HARI INI AKU PRIBUMI,
ESOK PRIBUMI,
ESOKNYA LAGI MASIH PRIBUMI
Hari ini aku dapat surat, Bapak,
Tertanda Chairil dari Karawang-Bekasi, ia menitip 4-5 ribu tulang orang mati
Katanya kepunyaanku
Kutanya padamu Bapak, bukankah Belanda sudah pulang dan Jepang kalah perang?
Bukankah dua tahun silam, telah kudapati jalan Pegangsaan riuh orang memproklamirkan kemerdekaan?
Lalu radioku yang usang nyalang berbunyi
Kulihat kalenderku di pojok pintu, rupanya ini september tanggal 30
Kudengar, 9 jenderal kami diculik
Lantas dibantai dan dikubur di bawah nisan pohon pisang
Ada apa gerangan ini, Bapak?
Kumatikan radio, dan kubaca koran berita sepekan
Sum Kuning mencari keadilan, hingga polisi Hoegeng
dipensiunkan
Sebenarnya, anak pejabat yang mana, Pak?
Dan kini koran-koran sudah jadi bungkus kacang
Sementara radio sudah lama rusak dan kubuang
Giliran televisi ribut berkoar-koar
Lalu kembali kutanya padamu Bapak
Siapa yang meracun Munir? Siapa yang menghilangkan Widji?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H