Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Opini | Kita Masih Belum Merdeka

17 Agustus 2017   17:24 Diperbarui: 17 Agustus 2017   19:15 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 17 Agustus, merupakan tanggal istimewa bagi Indonesia. Karena ditanggal tersebut, Presiden Soekarno, memploklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dari sabang sampai Merauke, semua rakyat menyambut berita ini dengan gembira. Perjuangan mereka melawan penjajah terbayar sudah. Rasa tertekan berganti dengan harapan.

Siapa yang tak suka merdeka, bebas dari penjajah, bebas mengemukakan pendapat dan bebas melakukan apa yang kita mau, tanpa takut diintimidasi maupun dihukum.

Dan kini, Indonesia telah memasuki Dirgahayu ke-72. Bila ditilik dari usia orang dewasa, 72 tahun merupakan usia matang, sudah memiliki banyak makan asam garam kehidupan dan pemikirannyapun bijaksana.

Namun, Indonesia bukanlah usia orang dewasa. Indonesia adalah negeri cantik, bak dongeng. Dengan dayang-dayang ganteng dan cantik,yang saling berebut untuk menggemukkan diri mereka sendiri. Tanpa pernah memikirkan nasib rakyatnya. Raja yang selalu di hujat tanpa intropeksi pada diri mereka sendiri, padahal dia sudah bekerja keras. Sayangnya dayang-dayang itu telah buta mata dan hatinya. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah satu, bagaiamana mengeruk uang sebanyak-banyaknya.

Jujur, sebagai warga Negara dan seorang ibu, Saya miris dengan kondisi Indonesia saat ini. Demo, berita hoax dan ujaran kebencian seperti menjadi santapan sehari hari. Menelan seluruh emosi positif dalam jiwa saya. Belum lagi perkataan para dewan dan para politikus yang tak disaring dan educate. Tanpa pernah memikirkan efek dominonya. Semakin memperburuk suasana damai. Akhirnya saya bisa merenung.Inikah yang disebut kemerdekaan? Inikah yang diinginkan oleh Presiden Soekarno dan para pejuang dulu? Berjuang sampai titik darah penghabisan. Membully orang yang tak sealiran, menfitnah, demo yang berjilid-jilid dan saling debat tak bertepi hanya untuk memenuhi hasrat mereka sendiri.

Hmmm.....saya rasa tidak. Kita tidak bisa menelan arti kata merdeka secara mentah-mentah. Namun seyogyanya, harus kita mengerti dan pahami betul maknanya.

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat arti merdeka dalam kamus besar bahasa Indonesia.

Merdeka adalah: bebas dari perhambaan, penjajahan dan lain sebagainya, berdiri sendiri,tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak tergantung pada pihak tertentu, leluasa, bebas (melakukan sekehendak hatinya).

Setelah kita tahu artinya, mari kita pikirkan secara dalam. Dan kuliti satu persatu arti merdeka itu sendiri.

Bebas dari perhambaan dan penjajahan

Menurut kalian, benarkah kita sudah benar-benar bebas dari penjajahan? Sepertinya belum. Karena kita masih butuh bantuan Negara lain, kita butuh mereka untuk meminjamkan kita uang untuk membangun negeri ini. Selain itu banyak ekspatriat yang memiliki jabatan bergengsi diperusahaan, sedangkan kita bersenang hati menjadi kuli. Mereka menjajah kita secara lembut dan tanpa kita sadari. Dan bila kita tidak hati-hati mulai sekarang, lambat laun Negara ini akan beralih pada mereka. Dimana anak cucu kita akan tinggal kita kelak?

Berdiri Sendiri.

Berdiri sendiri membangun negeri, dengan memanfaatkan kekayaan alam, serta mengapresiasi anak-anak bangsa yang jenius. Kita masih belum mampu melakukannya. Pikiran kita terlalu kerdil. Sawah, ladang banyak dijual pada orang asing untuk mengakomodir kesenangan sesaat. Atau untuk membangun banyak perumahan. Hasilnya, semakin tahun sawah semakin berkurang. Beras sampai impor, Padahal Negara kita gemah ripah loh jinawi, Anak-anak jenius ditelantarkan. Akhirnya mereka memilih bekerja diluar negeri, daripada membangun negerinya sendiri. Akankah kenyataan itu terus kita pertahankan?

Lepas dari Tuntutan

Bukankah lebih enak dan nyaman, bila kita merdeka dari tuntutan. Tuntutan apapun dan bebas melakukan apa yang kita mau tanpa takut dengan orang lain. Negara ini sekarang sedang mengalami PMS, laiknya perempuan. emosinya sedang meledak-ledak. Maunya ngunyah beling. Nggak sealiran dihujat. Didemo, kemudian lapor polisi. Namanya juga manusia, berbeda pandangan biasa, nggak usah lebay keleus.

Tidak tergantung pada pihak tertentu

Kalian perhatikan tidak. Bahwa banyak orang Indonesia sekarang sikapnya seperti bebek, sukanya ikut-ikutan. Ada yang ingin memecah belah Negara. Ikut. Supaya dianggap keren atau takut karena diintimidasi. Nggak usah! Lebih baik kita menjadi diri sendiri.Terserah deh mereka mo ngapain. Lebih baik kita fokus bekerja, dan meng-upgrade diri. Kalau kita pekerja kantoran, bekerjalan yang baik dan smart serta penuh cinta, bila kita wiraswasta, bekerjalah secara kreatif dan melakukan banyak inovasi. Siapa tahu, usaha kita bisa berkembang pesat, dan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Syukur-syukur tenaga asing. Kita balik polanya, mereka yang butuh kita.

Bebas (melakukan apa yang kita mau)

Nah ini yang paling penting. Dengan memiliki kemerdekaan, kita bebas melakukan apa yang kita mau. Namun ingat dengan norma-norma, ingat dengan perasaan orang lain, ingat dengan efek dominonya. Jangan mentang-mentang merdeka, lantas kita bisa melakukan apapun seenak perutnya. Kita tidak bisa bebas menghujat, menfitnah, menyebarkan berita hoax, menyebarkan ujaran kebencian, atau bebas berdoa dan mengatakan apapun didalamnya, tanpa perduli apakah hal itu mengundang kebaikan atau tidak. Apapun itu, semua ada aturannya. Sebab kita tinggal disebuah Negara yang memiliki hukum dan norma-norma yang harus kita ikuti. Bila tidak mau mengikutinya, silahkan tinggal di hutan. Beres.

Jadi, menurut pendapat saya, kita masih belum benar-benar merdeka. Apa yang telah di proklamirkan oleh Presiden Soekarno itu, adalah sebagai pondasi, dan langkah awal menuju gerbang kemerdekaan sejati.

Dan saya teramat sangat berharap, presiden saat ini, bisa membawa kita kearah perbaikan. Saya setuju dengan beliau yang memilih jalan terjal untuk mengedukasi rakyatnya supaya tidak bermental pengemis dan menjadikannya pejuang untuk meraih kesempatan yang seluas-luasnya untuk kesejahteraan mereka dan membangun Indonesia seutuhnya. Sehingga Indonesia bisa menjadi Negara hebat, bisa membangun dirinya sendiri, tanpa perlu bantuan hutang. Rakyatpun bisa hidup damai dan tentram tanpa takut dengan perbedaan. Mari kita bekerja bersama-sama membangun negeri ini. Saya yakin. Kita bisa! Jayalah Indonesia. Dirgahayu RI. Semoga namamu semakin harum dikancah Internasional. Sama seperti doa saya, semoga uang dengan gambar Sekarno dan Hatta berderet rapi. Aamiin.

Jember, 17 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun