Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jokowi Membuatku Menangis

21 Oktober 2014   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:14 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada rasa haru yang menyeruak, sampai airmata tak dapat saya bendung lagi saat melihat pelantikan Jokowi kemarin. Apalagi melihat acara pesta rakyat di layar kaca. Saya merinding melihat lautan manusia yang berkumpul jadi satu. Memangil-manggil nama Jokowi dan berebut ingin bersalaman dengan beliau. Kalau tak cinta mereka tidak mungkin rela berdesak-desakan dan berpanas panasan hanya untuk bertemu beliau.

Apalagi saat saya melihat waktu Jokowi naik panggung dan bersalaman dengan para musisi gesturenya sopan banget, tidak jumawa dan jaim. Beliau berbaur dengan mereka tanpa ada sekat pemisah. Padahal beliau Presiden. RT saja kadang songongnya minta ampun. Salaman pake melengos dan ala kadarnya.

Imajinasi sayapergi ke masa depan, menerobos ruang dan waktu, dimana saya melihat Key berjalan di tengah tengah lautan manusia. Dia di elu-elukan sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Hati saya sebagai ibu luarbiasa bangga. Hadiah yang tak bisa digantikan dengan Lamborgini atau Berlian Koh- I- Nor. Mungkin sekarang perasaan itu yang dirasakan oleh Ibunda Bapak Jokowi, Ibu Sujiyatmi.Bisa melihat anaknya menjadi orang nomor satu di Indonesia. Mungkin beliau tak pernah membayangkan sebelumnya apalagi memikirkannya. tapi itulah rahasia TUHAN yang tak dapat kita mengerti. Bila sudah menjadi kehendakNYA tak akan ada yang mampu menahannya.

Saya menangis sesenggukan sampai Key bertanya. “Kenapa mama menangis?”

“Mama pengen Key bisa seperti Pak Jokowi nanti nak. Di cintai rakyat, ulet bekerja dan sabar menerima segala macam caci maki. Musuhnya malah dirangkul. Bukan di lempar pake botol. Ajaran cinta yang indah.

“Tapi Key tidak mau jadi Presiden ma, Key pingin jadi CEO aja nanti di perusahaan”.

Mungkin khayalan saya terlalu tinggi. Tak apalah saya menggantungkan impian saya pada anak saya setinggi langit. Semoga saja Key menjadi anak yang hebat nantinya, Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun