Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Elegi Kompasiana

24 September 2015   11:00 Diperbarui: 24 September 2015   11:25 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Beberapa hari ini tidurku tak nyenyak. Banyak pikiran yang bersliweran dikepala mencari clue demi clue untuk sebuah jawaban. Sayang Jawaban itu masih samar hingga akhirnya aku lelah sendiri tuk mencarinya. Betulkah Pk itu GT? entahlah! Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa. Lah temennya hanya terasi sama cabe.

Kasihan I dan V akhirnya mereka menjadi isu nasional, semua orang pada keminter menganalisa pertemuan itu. Bahkan banyak yang menjelek-jelekkan. Yang justru membuat suasana makin panas. Tidakkah kita berpikir bagaimana keluarganya? Bagaimana seandainya hal itu terjadi pada kita?

Dan bagaimana seandainya analisa mereka semua keliru? Tidakkah akhirnya semua itu akan menjadi boomerang bagi kita sendiri?

Tidakkah lebih baik diam? Sambil mengamati daripada mengecam yang akhirnya makin melebar dan akhirnya menjadi tidak focus pada inti permasalahan.

Percuma kita berkoar koar panjang lebar, sibuk menjadi pakar analisis dan berpuas diri. Bila ternyata GT hanya di pindahkan ke Gunung Sindur. Adakah yang bisa menjamin semua akan aman terkendali? No!!! semua kalangan butuh di reformasi biar tidak keenakan.

Kenapa tidak sekalian saja semua koruptor benar –benar di miskinkan. Dan kembalikan semua hasil korupsi itu pada Negara. Supaya GT dan koruptor lain bisa memulai hidup dari nol lagi tanpa semua kenyamanan yang mereka miliki.

***
Lama aku terpekur.

Aku ingat sekali beberapa waktu lalu, menulis tentang bagaimana bahagianya aku menulis disini. Bisa bertemu dengan orang baru. Hidup terasa menggairahkan karena aku menemukan beberapa teman dekat. Kita becanda dan saling support. Hidup terasa lebih berwarna meskipun mereka hanyalah teman dunia maya tapi aku berharap someday bisa bertemu muka dengan mereka.

Sayang seribu sayang. Kuperhatikan sharing dan connecting Kompasiana mulai tidak sehat. Semua saling injak untuk sebuah popularitas. Menyerang pribadi seseorang untuk kepuasan sendiri.

Teman dan lawan semakin susah diidentifikasi. Kenapa? Karena didepan kita mereka baik, namun dibelakang kita mereka menusuk dengan belati. Cantik sekali permainannya. Hello…ingatlah Allah mboten sare, karma itu akan berjalan bro.

Aku meriew lagi tujuanku menulis disini. Untuk apa juga aku mempertahankan keegoisanku bertahan dirumah ini, bila tiap harinya hanya menyajikan menu panas yang penuh intrik. Aku tidak mau mengisi otakku dengan perasaan negative thingking yang hanya akan menambah kerumitan hidupku.

Yach aku sekarang mengerti mungkin aku terlalu lugu untuk mengerti semua ini. Akhirnya semua pilihan ada padaku, tetep berjalan atau mencari jalan lain yang lebih adem.

Thanks for everything

Special Note:
Trimakasih buat kang pepih, admin dan teman-teman yang selama ini mensupport saya. Nggak usah disebutin satu persatu yak, capek nulisnya.

Dan buat mas Robby Gandamana & Alan Budiman…tolong jangan simpan dendam ya. Maklum rek aku iki emak-emak yang ngaku ngaku sok bijak. hehehhe.

Salam hangat

Fidia

 

sumber foto:pinterest.com

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun