Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung.
Teori Modernisme
Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat sebagai periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan.Â
Menurut Wilbert E. Moore (1965), modernisasi menjadi sebuah transformasi kebudayaan manusia, di mana teknologi menjadi salah satu indikator dari modernisasi. Kajian Hirschman memaparkan bahwa motivasi manusia menciptakan sebuah teknologi, untuk memudahkan persoalan-perosoalan hidup mereka. Teknologi diharapkan menjadi fasilitator dan interpreter.Â
Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era 'modernisme tingkat lanjut', 'modernitas sebagai projek yang belum kelar', 'masyarakat resiko', dan lain sebagainya.
Keadaan dan suasana di Gembira Loka yang penuh dengan satwa, fasilitas, warung makan hingga merchandise memang bertujuan untuk membahagiakan dan memuaskan para pengunjung. Namun tentunya dibalik keceriaan dan kebahagiaan yang didapat oleh pengunjung, terdapat kasus-kasus yang melanggar hukum dan nilai sosial.Â
Sebagai contoh, kasus korupsi oleh salah satu petugas kebun binatang dengan cara memotong jatah makan seekor harimau demi memenuhi kebutuhan pribadinya. Kasus lain, eksploitasi hewan seperti fasilitas yang terdapat pada Gembira Loka, gajah tunggang. Demi kepuasan dan menarik perhatian pengunjung, pengelola menyediakan fasilitas gajah tunggang yang sebenarnya dapat melukai gajah-gajah yang ditunggangi.
Kasus-kasus diatas menjadikan sebuah tantangan bagi seorang desainer dalam lingkup Desain Komunikasi Visual untuk memecahkan masalah dan atau memberi solusi yang membangun sebagai contoh poster mengurangi aksi eksploitasi pada satwa, dan sebagainya. Â Â Â
Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi langsung Kebun Binatang Gembira Loka dan mewawancarai pengunjung untuk mendapatkan data kualitatif. Selain wawancara kami juga melakukan observasi secara langsung tentang kondisi lingkungan dan mengamati kebiasaan pengunjung untuk kemudian menarik kesimpulan tentang sistem nilai yang berlaku disana yang dicari hubungannya dengan benda desain berupa hewan dan lingkungan Kebun Binatang Gembira Loka.
AnalisisÂ
Gembira Loka sebagai perwujudan benda desain mempromosikan diri sebagai tempat wisata yang menyenangkan dan mengedukasi. Kebun binatang juga sudah menjadi destinasi liburan keluarga yang wajib dikunjungi. Dengan penggambaran kebun binatang sebagai tempat menyenangkan yang dipenuhi binatang-binatang lucu, unik, besar-besar; persis seperti apa yang ada dalam buku gambar anak; anak-anak tentunya menganggap berkunjung ke kebun binatang sebagai pengalaman mendebarkan dan dinanti-nanti. Belum lagi pertunjukan-pertunjukan dan atraksi hewan yang disajikan menambah nilai plus.