rawstory.com
Lucky menyelesaikan pekerjaanya dengan cepat. Tadi pagi, dia berjanji akan mengajak Lirih, adik bungsunya membeli tas baru.
Setelah berpamitan pada bosnya, Luckypun mengayuh sepeda ontel tuanya pulang ke pondok. Wajahnya sumringah membayangkan pipi tembem Lirih memamerkan tas baru padanya.
Tapi..hatinya mendadak gundah, tak ada siapa-siapa di pondok. Bik Sulis,Laras, maupun Lirih.
“Kemanakah mereka gerangan?” keningnya mengeryit mencari jawaban. Lalu Ia menyandarkan kepalanya diatas amben. Semilir angin sore, berhembus sejuk menerpa wajah ganteng Lucky dan membuainya ke alam mimpi.
“Cup” Lucky terkesiap bangun, ketika sebuah kecupan mendarat dipipinya. Ia tersenyum ketika melihat Lirih disampingnya.
“Mas Lucky, Lilih punya tas balu”
anak perempuan tambun itu berjalan megal megol di depan Lucky bak seorang model.Membuat seisi rumah tertawa terbahak-bahak.
“Tadi..Bu Lurah kesini mas, ngasih sembako, uang 50 ribu dan tas baru buat Lirih”
“Ia mas Lucky, tuh sembakonya masih diatas meja”
Bik Sulis menimpali. Ia takut, majikannya mengira mereka meminta belas kasihan pada orang lain. Meskipun keadaan mereka boleh dibilang tak mampu.