Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan perbedaan, terutama dalam perbedaan budaya. Keanekaragaman budaya inilah yang menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang luar biasa di mata dunia. Namun apa jadinya bila perbedaan budaya tersebut tidak dipandang sebagai hal yang positif, melainkan sebagai hal yang negatif?Â
Apa yang terjadi jika budaya-budaya mayoritas berusaha menghegemoni budaya-budaya minoritas? Tentu kondisi masyarakat akan berubah. Bermacam-macam konflik akan muncul, kehidupan masyarakat minoritas penuh dengan tekanan, bahkan kemungkinan terburuk yaitu terjadinya perpecahan. Membayangkannya saja sudah memunculkan rasa takut yang mendalam, apalagi benar-benar mengalaminya?
Upaya hegemoni budaya mayoritas terhadap budaya minoritas pernah terjadi di masa lalu. Pada saat itu, paham Marxisme masih banyak dianut oleh masyarakat sehingga upaya dominasi masih banyak dilakukan. Oleh sebab itu, lahirlah kajian budaya atau kajian kultural (cultural studies) di tengah semangat Neo-Marxisme yang berusaha melawan adanya dominasi dan hegemoni terhadap budaya tertentu.
Tokoh-tokoh pendiri kajian budaya yaitu Raymond Williams, E.P. Thompson, dan Stuart Hall. Â Astuti (2003), dalam jurnalnya menjelaskan bahwa istilah kajian budaya sendiri berasal dari CCCS (Centre for Contemporary Studies) di Universitas Birmingham yang berdiri pada tahun 1964. Jurnal pertama mereka diterbitkan pada tahun 1972 dengan judul "Working Papers in Cultural Studies". Melalui jurnal tersebut, tokoh-tokoh pendiri kajian budaya terpublikasi ke seluruh dunia, serta tulisan-tulisan mereka menjadi dasar dari kajian budaya.
Kajian budaya sendiri memandang keanekaragaman budaya yang ada sebagai sesuatu yang harus dihormati. Perbedaan tersebut harus disikapi dengan bijak dan saling dipahami, bukan menyakiti atau menjatuhkan. Bentuk implementasi kajian budaya pada setiap negara juga berbeda-beda. Contohnya seperti di Inggris, kajian budaya merupakan asal muasal terbentuknya kajian budaya yang dianggap sebagai disiplin ilmu yang masih terlalu kaku dan formal.
Di Amerika Serikat, kajian budaya berpusat pada budaya pop yang dianggap terlalu berlebihan. Sedangkan di Perancis, kajian kultural banyak membahas tentang kaum imigran dari negara baru yang dikucilkan di tengah keberagaman budaya Perancis yang dianggap sebagai budaya "superior", dan sebagainya (Binus University, 2014). Meski bentuk implementasi kajian budaya pada setiap negara terdapat perbedaan, tetapi sikap saling menghormati dan memahami tetap menjadi hal yang utama.
Komunikasi memiliki peran penting terhadap keberadaan kajian budaya. Hal tersebut disebabkan oleh peran komunikasi sebagai sarana munculnya budaya. Dengan adanya budaya, maka muncullah kajian budaya. Sehingga apabila tidak ada komunikasi, maka kajian budaya tidak mungkin tercipta (Astuti, 2003). Kemudian setelah mengetahui hal-hal tentang kajian budaya komunikasi, lalu apa manfaat dari mempelajarinya? Berikut penjelasannya:
1. Memunculkan rasa toleransi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kajian kultural berupaya melawan dominasi budaya-budaya tertentu dan melihat perbedaan yang ada sebagai hal yang harus dihormati, dihargai, dan dipahami. Maka dengan mempelajari kajian kultural, secara tidak langsung kita diajak untuk memiliki sikap-sikap tersebut.
Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan rasa toleransi kepada sesama yang berbeda dengan kita. Rasa toleransi pun akan tertanam dalam hati dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
2. Memberikan bayangan tentang dunia yang damai dan tentram