Kulihat anak kecil itu bermain boneka sambil memainkan kancing bajunya yang berwarna hijau dan biru
Hijau
Biru
Hijau
Biru
Hore aku dapat biru teriaknya senang.
Namun tiba tiba mukanya terlihat cemberut ketika dia mengubah permainan itu dari biru ke hijau
Biru
Hijau
Biru
Hijau
Ah..kenapa aku hijau…
Oufffffffffffff sebel aku mau biru
Pletakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Hey nak, kenapa engkau manyun. Ini adalah sebuah permainan. Hayo semangat teruslah lakukan apa sesukamu..
Kata sang Guru bijak.
Hehhehehhe iya. Wo hohohohoho kenapa aku jadi cembokur, hati jadi menggigil dan pala pusing bebe mikirin si anu.
Warna itu merusak hariku seperti racun…..Argggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Gubrakkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Kenapa jadi galau hanya karena sebuah warna di Kompasiana. Aku disini menulis buat senang senang bukan untuk saling ribut memperdebatkan siapa yang paling pantas dan tak pantas mendapatkan posisi terkeren dengan adanya centang biru. No no no no….teriakku.
Wus wus wus…. Racun itu kusembur dengan air tujuh sumur yang sudah diberi jampi jampi dari mbah dukun pala botak berkalung akik segede gaban. Makkkkkkkkkkkkkk lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……..racun itu pergi ketakutan….plong…ilang….asek….senyum lagi.
Bila kau tanya aku warna apa yang kusuka?
Apakah kasta Hijau atau kasta Biru?
Aku akan jawab putih
Kenapa?
Aku tidak ingin terbelenggu oleh kasta warna.
Supaya aku dapat mencoretnya dengan warna yang kusuka berwarna warni seperti warna pelangi yang begitu indah pesonanya saat menjejak dunia.
Yach..itulah aku. Karena aku tahu, aku bukan siapa siapa….
Miaouwwwwwwwwwwwwwwwwwwww, laper mak!
Lanjut lagi besok……..
sumber foto ayeey.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H