Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Harian dan Teriakan Rakyat Kecil

8 Juli 2015   11:56 Diperbarui: 8 Juli 2015   12:12 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sebelum Saya tinggal di Jawa, Saya tidak pernah tahu apa itu Bank harian. Pikiran Saya kala itu Bank harian sejenis dengan LPD (Lembaga Pengkreditan Desa) yang ada di Bali. Dimana kita bisa menabung dan mengambil uang tanpa perlu ribet pergi ke Bank. Karena sudah ada petugas yang tiap hari berkeliling ke rumah –rumah nasabahnya. Bagi saya yang memiliki usaha laundry saat itu. Pelayanan tersebut amatlah exclusif dan sangat menyenangkan, serasa jadi VVIP.

Ternyata pemikiran saya yang menyamakan Bank harian dengan LPD salah kaprah. Bank Harian hanya meminjamkan uang dengan bunga tinggi dan biasanya membidik rakyat kecil yang sedang kepepet uang. Mereka bisa memberikan pinjaman dengan mudah tanpa agunan.Dan mereka bisa mengansurnya tiap hari. Mungkin dari inilah kata Bank harian itu muncul.

Ketidakrumitan dalam meminjam di Bank harian Ini yang disukai rakyat kecil. Coba saja mereka pinjam ke bank resmi atau ke sodara/tetangga. Belum tentu mereka dapat. Meskipun mereka sadar bunga bank harian tinggi jauh melampaui bunga bank bahkan ada yang sampai 50 % dari pinjaman plus bunga yang berbunga bila kita tidak mampu membayarnya. Dan jelas hal ini lambat laun akan menggerogoti perekenomian rumahtangga mereka.

Bank harian bagi mereka laksana candu,meskipun sudah tahu efek negatifnya, tapi toh disaat mereka kepepet uang atau menginginkan sesuatu larinya ke Bank harian lagi. Dan ketika mereka tak mampu membayar akhirnya mereka seringkali gali lubang tutup lubang jatuh ke bank harian satu ke bank barian lain. Seperti lingkaran setan.

Saya lebih suka menyebut mereka RH (Rentenir harian) daripada BH (Bank harian) dan dalam praktiknya ada yang dikelola mengatasnamakan Koperasi,Mikro Finance (MF),dan banyak pula yang dikelola secara perorangan.Bagaimana soal perizinan?Entahlah! Asal ada uang mengendap, uang itu bisa mereka putar. Mereka bisa mengelolanya sendiri atau dengan merekrut karyawan dengan begitu mereka bisa menyisir nasabah dari daerah lain.

Parahnya lagi, ide cemerlang mengembangkan uang dengan cepat ini sekarang ditiru oleh banyak orang. Karena melihat sisi enaknya saja,tanpa memikirkan halal haram dan tangisan orang lain. Yang penting hidup mereka happy, punya rumah gedong,gonta ganti mobil, beli perhiasan dan pamer ini itu.

Praktik mereka lembut, tidak kelihatan sebagai RENTENIR dari luar supaya IMAGE mereka tetap bagus dimata masyarakat. Untuk itu mereka memilih orang-orang kepercayaan untuk menjalankan uang mereka dengan cara memberikan MODAL dengan perjanjian hitam diatas putih dan tiap bulannya mereka akan menerima sekitar 10% dari modal yang telah mereka keluarkan. Hmm coba bayangkan bila kita punya uang mengendap sebesar 80 juta kemudian uang tersebut kita edarkan kebeberapa orang. Hasilnya fantastis! Kita hanya ongkang ongkang kaki menunggu uang dirumah. Namun dibalik semua uang yang kita terima ada banyak ratapan orang–orang. Celeguk! Sanggupkah kita menelan makanan disaat orang lain menangis? Bagaimanakah bila posisi kita dipihak mereka?

Uang dianggap seperti Dewa. Orang semakin tak peduli satu sama lain baik itu saudara atau teman.Jangan kaget bila sekarang banyak bermunculan orang kaya baru.Kenyataan didepan mata ini,membuat saya shock. Karena orang-orang makin tergiur untuk ikut mempraktekkan. Mereka makin pintar dan jeli melihat peluang uang besar dan mengendap. Uang itu akan mereka putar supaya alorjuk.

Sebaiknya kita hati-hati,kritis bahkan kepo bila ada yang menawarkan tabungan dengan bagi hasil tinggi entah itu perorangan, Dama atau PKK . Karena siapa tahu uang yang kita tabung mereka jalankan sebagai BH atau MF. Bila kita takut akan AZAB ALLAH dan ingin memberikan makanan dari rezeki halal pada keluarga kita tentunya kita akan selalu ingat itu.

Bank abal-abal ini akan terus eksis selama ada demand. Akan susah sekali memberangusnya bila tak ada niat dari dalam diri sendiri untuk berhenti bersinggungan dengan bank abal abal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun