Mohon tunggu...
Nurul Hafidloh
Nurul Hafidloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki beberapa hobi yang hampir banyak berkaitan dengan kemampuan linguistik, seperti menulis, membaca novel favorit, serta berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Pribumi

11 Oktober 2023   12:07 Diperbarui: 11 Oktober 2023   12:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

HARI INI AKU PRIBUMI,

ESOK PRIBUMI,

ESOKNYA LAGI MASIH PRIBUMI

Hari ini aku dapat surat, Bapak,

Tertanda Chairil dari Karawang-Bekasi, ia menitip 4-5 ribu tulang orang mati

Katanya kepunyaanku

Kutanya padamu Bapak, bukankah Belanda sudah pulang dan Jepang kalah perang?

Bukankah dua tahun silam, telah kudapati jalan Pegangsaan riuh orang memproklamirkan kemerdekaan?


Lalu radioku yang usang nyalang berbunyi

Kulihat kalenderku di pojok pintu, rupanya ini september tanggal 30

Kudengar, 9 jenderal kami diculik

Lantas dibantai dan dikubur di bawah nisan pohon pisang

Ada apa gerangan ini, Bapak?

Kumatikan radio, dan kubaca koran berita sepekan

Sum Kuning mencari keadilan, hingga polisi Hoegeng

dipensiunkan

Sebenarnya, anak pejabat yang mana, Pak?

Dan kini koran-koran sudah jadi bungkus kacang

Sementara radio sudah lama rusak dan kubuang

Giliran televisi ribut berkoar-koar

Lalu kembali kutanya padamu Bapak

Siapa yang meracun Munir? Siapa yang menghilangkan Widji?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun