Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Catatan Singkat untuk Lelaki Penebar"Benih"

21 Agustus 2017   12:37 Diperbarui: 21 Agustus 2017   16:39 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semingguan tidak baca berita media daring,saya dikejutkan dengan berita tentang poligami penyanyi religi favorit saya.Senyum saya langsung sinis.Halah! Lelaki...selalu saja begitu, suka tak tahan dengan godaan duniawi. Melihat wanita kinyis-kinyis langsung terjungkal. Heheheh biasa.....namanya juga manusia.Seperti kata sahabat saya, mau stright kek,gay kek....nggak ngaruh..semuanya sama.

Dan saya sangat-sangat-sangat mengerti dengan isi curhatan istrinya,dimedsos. It's normal. Dia,bukan malaikat. Dia bisa melakukan apapun. Itu adalah salah satu caranya untuk menyuarakan ketidakpuasannya,supaya"didengerin" oleh pasangannya. Agar mengurangi beban didadanya. Rasa sesaknya memang teramat kuat. Bila "curhat" saja pada Tuhan, rasanya belum lego. Meskipun kita sudah menangis sampai mata bengkak.

Katanya, sakit dan sedihnya orang yang diselingkuhi itu melebihi rasa kehilangan orang yang kita kasihi.

Dan saya tidak akan menyalahkan sikap istri penyanyi tersebut. Karena saya pernah mengalami hal itu sebelumnya. Rasa sakit hati,frustasi, cemburu,tak terima,hati panas, perih, marah, kecewa, sedih, rendah diri dan perasaan yang susah dijabarkan dengan kata-kata. Semua bercampur aduk menjadi satu. Menyesakkan dada.

Bila ada yang menyalahkan, sebaiknya merasakan dulu bagaimana sakitnya diselingkuhi, baru setelah itu ngomong. Nggak usah deh pake ayat-ayat, atau bilang ikhlasin, sabarin atau kata-kata manis lainnya untuk menyadarkan mereka. Karena hal itu nggak bakalan mempan. Hati mereka sudah kadung pecah dan berdarah. Belum lagi menghilangkan kata-kata sipelakor yang lebih galak dari kita. Bukannya malu dengan tindakannya merebut suami orang malah bertingkah, berasa dirinya diatas angin.

Dan itu nggak gampang man, buat nyembuhinnya.Semua butuh proses yang menguras airmata. Sangat melelahkan. Jika boleh saya bilang. Kok enak banget jadi lelaki, saat kaya tebar pesona kemana-mana,lupa sama anak istri yang telah mensupportnya. Lah saat miskin, istrinya yang kudu ikhlas dan berusaha untuk terus mensupport. Nggak adil kan? Kita perempuan, kebagian yang kagak enak melulu. Jangan deh..diiming-imingin lagi kata-kata surga, untuk menerima tindakan para lelaki lebay itu. No!Karena banyak hal-hal baik yang bisa istri lakukan untuk mencapai surga.

Saat pertama kali kita menemukan pasangan kita berselingkuh apalagi poligami. Mulanya pasti kita bertanya, seakan tak percaya, kok bisa sih, nggak mungkin deh! kenapa harus kita? Padahal kita sudah all out memberikan semuanya pada suami. Tapi kenyataannya malah disakiti. Wkwkwkwkkw.....itu kata kita, bagaimana pendapat pasangannya? Pasti mereka akan jawab, salah kita, kita yang kurang perhatianlah, yang kurang jaga penampilan lah, yang nggak asik sexnyalah,yang kayak gedebong pisanglah..endebra.....endebraaa...panjangg pokoknya. Tetapi intinya, semua saling claim kebenaran, dan "mencari pembenaran"dengan apa yang telah dilakukannya.

Jujur saya eneg dengan lelaki yang dengan pongahnya memamerkan istri-istri yang telah dipoligami. Sunnah rosul aja yang disebut. Heran saya. Kedoknya ditutupi dalam balutan agama. Kenapa nggak sekalian aja bilang, bahwasannya mereka susah mengendalikan" nepsong" mereka. Lebih enak dengerinnya. Nggak usah deh banyak berkoar-koar, menjelaskan. Lebih baik intropeksi dulu, bagaimana seandainya istri kalian diembat dan dikankangin orang lain. Pasti nyesek. Syukur syukur nggak ngambil tali jemuran buat gantung diri. Maaf kalau kata-kata saya kasar. Biar para lelaki ngerti.

Semakin kesini, semakin banyak saya menemukan perselingkuhan dan poligami. Dan rasanya orang setia pada komitment itu sesuatu yang langka. Yang membuat saya semakin susah untuk percaya. Dan saya suka kasihan dengan anak-anak mereka. Ketahuilah, mereka itu merekam semua kejadian yang orangtuanya lakukan. Mereka sakit hati, sedih, namun tak bisa mengungkapkannya.Mereka dilema, ikut ayah atau ibu.

"Dan saya menemukan kesadaran baru, bahwa manusia bisa berubah. Kita tak bisa memuja atau mencintai seseorang secara berlebihan, dengan memberikan segalanya yang kita miliki untuk mereka. Karena tidak ada jaminan 100% mereka akan setia dan mencintai kita seutuhnya. Jangan pernah tergantung pada lelaki. Lebih baik kita fokus pada diri sendiri, mengembangkan talent yang kita punya. Lepas deh itu sifat yang cuma bisa menengadahkan tangan pada lelaki. Lebih baik, biarkan lelaki yang membutuhkan kehadiran kita."

Karena pernah mengalami, maka dalam tulisan-tulisan saya, sering saya sisipkan cerita supaya perempuan itu kuat, mandiri, nggak cengeng dan bisa survive dalam keadaan apapun. Bila kita kuat, dan santai menghadapi semua badai. Anak kita akan ikut kuat. Kalau mau tahu...silahkan ubek-ubek tulisan saya dikompasiana atau diblog pribadi.

Bercerai dan bertahan itu sebuah pilihan. Ada sisi positif dan negatif yang harus kita hadapi, dan kita tak boleh menyesalinya. Kita akan tegar karenanya.

Yuk ah...kita kembali mencintai keluarga kita, sayangi mereka dan terima mereka apa adanya. Yang tampak indah dari luar belum tentu indah didalam.

Spesial note buat yang sedang galau.

Semangattttttt.....jangan pernah nyerah, sepedih apapun yang kita hadapi. Ada anak-anak yang butuh sandaran kita. Apapun itu pasti ada hikmah dibaliknya. Yakinlah,ini bagian Allah untuk menyeleksi orang-orang yang baik dan layak untuk bersama kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun