Mohon tunggu...
Fidela Nathania
Fidela Nathania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saya merupakan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta program studi ilmu komunikasi yang memiliki ketertarikan dalam film dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penyajian Informasi Berita Content Creator Lebih Menarik, Apa Kelemahannya?

22 November 2023   20:44 Diperbarui: 22 November 2023   20:51 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://techcabal.com/

Sejak munculnya media baru telah merubah sistem jurnalistik di Indonesia. Kegiatan jurnalistik harus menggunakan media baru untuk beradaptasi di tengah era digital ini seperti media sosial. Dengan menggunakan media sosial, para jurnalis ini harus menyajikan informasi secara multimedia dengan menggabungkan teks, suara, video, dan gambar sekaligus (Widodo, 2020, 97).

Para jurnalis media berita ini bukan hanya bersaing di antara media berita yang satu dengan lainnya, tetapi mereka juga harus bersaing dengan pengguna-pengguna yang berada di media sosial juga. Salah satunya adalah content creator. Menurut Street dalam Hermawan (2018), content creator merupakan profesi membuat suatu konten baik dalam berupa tulisan, gambar, video, atau suara. Namun penyajian konten tersebut dapat digabung secara dua atau lebih.

Jika dilihat dari dua paragraf di atas, cara penyajian informasi dari jurnalis dan content creator sama. Mereka bisa menyajikan salah satu bentuk saja atau menyajikan keduanya. Namun, kira-kira apa ya yang membuat audiens lebih tertarik untuk menonton konten content creator dibandingkan informasi dari jurnalis?

Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar pengguna media sosial adalah generasi Z (Hermawan, 2018). Mereka mencari informasi berita bukan melalui koran, televisi, ataupun portal berita dalam bentuk website secara sengaja. Terlebih lagi hampir setiap waktu mereka membuka media sosial dalam rentang waktu yang berdekatan entah itu hanya sekedar melihat unggahan dari temannya atau idolanya hingga mencari konten hiburan. 

Para content creator sebagai user mengolah kembali informasi berita yang disajikan oleh jurnalis sehingga pada akhirnya khalayak lebih memilih untuk mengakses media sosial dibandingkan mencari informasi berita secara mandiri. Terlebih lagi yang mengolah informasi berita tersebut tidak hanya satu content creator saja, tetapi hampir seratus lebih pengguna mengolah kembali informasi tersebut.

Dengan mengolah kembali informasi-informasi berita tersebut oleh content creator, maka berita tersebut akan menjadi tren yang membuat para pengguna mengetahui informasi secara cepat melalui algoritma media sosial. Hal ini dikarenakan konten tersebut dibahas oleh beberapa content creator dalam waktu yang bersamaan.

Ditambah lagi para pengguna ini juga terkadang tidak sengaja menemukan konten informasi berita yang disediakan di media sosial dikarenakan terdapat fitur "For You". Berbagai konten yang diciptakan oleh content creator ini dapat muncul di pencarian media sosial milik pengguna.

Maka, alasan yang pertama ialah penyampaian secara kreatif dengan gaya bahasa santai. Sebagian besar media sosial yang digunakan oleh generasi Z adalah TikTok. Mereka bisa memperoleh informasi dan hiburan melalui aplikasi tersebut. Melalui TikTok, content creator menyajikan informasi berita dengan menggabungkan gambar, audio, dan teks dalam bentuk subtitle. 

Penyajian informasi tidak hanya berupa penggabungan ketiga hal tersebut. Namun, penyajian informasi tersebut juga menggabungkan elemen visual dan editing yang menarik sehingga lebih menarik dan mudah dipahami ketika mereka terpapar akan informasi.

Kemudian, dari sisi gaya penyampaian narasi oleh content creator yang bersifat santai ini membuat para khalayak merasa lebih dekat dengan sang pembuat informasi. Terlebih lagi content creator adalah user yang memiliki posisi sama seperti para pengguna. Ada kemungkinan pula content creator yang memberikan informasi juga berasal dari usia yang sama sehingga mereka juga akan merasa terlibat dan mudah untuk dipahami.

Jika kita melihat cara penyajian informasi yang dilakukan di dunia jurnalistik masih bersifat kaku. Benar, mereka sudah beradaptasi menggunakan teknologi, tapi penyajian mereka dengan menggunakan nada bicara serius membuat terkesan bersifat "kaku" yang membuat khalayak merasa informasi terasa lebih berat untuk diterima. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa mereka lebih memilih untuk memperoleh informasi dari content creator dibandingkan portal berita.

Kemudian, content creator juga mengemas informasi menjadi lebih sederhana tanpa menghilangkan inti dari berita yang ingin disampaikan. Sudah dibantu dengan gaya penyampaian bahasa yang sederhana, konten informasi berita ini juga dikemas dengan durasi yang singkat pula. Kedua hal tersebut akan membantu khalayak lebih mudah untuk memahami sejumlah informasi dengan cara sederhana, menarik, dan mudah untuk dipahami.

Yang ketiga adalah penyajian informasi jenis berita feature. Para content creator biasa memberikan informasi tentang kuliner, pariwisata, hingga pengalaman dari diri sendiri. Memang benar jurnalis juga memberikan informasi-informasi tersebut, tetapi jika melihat cara penyajiannya, para pengguna lebih memilih untuk menikmati konten-konten feature dari content creator. Mengapa?

Karena khalayak lebih dekat dengan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Youtube. Sebagian besar konten-konten feature tersebut disalurkan menggunakan media sosial tersebut. Lalu, gaya penyampaian bahasa yang sederhana membuat penonton memperoleh hiburan sekaligus informasi dalam waktu bersamaan. Ditambah lagi isi informasi konten tersebut dikatakan "relate" dengan para penontonnya. Dengan demikian, para penonton akan merasa lebih dekat, terlibat, dan terjun langsung turut merasakan apa yang diceritakan dan diulas oleh content creator.

Dibalik menariknya konten-konten informasi berita yang disajikan oleh content creator, terdapat pula kelemahan yang mungkin terjadi. Setiap media berita menyajikan informasi yang berbeda, tapi bagaimana para content creator mengambil dan mengolah informasi tersebut?

Hal tersebut memungkinkan content creator untuk memberikan informasi berdasarkan satu sudut pandang saja sehingga terkesan menyudutkan pihak lain. Dengan kata lain, mungkin saja content creator tidak menyajikan informasi dengan cover both side.

Ditambah lagi, para pengguna dapat menggunakan fitur-fitur media sosial sebagai ruang diskusi. Benar, di satu sisi akan memicu para pengguna untuk bersikap lebih kritis sehingga kembali melakukan verifikasi melalui sumber-sumber resmi. Namun, bagaimana dengan mereka yang mudah terpengaruh? 

Pastinya akan dengan mudah tersebar komentar-komentar yang tidak diinginkan dan menjelekkan satu pihak. Terlebih lagi para pengguna merasa lebih dekat dengan content creator sehingga dapat dengan mudah untuk percaya apa yang telah disebarluaskan. 

Hal ini didukung dengan pernyataan dari Ketua Harian Komite Komunikasi Digital Jawa Timur, Arief Rahman yang menyatakan bahwa masyarakat saat ini lebih percaya dengan informasi yang disampaikan oleh content creator dengan ribuan followers dibandingkan seseorang yang ahli di bidang tertentu (Kominfo, 2023).

Durasi penyajian informasi juga membuat content creator menyajikan informasi secara terbatas sehingga bersifat kurang informatif. Contohnya saja penyajian informasi dengan durasi 30 detik dalam satu video. Memang durasi yang singkat membuat para penonton tertarik untuk menonton informasi tersebut dikarenakan mereka hanya menyisihkan waktu sedikit dan memperoleh informasi. 

Namun, durasi yang pendek tidak dapat mendeskripsikan peristiwa yang sedang dibahas sehingga pada akhirnya adapula poin-poin penting informasi yang terlewatkan untuk disampaikan kepada pengguna media sosial. Keterbatasan durasi ini pada akhirnya belum tentu penyampaian informasi berita mencakup 5w+1h sehingga para penonton hanya mendapatkan informasi secara umum saja. 

Terakhir, informasi berita dalam bentuk rumor yang belum tentu hal tersebut adalah fakta disebarluaskan oleh content creator kepada para pengguna media sosial. Rumor yang belum tentu fakta sangat cepat untuk dibuat menjadi konten padahal media berita belum mengangkat informasi tersebut karena masih harus melakukan konfirmasi fakta terhadap narasumber bersangkutan.

Maka dari itu, beberapa content creator cenderung mengangkat rumor tersebut untuk dibagikan kepada pengguna media sosial sehingga mendapatkan jumlah likes dan views yang banyak pula. Jika sudah ada seorang content creator yang mengangkat informasi berita terlebih dahulu, maka akan memungkinkan content creator lainnya untuk menyebarkan informasi yang sama. Ditambah lagi rumor tersebut bisa saja menimbulkan keributan di tengah media sosial.

Dengan demikian, konten-konten informasi berita yang disajikan oleh content creator begitu menarik, khususnya pada jenis berita feature. Mulai dari bagaimana penampilan visual yang disajikan hingga gaya bahasa untuk penyampaian informasi. Hal ini membuat para penonton untuk merasa terlibat dan lebih dekat dengan informasi berita yang terkait. Namun, masih ada kelemahan yang mungkin terjadi ketika menyajikan informasi tersebut. Content creator yang mendeskripsikan dari satu sudut pandang hingga validitas informasi yang belum tentu fakta.

Media berita tetaplah menjadi media informasi berita yang sangat akurat. Untuk itu, jika kalian menerima informasi dari content creator yang bersifat meragukan, jangan lupa untuk mengeceknya di portal media berita supaya dapat mengetahui bahwa informasi tersebut palsu atau fakta ya!

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, D. (2018). Content creator dalam kacamata industri kreatif: Peran personal branding dalam media sosial.

Kominfo. (2023). Era Digital, Masyarakat Lebih Percaya Content Creator Dibandingkan Pakar. Diakses pada 22 November 2023 dari https://ponorogo.go.id/2023/07/26/era-digital-masyarakat-lebih-percaya-content-creator-dibandingkan-pakar/

Widodo, Y. (2020). Buku Ajar Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun