Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi pemimpin global dalam ekonomi digital. Salah satu fenomena menarik yang menjadi sorotan adalah kebangkitan e-commerce melalui livestream. Generasi Z, yang dikenal sebagai digital-native, memainkan peran penting dalam tren ini. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana generasi muda Tiongkok menggunakan teknologi untuk merevolusi pengalaman belanja, serta dampak ekonomi yang dihasilkan dari tren ini.
Pandangan Lama: Belanja Tradisional
Belanja tradisional di Tiongkok sebelumnya didominasi oleh transaksi offline, seperti pasar tradisional atau pusat perbelanjaan. Meskipun belanja online mulai tumbuh dengan munculnya platform seperti Taobao dan JD.com, pendekatan ini awalnya lebih bersifat pasif, di mana konsumen mencari produk berdasarkan kebutuhan spesifik. Pendekatan ini, meskipun efektif, kurang memanfaatkan potensi interaksi real-time dan elemen hiburan yang sekarang menjadi daya tarik utama e-commerce livestream.
Belanja offline memberikan pengalaman yang lebih personal dalam interaksi antar penjual dan pembeli. Namun, perkembangan teknologi digital mulai mengubah paradigma ini. Generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi mulai mencari cara baru yang lebih efisien dan menyenangkan untuk berbelanja. Hal ini menciptakan peluang untuk transformasi dalam dunia ritel.
Pandangan Baru: Era Livestream Commerce
Livestream commerce menggabungkan hiburan dan belanja dalam pengalaman yang interaktif. Generasi Z di Tiongkok telah menjadi pengguna utama platform seperti Taobao Live, Douyin, dan Kuaishou. Popularitas format ini tidak lepas dari preferensi mereka terhadap konten visual dan keterlibatan langsung. Melalui livestream, konsumen dapat melihat demonstrasi produk secara langsung, berinteraksi dengan penjual atau influencer, dan membuat keputusan pembelian secara spontan.
Contoh nyata dari kesuksesan e-commerce livestream adalah Taobao Live yang menguasai lebih dari 70% pangsa pasar live commerce di Tiongkok. Strategi ini melibatkan influencer atau Key Opinion Leaders (KOL) yang menggunakan keterampilan komunikasi dan daya tarik pribadi untuk memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Bahkan, beberapa perusahaan menggunakan CEO atau pendiri mereka sebagai pembawa acara livestream untuk membangun kepercayaan pelanggan. Penggunaan teknik seperti giveaway, diskon kilat, dan sesi tanya-jawab langsung semakin memperkuat daya tarik format ini.
Selain itu, livestream commerce juga memberikan ruang bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bersaing dengan merek besar. Platform seperti Douyin sering kali memberikan peluang bagi penjual independen untuk menjangkau audiens yang luas tanpa memerlukan biaya pemasaran yang besar. Dengan strategi konten yang tepat, UKM dapat membangun merek mereka dan mendapatkan keuntungan yang signifikan.
Dampak Ekonomi
Pertumbuhan livestream commerce memiliki kontribusi signifikan terhadap ekonomi digital Tiongkok. Pada tahun 2021, nilai pasar live commerce diperkirakan mencapai USD 425 miliar dan terus meningkat. Selain menciptakan lapangan kerja baru, tren ini juga mendorong inovasi dalam pemasaran digital. Banyak merek memanfaatkan fitur analitik data untuk menyesuaikan kampanye pemasaran mereka, memastikan bahwa pesan mereka menjangkau audiens yang tepat pada waktu yang tepat.
Di sisi lain, generasi Z telah menciptakan permintaan yang kuat untuk teknologi berbasis real-time. Hal ini mendorong perusahaan teknologi untuk terus berinovasi dalam pengembangan perangkat lunak dan alat analitik. Bahkan, beberapa perusahaan e-commerce besar mulai mengintegrasikan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) ke dalam pengalaman livestream mereka untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih imersif.
Tak hanya itu, livestream commerce juga memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi regional. Banyak kota di Tiongkok yang mulai dikenal sebagai pusat livestream commerce, menarik investasi dan menciptakan ekosistem pendukung yang melibatkan penyedia logistik, pengembang teknologi, dan produsen konten. Dampak ini dirasakan secara luas, mulai dari kota besar seperti Shanghai hingga wilayah pedesaan yang kini memiliki akses lebih baik ke pasar nasional.
Tantangan dan Risiko
Namun, seperti tren besar lainnya, livestream commerce juga menghadapi berbagai tantangan. Manipulasi konsumen, seperti over-hype produk oleh influencer, menjadi perhatian utama. Dalam beberapa kasus, konsumen merasa kecewa karena produk yang diterima tidak sesuai dengan yang dipromosikan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang transparansi dan kepercayaan dalam ekosistem livestream commerce.
Regulasi yang lebih ketat dari pemerintah Tiongkok terhadap konten digital juga menambah tantangan, terutama bagi platform yang mencoba tetap relevan di pasar yang kompetitif. Pada tahun 2021, pemerintah mulai memperkenalkan aturan baru yang mengharuskan influencer untuk menyatakan iklan secara eksplisit dan memberikan informasi yang akurat tentang produk. Meskipun langkah ini bertujuan untuk melindungi konsumen, beberapa pelaku usaha menganggapnya sebagai hambatan bagi kreativitas dan fleksibilitas dalam pemasaran.
Selain itu, dampak lingkungan dari konsumsi massal juga menjadi isu penting yang harus diatasi. Dengan meningkatnya volume transaksi e-commerce, kebutuhan akan pengemasan dan pengiriman barang meningkat secara signifikan. Hal ini menimbulkan tantangan dalam mengelola limbah plastik dan emisi karbon yang dihasilkan dari logistik.
Masa Depan Livestream Commerce
Dengan popularitas yang terus meningkat, livestream commerce memiliki potensi besar untuk berkembang lebih lanjut. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan blockchain dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi, personalisasi, dan efisiensi dalam transaksi online. Sebagai contoh, AI dapat membantu memprediksi preferensi konsumen berdasarkan data historis, sementara blockchain dapat digunakan untuk memastikan keaslian produk dan transparansi transaksi.
Lebih jauh lagi, generasi Z di Tiongkok akan terus menjadi penggerak utama dalam tren ini. Mereka tidak hanya berperan sebagai konsumen tetapi juga sebagai pencipta konten dan pelaku bisnis. Dengan terus berkembangnya ekosistem digital, generasi ini memiliki peluang untuk menciptakan inovasi baru yang dapat mengubah cara dunia berbelanja.
Kesimpulan
Generasi Z di Tiongkok telah menjadi motor penggerak transformasi digital dalam e-commerce. Melalui preferensi mereka terhadap interaksi real-time dan hiburan, mereka telah membantu membentuk tren global baru dalam belanja online. Namun, untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, perlu ada keseimbangan antara inovasi, regulasi, dan keberlanjutan. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang teknologi, livestream commerce dapat menjadi pilar utama ekonomi digital di masa depan.
Referensi
- Statista. (2024). Breakdown of traditional e-commerce and live commerce users China 2021, by generation. Diakses dari statista.com
- eCommerceDB. (2024). Live Commerce in China: Top Platforms, GMV, Revenue, Market Analysis. Diakses dari ecommercedb.com
- Marketeers. (2021). Bercermin dari Tren Livestreaming E-commerce di Tiongkok. Diakses dari marketeers.com
- eCommerceDB. (2024). Live Commerce China 2024: Top Platforms, GMV & Consumer Trends. Diakses dari ecommercedb.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H