Mohon tunggu...
Fidlia Mae sarah
Fidlia Mae sarah Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Literasi

Literasi, budaya dan Sejarah, hak perempuan dan anak.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Nostalgia Ramadhan

22 April 2024   09:21 Diperbarui: 22 April 2024   09:26 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan adalah bulan yang dinantikan oleh seluruh umat muslim bahkan tidak hanya umat muslim yang merayakan Ramadhan khususnya tahun ini. ya, sesuai dengan yang kita kenal sebagai muslim bahwa Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Mulai dari kegiatan Sahur, ngabuburit dengan mencari takjil atau akrab dikenal berburu (war) takjil, dan menghidupkan malam dengan taraweh dan tadarus. Rasa-rasanya setelah Ramadhan, sadar tidak sadar sebenarnya kehidupan sebenarnya adalah di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan terasa hidup dengan amalan-amalan baik yang dilakukan terutama berbagi. 

Banyak ternyata yang dalam pikiran mulai muncul pada saat Ramadhan, konsep-konsep berfikir yang selama ini kita terapkan mulai tersadarkan di bulan Ramadhan. Ternyata, Logical Fallacy atau cacat logika. yap, dalam kehidupan kita sering berfikir dan mengambil keputusan tanpa melihat keadaan dalam diri, mulai dari kesalahan karena dilema, kesalahan karna salah fokus, kesalahan karna kausalitas, kesalahan karna kurang bukti, kesalahan karna definisi dan masih banyak lagi kesalahan yang sering dilakukan. Bulan Ramadhan Menjadi titik balik kesadaran dalam berfikir mengedepankan tabayyun dan sabar dalam menghadapi diri tertama lalu orang lain dan keadaan. 

Suasana Ramadhan, berhasil membuat Rindu yang tak berkesudahan. Rasanya hampa pada setiap sore menuju petang tak ada lagi persiapan menunggu berbuka dengan hangat yang ada hanya lelah letih sehabis bekerja seharian. Rasanya hampa pada setiap malam yang biasanya menghidupkan malam dengan tarawih witir dan tadarus, kini tak lagi terdengar gema dari masjid. tak juga lagi terdengar gema marbot masjid yang sering kali mengundang gelak tawa dengan caranya membangunkan sahur, dan masih banyak lagi  Rindu Ramadhan yang tidak bisa dituliskan satu persatu.

Semoga di tahun berikutnya kita dapat dipertemukan dengan Ramadhan dengan segala keberkahan di dalamnya, tentu di bulan setelah Ramdhan kita ciptakan Suasana Ramadhan yang berkesadaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun