Dunia terus berkembang hingga membawa kita ke ranah komunikasi yang lebih luas. Kini, tidak ada lagi batasan ruang dan waktu dalam berkomunikasi.
Perkembangan teknologi komunikasi menghadirkan new media atau media baru yang sangat membantu kita dalam berkomunikasi dan mencari informasi. Munculnya media baru juga memungkinkan setiap orang untuk menciptakan suasana baru saat berbagi ataupun berhubungan dengan orang lain. Media baru sebagai media digital memerlukan alat dengan akses internet untuk dapat digunakan. Menurut Lister (2009) media baru tidak terlepas dari istilah seperti digital, interactive, hypertextual, virtuality, network, dan simulated. Artinya, komunikasi melalui media baru menjadikan media sosial sebagai sarana berinteraksi sosial di dunia maya (Salam, 2020, h. 21).
Adanya media sosial membantu kita dalam berkomunikasi secara virtual sehingga koneksi yang terhubung antara satu dan lainnya tetap dapat dijaga dengan baik. Media sosial juga dapat memperluas jaringan pribadi dengan membentuk koneksi baru dan menyediakan platform bagi pengguna. Platform yang tersedia juga mempermudah pengguna dalam mencari informasi dan pengalaman, bahkan pengguna dapat dengan mudah mendapat dukungan dan dorongan emosional atau mengurangi kesepian dan stress (Rings & Rasinger, 2020, h. 508). Platform media sosial yang kini banyak digunakan antara lain Instagram, TikTok, WhatsApp, dan Telegram.
Media sosial sebagai bagian dari media baru bersifat daring sehingga akan sangat membutuhkan internet. Hanya dengan adanya internet, maka pengguna dapat dengan mudah untuk berpartisipasi dalam membuat konten untuk khalayak maupun menerima dan memberi komentar satu sama lain, di mana semua hal tersebut dapat tersebar dengan cepat melewati batas ruang dan waktu. Akan tetapi, dalam bermedia sosial, akurasi dan kebenaran informasi membutuhkan verifikasi lanjutan (Indrawan, Efriza, & Ilmar, 2020, h. 9). Terlebih lagi dengan fasilitas yang tersedia kita dipermudah untuk menyebarkan informasi. Oleh karena itu, sering terjadi tindakan-tindakan dalam bermedia sosial yang mengundang perhatian publik. Salah satunya adalah kasus rasisme yang sempat hangat belakangan ini.
Dilansir dari new.detik.com (2021), Olvah Alhamid merupakan seorang finalis Puteri Indonesia 2015 asal Papua yang mempresentasikan dirinya sebagai seorang pejuang stop rasisme dan diskriminasi. Akan tetapi, baru-baru ini Olvah viral karena ujaran rasisnya di video dalam snapgram di akun Instagramnya, yaitu @olvaholvah pada hari Rabu (08/12/2021). Dalam video tersebut Olvah sedang berada di Terminal 3 bandara Soekarno-Hatta. Dia melihat beberapa penumpang yang juga baru tiba dan menyebut orang-orang tersebut dengan nada rasis, “nih orang-orang Cina nih. Mereka pada takut loh sama kita padahal mereka yang bawa penyakit ke Indonesia,” bahkan dilanjutkan, “Hei, Cina… Cina…, Huuu!” olehnya. Video snapgram tersebut menimbulkan kesalahpahaman oleh publik. Banyak yang berkomentar bahwa perilakunya tidak mencerminkan biodata yang tercantum pada akun Instagramnya. Padahal, di akun Instagramnya tercantum tulisan “calon menteri” dan juga “pejuang stop rasisme dan diskriminasi”.
Kasus ini merebak dengan cepat, baik melalui akun media sosial seperti TikTok atau Instagram maupun portal berita online seperti Detik.com, Kompas.com, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Olvah mengakui kesalahannya dan meminta maaf melalui video klarifikasi yang diunggah di akun Instagramnya pada hari Rabu (08/12/2021). Dalam video tersebut, dia menjelaskan bahwa dia berperilaku sedemikian rupa atas dasar emosi yang terpancing, di mana dalam pesawat dia menerima tindakan yang menjijikan dari orang-orang tersebut. Akan tetapi, Olvah menjelaskan lagi bahwa dia tidak membenarkan sikapnya dan sudah seharusnya lebih berhati-hati dan tidak emosional dalam bertindak. Olvah juga tidak lupa untuk meminta maaf kepada pihak yang tersinggung atas sikap yang tidak seharusnya dia lakukan dalam video klarifikasi itu.
Berdasarkan kasus tersebut, terbukti bahwa penting untuk menjaga tutur kata dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan kita akan berjumpa dengan suku, ras, dan budaya yang berbeda-beda dari seluruh penjuru dunia. Sudah seharusnya sebagai makhluk sosial kita dapat menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia. Walaupun dengan adanya keberagaman suku, ras, dan budaya kita akan diajak untuk terus beradaptasi, akan tetapi keberagaman ini membawa pengaruh baik bagi kehidupan kita. Salah satunya wawasan yang luas, di mana kita diajak untuk melihat dunia lebih luas dari yang kita bayangkan. Maka dari itu, kita harus dapat saling menghargai dan menghormati sesama agar tercipta satu dunia yang utuh.
Berdasarkan kasus tersebut pula kita disadarkan untuk harus lebih berwaspada dalam menggunakan media baru, terutama media sosial. Meskipun adanya media sosial membawa banyak dampak baik bagi kehidupan kita, di mana hanya dengan adanya internet kita dapat mengakses banyak hal dengan cepat, namun tanggung jawab kita dalam bermedia juga menjadi lebih besar. Kita harus benar-benar sadar ketika menyebarkan informasi yang akan dikonsumsi oleh publik. Apalagi saat ini media sosial dapat menjadi tempat untuk mendeskripsikan diri kepada orang banyak atau yang biasa dikenal dengan personal branding. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mempresentasikan diri dengan baik agar tercipta persepsi yang baik pula di mata orang lain.