Stunting menjadi sebuah permasalahan kesehatan utama di Indonesia.Â
Adapun Stunting merupakan kondisi yang mana balita mengalami gagal tumbuh yang disebabkan karena cakupan gizi yang kurang dipenuhi sejak dalam kandungan hingga pada masa awal setelah anak tersebut lahir.Â
Kondisi gagal tumbuh mengakibatkan tinggi badan anak dibawah standar anak seusianya dan keterlambatan berpikir.Â
Menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Kementerian Kesehatan, prevalensi balita Stunting pada 2021 menyentuh angka 24,4% atau setara dengan 1 dari 3 balita Indonesia yang mengalami Stunting.
Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan penurunan angka Stunting menjadi 14% pada 2024. Untuk mendukung hal tersebut, Mahasiswa KKN UNNES Giat 3 mengambil langkah berupa sosialisasi Stunting disertai dengan demonstrasi pembuatan menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa puding daun kelor (moringa oleifera).Â
Adapun kegiatan tersebut dilakukan di Balai Desa Rukem, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang dan dihadiri oleh Perangkat Desa Rukem, Anggota Posyandu, dan sejumlah Ibu beserta anak balitanya (14/11/2022).Â
Peserta menyambut kegiatan Mahasiswa KKN UNNES Giat 3 dengan penuh antusias mengingat bahwa terdapat 15 anak yang dinyatakan Stunting pada tahun 2022 di Desa Rukem. Sehingga semangat dari peserta untuk mencegah dan menekan angka Stunting di Desa Rukem begitu besar.
Pada kegiatan sosialisasi dan demonstrasi tersebut, Mahasiswa KKN UNNES Giat 3 Desa Rukem memanfaatkan daun kelor (moringa oleifera) sebagai salah satu bahan puding karena nutrisinya yang tinggi. Â
Menurut beberapa penelitian, pada daun kelor terdapat beberapa zat penting untuk pertumbuhan anak seperti karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, dan kalium (A Dudi Krisnadi, 2015).Â
Selain itu terdapat penelitian yang mengungkapkan bahwa daun kelor mengandung dua kali lipat protein yogurt, tiga kali lipat potassium daripada pisang, dan empat kali lipat vitamin A daripada wortel.Â
Dengan kelengkapan kandungan nutrisi tersebut, daun kelor dapat dijadikan alternatif sumber nutrisi yang dapat ditambahkan pada pengolahan makanan untuk anak yang masih dalam masa pertumbuhan.Â
Sebuah studi menunjukan bahwa dengan menambahkan sekitar 2 hingga 3 gram daun kelor pada makanan balita dapat meningkatkan berat badan yang lebih dibandingkan balita yang diberikan 1 butir telur setiap harinya (Zakaris et al., 2012).
Berangkat dari nutrisi lengkap yang dimiliki oleh daun kelor, Mahasiswa KKN UNNES Giat 3 menyalurkan inovasi berupa pembuatan puding daun kelor.Â
Demonstrasi pembuatan dilakukan setelah sosialisasi diadakan. Adapun langkah membuat puding daun kelor sebagai berikut:
- Siapkan pudding susu kemasan aneka rasa (coklat, mangga, dan rasa lainnya);
- Campurkan 1 wadah pudding susu aneka rasa dengan 1 sendok makan tepung daun kelor;
- Aduk bubuk puding dan tepung daun kelor hingga merata.
- Tambahkan 500ml air atau setara dengan 3 gelas air sedikit demi sedikit sembari diaduk perlahan agar tidak menggumpal di dasar.
- Masak pudding sambil diaduk dengan api sedang.
- Setelah mendidih, angkat dan taruh di cetakan yang diinginkan dan tunggu hingga jadi.
- Puding siap di sajikan.
Tidak hanya memberikan demonstrasi pembuatan puding daun kelor, Mahasiswa KKN UNNES Giat 3 pun turut membagikan puding yang telah siap saji dan tepung daun kelor yang siap digunakan kepada para peserta yang hadir di Balai Desa Rukem.Â
Anak balita yang hadir tampak terlihat lahap melahap puding daun kelor yang disajikan.Â
Dengan pemberian inovasi puding daun kelor kepada masyarakat Desa Rukem, Mahasiswa KKN UNNES Giat 3 berharap agar jumlah anak yang terkena Stunting dapat segera berkurang sehingga dapat mewujudkan Desa Rukem bebas Stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H