(Jika kalian belum baca part-part sebelumnyaa, disarankan untuk membaca part tersebut agat mengerti, makasihh)
"Bukannya itu.."Â
"Ya, itu Gedung Hiana." Detektif Hall menjawab.
Gedung Hiana, gedung yang ditelantarkan selama 50 tahun lebih dan dikenal sebagai Gedung yang berhantu karena orang-orang yang pergi ke tempat situ, tidak akan kembali.Â
"Apa alasannya mereka kesitu?" Detektif Ted bertanya karena ia berpikir masih ada banyak tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menyembunyikan seseorang saat penculikan.Â
Ia tahu hal ini karena ia suka menangani hal-hal seperti penculikan ataupun pembunuhan. Ia tak pernah melihat orang-orang ke Gedung Hiana, termasuk penculik atau pembunuh karena tempatnya yang gelap dan banyak debu.Â
Di Gedung Hiana, ada banyak kasus-kasus dimana jika ada seseorang yang masuk dan menyentuh patung-patung di dalamnya ataupun hanya sekedar melihat matanya secara tatap-tatapan, maka ia akan menjadi debu.Â
Karena itulah, banyak orang yang berkata alasan Gedung Hiana memiliki banyak debu, karena debu tersebut sebenarnya  manusia yang menyentuh atau bertatap dengan patung-patung disana.
"Entahlah, pastinya ada alasan khusus, bukan?"Â
"Jika memang ke Gedung Hiana, bagaimana nasib anak-anaknya??" Jane bertanya pada semuanya, tampak khawatir.
"Kan Gedung Hiana tempat yang banyak patungnya, bagaimana kalo anak-anak tersebut menyentuhnya karena penasaran? Atau mungkin mereka tidak sengaja bertatap dengan patung tersebut??"Â
"Yang kau katakan benar, Jane." Tess menjawabnya.
"Tetapi kurasa orang yang menculiknya tak akan membunuh mereka."
"Ya, kita juga gak tahu kenapa dia menculik mereka." Detektif Rick menambahkan.
"Bener, Rick."Â
"Haah..." Detektif Hall mengehela nafas.
"Kasus ini membingungkan sekali.."
"Jangan putus asa, masih ada banyak waktu." Tess menyemangatinya.
"Iya, lagian, kita cuma perlu klarifikasi dari Pak Lancaster bukan?" Jane berkata.
"Ya, kau benar Jane, mari kita ke mobil." Detektif Hall berkata sambil berjalan menuju pintu keluar dan menemui petugas-petugasnya disana, rupanya lagi bermain kartu sambil menunggu mereka.
"Apakah kalian sudah selesai?" Mereka bertanya.
Detektif Hall mengangguk. "Ya, terima kasih, Pak."
"Sama-sama."Â
Mereka pun jalan keluar, menuju ke parkiran mobil.Â
Setelah sampai, mereka pun memasuki mobil tersebut dan berjalan menuju rumah para Lancasters. Perjalanannya cukup tenang, namun ada banyak kendala yang membuat mereka lebih lama sampai ke tujuan.
Di sepanjang jalan, Jane hanya memikirkan ide konyol yang ia pikirkan saat ia melihat seseorang yang mukanya sama dengan Pak Lancaster. Ia ragu-ragu untuk mengatakan idenya.
Detektif Ted yang berada di sampingnya melihat Jane yang terlihat sedang banyak pikiran. Ia juga memperhatikan bahwa sepertinya ia ingin berbicara, namun tidak bisa.
"Hei, kamu terlihat ada banyak pikiran." Ted bertanya padanya, suara dia kecil namun hanya bisa didengar oleh Jane saja.
"Hm? Oh, tidak apa-apa, gak ada di pikiranku kok." Jane menjawabnya dan kembali melihat pemandangan diluar.Â
"Beneran? Soalnya kamu kayak mau bicara." Ia bertanya lagi padanya, tidak memercayakan perkataannya.
"..."Â
"Bilang aja ke aku. Aku pendengar yang baik kok, tenang ajaa."Â
Jane menatapnya lagi sebelum menghela nafas dan memberi tahu idenya secara pelan-pelan.
"Nih, aku kasih tahu tapi kamu jangan ketawa."
"Emang lucu?"
"Gak sihh, tapi kamu tipe yang bakal ketawa."
"Nggak, nggak, aku serius kok, aku mendengar."
"Haah..baiklah. Kayaknya yang menculik anak-anak tersebut itu Shapeshifter dehh."
Detektif Ted yang mendengar itu coba untuk tidak ketawa dan akhirnya hanya tersenyum, sedikit sarkasme didalamnya.
"Wahh..itu ide yang baguss!!" Detektif Ted berkata, seolah-olah sedang mengejeknya dari perkataan tersebut
"Ihh, kamu pikir itu aneh ya??" Detektif Jane menjawab dengan kesal.Â
"Ih, parah, padahal udah bilang gak bakal ketawa."
"Iyaa, iya, maaf." Ia berkata sambil bercanda.Â
"Cih." Detektif Jane buang muka.
Rick memutarkan matanya dan lihat ke pandangan depan.
Ini anak, perilakunya kek anak kecil banget sih, lucu.
Tak lama kemudian, mobilnya berhenti di rumah para Lancasters. Mereka semua turun ke mobil sambil berjalan ke arah pintu masuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H