika Serikat bahkan percaya bahwa, mendengarkan musik mozart dapat menambah kecerdasan manusia sendiri.

Gubernur bagian Georgia dan Tennessee, Amerika Serikat pun sampai-sampai menyiapkan dana khusus untuk membagikan CD musik mozart secara percuma bagi setiap bayi yang baru lahir. Penelitian yang diterbitkan di Forbes mengungkapkan ide bahwa musik klasik dapat menyembuhkan masalah kesehatan dan membuat bayi lebih pintar tidak memiliki dasar yang kuat, meski diyakini kalau mendengarkan sonata Mozart dapat memacu otak untuk mengerjakan tugas matematika.

Para peneliti di Appalachian State University juga menepis kebenaran dari apa yang dinamakan efek Mozart, yang mengklaim adanya peningkatan intelegensi sementara yang diperoleh setelah mendengarkan piano sonata yang ditulis oleh komposer terkenal Mozart.

Penelitian lanjutan menemukan bahwa musik klasik dapat meningkatkan kemampuan anak prasekolah dalam tugas melipat dan memotong kertas. Tapi anak-anak ini juga menunjukkan kemampuan yang sama setelah mereka mendengarkan cerita atau mendengarkan musik untuk anak. Musik mampu memberi kesenangan dan kebersamaan. Pengenalan dini pada suara yang bisa bayi apresiasi membantu mereka tumbuh bersama nilai estetika, sehingga mereka bisa mengapresiasi semua bentuk seni dan menyentuh spirit kemanusiaannya(ibupedia.com). 

Pada akhirnya saat kita bermain pesan berantai anggapan ini semakin tersebar dan justru semakin tidak jelas anggapannya. Sebagaimana sebuah artikel yang ditulis di Amerika Serikat bahwa efek Mozart bisa membantu anak-anak membantu meningkatkan kinerja pikiran mereka. Ada juga sebuah artikel di Tiongkok, China yang menyatakan bahwa seorang bayi yang mendengarkan musik Mozart dalam kandungan ibunya dapat lahir dalam keadaan yang lebih pintar daripada bayi-bayi yang lainnya.

Ternyata setelah diteliti lebih lanjut lagi, yang dapat meningkatkan kekuatan kinerja kecerdasan otak kita bukanlah dari musik Mozart sendiri ataupun musik klasik yang lainnya. Melainkan dari kegairahan emosial dalam diri kita sendiri. Yang berati apapun yang membuat kita senang atau enjoy kemungkinan dapat membuat otak kita berpikir atau mengerjakan tugas dengan lebih baik dan lebih santai. Hal ini tidak hanya berlaku bagi musik klasik atau musik mozart saja loh, tetapi hal ini berlaku bagi semua musik seperti musik rock, musik pop, musik dangdut,musik keroncong, musik campursari, musik kpop ataupun musik yang lainnya(youtube: Kok Bisa?)

Sumber: weheartit.com
Sumber: weheartit.com
Musik memang bisa memicu hormon endorphins, bisa mengurangi stress pada diri, membuat tubuh kita menjadi lebih rileks dan juga bisa membantu kita untuk bisa berpikir lebih jernih kedepannya. Musik jelas menjadi salah satu aspek dari keseluruhan dalam proses perbaikan. Jika tidak yakin mendengarkan musik membuat seseorang lebih cerdas, tapi tidak diragukan lagi bahwa ini dapat membantu memperbaiki kesehatan. Bagaimana pun juga efek samping dari ini hanya bersifat sementara lohh bukan untuk selamanya.

Jadi, daripada kita cuma hanya bisa tidur-tiduran, malas-malasan dikasur atau bermain game non-stop atau juga mendengarkan musik klasik yang lebih membuat kita ngantuk dan akhirnya tidur seharian lebih baik kita memanfaatkan waktu yang lebih baik untuk membaca buku sambil mengerjakan tugas ataupun bisa sambil makan dan minum tapi yang tidak terlalu berat yaa..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun