Langkahku terasa berat melangkah, ketika harus melewati masa-masa kritis dalam berumahtangga. Ada masanya aku enggan bangun, tuk menatap indahnya pagi. Karena dibayangin ocehan nenek lampir yang akan memberangusku dan anakku. Semua terasa mengerikan. Rumah yang nyaman berubah seperti neraka. Tiap hari aku menangis dan terus bertanya pada Tuhan “kenapa aku?”
Tiap malam, aku seperti kalong. Duduk diatas dak rumah bercakap dengan bulan dan bintang, hanya untuk sekedar mencari jawaban. Wajahku murung, dan senyum manisku hilang. Jangan kau tanya tentang hidupku. Karena aku bagaikan sebuah robot yang hanya melakukan pekerjaan saja.
Tiap hari aku berjuang melawan rasa ego dan moodku yang berjalan seperti roller coster. Pikiran negative terus datang membabi buta laksana meriam dalam peperangan. Bagaimanakah cara supaya aku tetap bisa menjaga kewarasanku?
Sampai akhirnya, ditengah rasa putus asaku. Aku bertemu dengan Kompasiana. Hari-hariku mulai berubah, karena aku mulai sibuk membaca kompasiana, Aku seperti punya pacar baru, karena satu hari saja tidak bertemu, rasanya kangen sekali. Dari situ aku mulai berpikir kenapa aku tidak menulis saja dan berinteraksi dengan para pembaca.Siapa tahu dengan banyak menulis, aku bisa membuang pikiran negative pada diriku.
Dan aku mulai memberanikan diri tuk menulis. Waktu itu aku tak berharap banyak tulisanku ada pembacanya,karena aku tahu tulisanku jauh dari kata berbobot. Karena toh tulisanku sebagai bentuk pelepasan energy negative yang mungkin sebagian orang akan eneg untuk membacanya.
Tak kusangka, tulisanku yang jelek itu ada pembacanya. Senang sekali rasanya ketika kita dapat berinteraksi dengan para pembaca. Sesuatu hal yang susah kudapatkan ketika menulis di blog pribadi.
Banyak sekali manfaat yang kurasakan setelah banyak menulis diKompasiana.Pikiran negative dan rasa marah yang selama ini membelengguku berangsur hilang, berubah menjadi cinta kasih. Aku mulai dapat tersenyum dan menerima semua yang terjadi dalam hidupku. Kepercayaan diriku mulai tumbuh, perlahan –lahan aku mulai tegap berjalan dan kutata hidup dan perasaan cintaku yang nyaris hancur.
Aku mulai mensyukuri ujian tersebut sebagai bentuk rasa sayang Tuhan padaku tuk menjadikanku seorang wanita yang kuat dan bijaksana. Apa jadinya bila aku terus dimanja olehNYA. Ah tentunya aku masih menjadi pribadi yang manja yang terus merengek meminta permen.
Teman-temankupun tak mungkin datang padaku untuk meminta nesehat, karena mereka tahu aku sudah mampu melampui garis merah perkawinan dengan elegan.Ia nggak sih. So rasanya tak salah bila ku bilang, kita bisa melakukan Self Healing Therapi dengan berkompasiana.
5 Oktober nanti, genap dua tahun sudah aku menulis di sini. Banyak sekali ilmu yang kudapat. Karena Kompasiana menyajikan banyak hal yang yang aku bisa pilih sesukaku. Bukan ilmu saja tapi teman yang misterius, lucu, jutek, serius sampai hater yang audubile kudapatkan disini.Semua jadi indah, karena mereka semua bisa menempaku menjadi pribadi yang lebih baik.
Selamat Ulang tahun yang Ke 7 Kompasiana.Semoga kedepannya makin bagus,mengisnpirasi banyak orang untuk menulis dan yang paling penting tidak sering error. Terimakasih buat Kang Pepih dan para admin yang sabar menghadapi kecerewetan kami. Terus semangat ya!