Mohon tunggu...
Fidya RizkyMaghfiroh
Fidya RizkyMaghfiroh Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang mahasiswi yang sedang belajar. Masih membutuhkan banyak saran dan koreksi yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengambilan Keputusan yang Bijak Membutuhkan Konsep dan Logika yang Jelas

12 Maret 2022   11:00 Diperbarui: 12 Maret 2022   11:18 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://researchleap.com


Sering kali dari kita, ketika ingin mengambil keputusan selalu merasa ragu, cemas dan juga takut. Banyak muncul pikiran-pikiran yang tidak sejalan ketika kita ingin mengambil sebuah keputusan. Entah itu bersifat negatif ataupun positif.

 Pengambilan keputusan sendiri biasanya didasarkan pada sudut pandang dan latar belakang pemikiran dari seseorang. Bisa dikatakan juga latar belakang pemikiran seseorang itu terkait dengan pola pikir yang dimiliki oleh orang tersebut.

Pada kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada pengambilan sebuah keputusan, entah itu yang besar ataupun yang kecil. Ketika mengambil keputusan, kita tidak boleh asal dan sembarangan. Karena keputusan yang kita buat harus dapat diperhitungkan dan memiliki dampak pada masa depan. Sehingga ketika memberikan sebuah keputusan harus dipikir secara matang-matang, apakah sudah bijak atau belum. Kita juga membutuhkan yang namanya pembentukan sebuah konsep dan juga logika yang tepat untuk sebuah pengambilan keputusan yang juga tepat.

Pembentukan Konsep

Pembentukan konsep merupakan satu bagian terpenting yang wajib dijaga dan dikembangkan dalam menjalani kehidupan kedepannya. Adapun pengertian pembentukan konsep menurut Ahli. Menurut Harlok konsep diri dapat diartikan sebagai persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri, kualitas penyikapan individu tentang dirinya sendiri dan suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya. Sedangkan menurut Surya konsep diri adalah gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya, meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup dan penampilan diri.

Jadi dapat disimpulkan, konsep diri adalah sebuah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri atau individu yang menyangkut kondisi fisik (tubuh) maupun kondisi psikis (sosial, emosional, moral, dan kognitif) terhadap dirinya sendiri sehingga akan menghasilkan penilaian yang subjektif.

Hurlock menyebutkan bahwa konsep diri memiliki beberapa komponen, yakni :

  • Perseptual atau Physical Self-Concept

Perseptual merupakan gambaran diri seseorang yang berkaitan dengan tampilan fisiknya, termasuk daya tarik yang dimiliki seseorang dalam dirinya.

  • Conceptual atau Psychological Self-Concept

Conceptual merupakan gambaran seseorang atas dirinya, kemampuan atau ketidakmampuan dari dirinya, masa depan, serta meliputi kualitas penyesuaian hidup, kejujuran, kepercayaan diri, kebebasan dan keberanian dalam diri.

  • Attitudinal

Attitudinal merupakan sebuah perasaan-perasaan yang dirasakan seseorang terhadap dirinya, sikap terhadap keberadaan dirinya dimasa sekarang dan masa depan, sikapnya terhadap rasa harga diri dan rasa kebanggaan.

Pembentukan konsep menjadi dasar dari model belajar berpikir secara induktif yang merupakan proses yang mengharuskan seseorang menentukan dasar dimana mereka akan membangun sebuah kategori, dan penemuan konsep mengharuskan seseorang menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan contoh-contoh yang berisi karakteristik-karakteristik atau ciri-ciri konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi karakteristik-karakteristik.

Logika: Ilmu Berpikir

Setiap manusia tidak akan pernah bisa lepas dari yang namanya logika dalam kehidupan sehari-hari. Sebab manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dibekali sebuah akal untuk berfikir dan bernalar. Dengan adanya akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Secara otomatis, manusia dapat memilih mana jalan yang baik bagi dirinya dan mana jalan yang buruk yang harus dihindarinya.

Berpikir dengan logika merupakan cara untuk menarik kesimpulan dari dua buah atau lebih pernyataan, tidak mengandalkan perasaan maupun pengalaman tapi murni dari akal.

Logika Deduktif adalah metode berpikir yang dimana menerapkan hal-hal yang umum kemudian dihubungkan kedalam bagian-bagian khusus dalam penyusunan fakta untuk mencapai kesimpulan yang logis.

Seorang ahli bernama Aristoteles mengemukakan bahwa logika adalah ajaran tentang berpikir secara ilmiah, membicarakan suatu bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasi pikiran.

Aristoteles juga memperkenalkan tentang sebuah proses penalaran atau validasi argument yang disebut sebagai Silogisme. Silogisme juga merupakan cara untuk menarik sebuah kesimpulan secara deduktif, yakni dari premis-premis umum dan khusus. Silogisme juga bisa dikatakan sebagai sebuah penyimpulan yang tidak langsung karena pendapat atau simpulan yang diambil dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.

Silogisme sendiri memiliki beberapa jenis, yakni :

  • Silogisme Kategoris

Silogisme kategoris adalah struktur suatu deduksi yang berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian, dan masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat). Silogis kategoris memiliki makna dalam percakapan sehari-hari, seperti dalam diskusi dan juga tulisan. Dalam bentuk silogisme jalan pikiran kita itu jarang sekali dirumuskan. Namun, ketika suatu masalah dipersoalkan, maka orang akan mencari-cari alasan-alasannya. Dari sinilah bentuk silogisme kategoris dapat membantu untuk menunjukkan sebuah jalan atau tahap-tahap penalarannya.

  • Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah suatu silogisme yang dimana premisnya berupa pernyataan bersyarat. Jenis silogisme hipotesis ini biasanya ditandai dengan kata "Jika" atau "bila".

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan pemilihan satu diantara sekian banyak alternatif yang ada. Hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, karena sebelum melaksanakannya memerlukan banyak pertimbangan dan perbandingan bahkan diperlukan sebuah studi untuk bisa dijadikan sebagai referensi dalam proses penentuan sebuah pilihan pada alternatif yang akan diambil pada nantinya. Dengan pemilihan alternatif yang dilakukan nantinya akan menghasilkan keputusan yang tujuannya sesuai dengan harapan.

Harold dan Donnell mengemukakan pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak, yaitu inti dari perencanaa. Suatu rencana tidak dapat dikatakan ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

Keputusan sendiri mengandung tiga arti yang berbeda. Pertama, pilihan dasar atas logika atau pertimbangan. Kedua, beberapa alternatif yang harus dipilih untuk menghasilkan satu pilihan yang baik. Ketiga, tujuan yang ingin dicapai dari keputusan tersebut.

Teorema Bayes dikemukakan oleh Thomas Bayes. Teorema Bayes adalah sebuah teorema yang memiliki dua penafsiran yang berbeda. Teori ini menyatakan seberapa jauh suatu derajat kepercayaan subjektif yang harus diubah secara rasional ketika ada bukti baru.

Teorema Bayes merupakan salah satu diantara banyak metode pengambilan keputusan yang telah banyak dipakai. Dalam pengambilan keputusan menggunakan teorema bayes dibutuhkan suatu informasi dalam bentuk probabilitas untuk yang ada pada persoalan yang sedang dihadapi dan nantinya akan menghasilkan nilai harapan sebagai dasar dari pengambilan sebuah keputusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun