Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Balen

11 Maret 2016   09:03 Diperbarui: 11 Maret 2016   16:54 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“beneran nih kang?” Tanya parmin antusias. Kang parto tersenyum mengiyakan. Iapun menaiki motor gede itu kearah jalan raya. Sepanjang perjalanan ia tersenyum, bahagia sekali rasanya ketika melewati orang-orang yang terpana dengan kegagahan motornya. Perasaannya melambung tinggi. Ia sudah lupa kata-kata istrinya tadi.

“Aku harus  kaya, tak peduli caranya bagaimana” bathinnya.

***

“Ma…nanti malam aku ke luar kota, uang segepok sudah kutaruh di meja, belilah apa yang kamu mau”

“Oke Pap, setelah arisan nanti aku mau ke spa setelah itu baru shopping”

Lelaki itu bergegas menuju mobilnya. Sopirnya sudah menunggu dari tadi. Tanpa memperdulikan jawaban istrinya.

Melihat suaminya pergi,perempuan itu tersenyum hampa. Diedarkannya matanya kesekeliling rumah. Perasaannya begitu hampa.

Perempuan itu adalah Sumini, dan lelaki yang tadi pergi adalah Parmin suaminya.

Mereka sudah menjadi orang kaya sekarang. Punya banyak sawah, mobil juga rumah besar, tamannya luas, ditengahnya ada kolam renangnya. Meskipun mereka tak pernah menggunakannya. Maklum mereka tak bisa berenang. Atas dasar prestise saja, kolam renang itu dibuat.

Semenjak suaminya diajak bekerja sama dengan Kang Parto. Perekonomian mereka melesat bak meteor. Meskipun ia sendiri tak tahu pekerjaan apa sebenarnya yang dilakoni suaminya,sehingga bisa menghasilkan uang begitu cepat. Pernah dia mendengar desas-desus kalau suaminya punya pesugihan “uang balen”. Ingin rasanya dia bertanya, tapi dia tak kuasa ketika melihat suaminya. Sumini takut suaminya marah. Padahal dia sudah memberikan apa yang Sumini mau.

Rumah besarnya sepi… Sumini kesepian meskipun banyak pembantu dirumahnya. Namun tak bisa menyemarakkan suasana rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun