Mohon tunggu...
Fidel Haman
Fidel Haman Mohon Tunggu... Guru - Guru/Bloger

Penikmat Seni Sastra dan Musik/Pemerhati Pendidikan - Budaya - Ekologi/Pencinta Filsafat - Teologi/Petualang - Loyal dan Berdedikasi

Selanjutnya

Tutup

Love

Cinta dan Ombak serta yang Tersembunyi

3 September 2022   14:43 Diperbarui: 3 September 2022   15:24 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi: Story' WhatsApp 16 Oktober 2021. Foto: Suatu senja bersama Guardian Condet, Yerri Lando di Pantai Air Manis Padang (14Oktober 2021)

Segala yang tampak sekaligus tersembunyi. Ia menampakkan sekaligus pada saat yang sama menyembunyikan dirinya. Begitu kata Heidegger dkk. Ya.. tentu saja saya bisa salah. Yang saya katakan itu hanyalah sedikit yang saya tangkap atau paham sesuai dengan nalar yang amat sangat terbatas ini.

A-letheia atau ketersingkapan. Saya pinjam kata Heidegger ini supaya tampak keren dan waow. Wkwkwkw. Tidak bermaksud menjelaskannya di sini tetapi sebatas pengantar untuk hal yang akan saya ceritakan selanjutnya. Mungkin tidak penting atau berguna tetapi entah kenapa saya tetiba terdorong untuk menulis tentang ini. Tiba-tiba saja terlintas lalu mendorong saya untuk menulisnya. 

Ok..lanjut. Lanjut bukan untuk hal yang akan saya ceritakan atau yang menjadi fokus coretan ini, tetapi untuk kata-kata Heidegger di atas. Tidak banyak, cuma menambahkan sedikit lagi sebelum cerita inti.  Heheheh

A-letheia atau ketersingkapan atau ketaktersembunyian berbicara tentang atau merujuk pada apa pun yang ada ini. (Jika ada yang baca dan sangat paham Heidegger, mohon dikoreksi. heheheh). Apa pun yang tampak pada saat yang sama selalu tersembunyi. Menampakkan diri sekaligus menyembunyikan diri. Tidak ada satu pun yang sungguh-sungguh terlihat dan tertampak sempurna. Ada sisi yang selalu tersembunyi. 

Dan di hadapan segala sesuatu yang ada atau realitas yang tampak ini kita perlu diam, menaruh dalam kurung segala anggapan, persepsi, kesan, dan sebagainya. Kita perlu menahan atau menunda apa pun yang sempat terlintas dalam benak kita sebelum sesuatu itu menampakkan diri seadanya. Membiarkannya tampak atau menelanjangi dirinya seutuhnya agar kita dapat menangkap atau memahami lebih sempurna, walaupun itu pada dasarnya juga tidak mungkin tercapai. 

Hal terpenting di sini adalah sikap diam dan menahan diri, menaruh segala anggapan dan kesan terhadap realitas yang tampak. Atau membiarkan hal apa pun menampakkan diri seadanya, tanpa terlebih dahulu kita pagari dengan berbagai kesan dan anggapan kita.

Heidegger cukup sampai di sini. Kalau ada yang kurang pas silakan mengoreksi pemahaman saya di kolom komentar, mangga. Saya pun tidak paham dengan apa yang saya bicarakan di atas. Heeheh. Ok...back to the topic. 

Cinta dan Ombak. Dua hal yang berbeda, bukan? Bahkan berbeda amat jauh. Tetapi keduanya kita bisa hubung-hubungkan. Dan saya seakan terdorong untuk itu, yakni berusaha menghubung-hubungkan keduanya. Dikatakan sebagai usaha serius atau bahkan semacam studi ilmiah tentu saja tidak. Ini jauh dari semua anggapan itu. Ini hanyalah 'gara-gara' atau semacam bercanda, menuliskan hal-hal receh agar tidak gabut. Ya.. muda-mudahan bermanfaat, setidaknya untuk saya yang sedang belajar menulis ini.

Cinta selalu hadir bersama ombak yang kadang membuatnya indah  juga menarik. Dan tanpa itu, cinta seperti biasa saja, monoton dan tidak menarik, bahkan tak layak dikatakan cinta lagi. Berkaca pada pengalaman seorang teman, sahabat dan juga saudara, yang hatinya sempat remuk oleh badai asmara, saya pernah menulis kata-kata di bawah ini. 

"Yaa.. begitulah jalinan kasih. Rasanya tak indah jika tak ada ombak (orang ke-3) yang menerjang. Bahkan dalam taraf tertentu, hal itu perlu sebagai suatu hal yang harus terjadi demi kedewasaan. Menguji setia dan komitmen. Yang kuat akan bertahan dan selamat, yang goyah akan selalu digoncang, dan yang rapuh akan dihempas lalu hancur", tulisku kala itu sebagai caption sebuah foto bersama seorang sahabat dalam status WA. 

Dok. Pribadi: Story' WhatsApp 16 Oktober 2021. Foto: Suatu senja bersama Guardian Condet, Yerri Lando di Pantai Air Manis Padang (14Oktober 2021)
Dok. Pribadi: Story' WhatsApp 16 Oktober 2021. Foto: Suatu senja bersama Guardian Condet, Yerri Lando di Pantai Air Manis Padang (14Oktober 2021)

Kala itu, awalnya hanya sekadar status dengan memajang foto agar kelihatan eksis dan juga tidak malu-malu amat sama kaum milenials dalam hal melek digital. Namun inspirasi melintas seperti kilat, maka jadilah caption tak berfaedah di atas. heheheheh

Cinta selalu bersama ombak. Entah kecil hampir tak terasa hingga ombak bersama  badai dan angin topan. Kapan datangnya juga tak tahu pasti. Yang kita lihat kadang baik-baik saja dengan riak-riak kecil di pinggir pantai. Sesekali gelombang kecil menghempas dan lalu hilang kemudian tenang kembali. Gelombang dasyat sesekali hadir. Kuat dan keras hingga kita ikut terbawa dan terhempas. Di hadapan segala yang tampak, kita sadar masih banyak yang tersembunyi dan tak terlihat. Dan hal-hal itu sering kali m3nghempas kita dalam keadaan tidak siap. Terjatuh bisa saja, bahkan terjerumus ke curang terdalam.

Banyak hal yang selalu tersembunyi dari segala yang tampak, apa pun itu. Termasuk cinta yang sering membuat manusia mabuk kebahagian, juga selalu mempunyai sisi tersembunyinya. Hal-hal itu akan tersingkap sesekali, entah itu yang membahagiakan pun juga sebaliknya. Diam dan waspada adalah pilihan sikap yang perlu selalu ada. Diam untuk tidak mengatakan atau menerima semuanya sebagai hal yang baik dan akan baik-baik saja. Diam untuk tidak gegabah dialah segalanya. Dan waspada akan apa pun yang terjadi. Sebab segala sesuatu akan berubah kecuali perubahan itu sendiri, demikianlah kata yang sering saya dengar. Heheheh

Diam dan waspada namun tetap harus berjalan. Berjalan sambil terus berusaha dan berjuang memberi apa pun yang setahu kita adalah hal terbaik yang kita mampu. Cinta selalu datang bersama ombak yang adalah tanda-tanda tersingkapnya yang tersembunyi. Diam dan berwaspadalah sambil tetap melangkah di jalan yang benar.

Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat;

Sabtu, 02 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun