Mohon tunggu...
Fidel Haman
Fidel Haman Mohon Tunggu... Guru - Guru/Bloger

Penikmat Seni Sastra dan Musik/Pemerhati Pendidikan - Budaya - Ekologi/Pencinta Filsafat - Teologi/Petualang - Loyal dan Berdedikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saudara dan Saudari Kelana

13 Juni 2022   02:58 Diperbarui: 15 Juni 2022   15:45 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi: Dok Pribadi - Siswa/i kelas 5 SD Edelweiss sedang duduk, merenung dan menulis di halaman tengah sekolah.

Hidup adalah Peziarahan. Manusia yang melakoninya adalah saudara kelana. Ia adalah perantau dan musafir. Ia berkelana mencari arti dan makna hidupnya lewat pengalaman & aneka kejutan.

Di penghujung tahun ajaran 2021/2022, pada pelajaran penutup, saya mengajak para peserta didik kelas 5 di SD Edelweiss Bekasi untuk keluar dari kelas dan pergi menyelami 'pelajaran alam semesta'. Saya mengajak mereka untuk belajar bersama alam. 

Beberapa potongan kertas saya selipkan di pot bunga, di pohon dan rerumputan. Dan di balik kertas tersebut, terdapat beberapa arahan dan pertanyaan penuntun yang harus dijalankan siswa/i. Isi kertas kecil inilah yang memungkinkan mereka berjalan dan berlari kian kemari. Berjalan dari satu pohon ke pohon yang lain dan dari pot bunga yang satu ke pot bunga yang lainnya serta dari rerumputan satu ke rerumputan yang lain.

Mereka tidak dibiarkan duduk dan mendengar berlama-lama seperti di dalam kelas. Mereka selalu bergerak. Dan di sela-sela itu mereka mengambil waktu sejenak untuk duduk, merenung dan menulis. Setelahnya mereka harus bangkit kembali dan menjalankan misi berikutnya. Mereka harus berpacu dengan waktu.

img-20220610-222135-62a641e2f5f3290e07374e86.png
img-20220610-222135-62a641e2f5f3290e07374e86.png

Dok Pribadi

Saya menyebut potongan kertas kecil yang selalu mereka cari sebagai 'surat cinta'. Dalam surat cinta ini saya memberi arahan dan juga pertanyaan yang merangsang imajinasi mereka. 

Isi surat cinta tersebut memungkinkan mereka beraktivitas dengan mengaktifkan beberapa panca inderanya, yakni mata, telinga, hidung, dan kulit. Selain itu setiap pertanyaan memancing mereka untuk berpikir dan lalu menuangkan pikirannya pada halaman kosong di balik surat cinta tersebut.

Sebagai guru saya bangga dan senang menyaksikan mereka penuh antusias dan semangat. Mereka menjalankan aktivitasnya dengan gembira. Sesekali mereka berlari, berjalan, lalu duduk, menulis, berdiri dan berjalan lagi, dan seterusnya. Dan setelah lewat 45 menit beraktivitas di luar ruangan, saya mengajak mereka kembali ke dalam kelas.

Seperti berjalan di pinggir pantai yang selalu meninggalkan bekas, demikian pun saya ingin memastikan adanya bekas itu dalam diri peserta didik. Adakah bekas dari apa yang mereka lakonkan di luar kelas selama 45 menit? 

Ataukah hanya mengalir seperti air dan berlalu seperti tiupan angin? Dan Alhamdulillah, bekas itu memang sungguh ada. Setiap orang mengutarakan kesan yang menarik dan merasa senang. Mereka mencoba menemukan kaitan antara pokok pelajaran yang sudah diterima dengan aktivitas yang baru saja mereka lakukan.

img20220609083559-62a64148bb44864664410ba2.jpg
img20220609083559-62a64148bb44864664410ba2.jpg

Dok Pribadi

Hal menarik pun lahir dari refleksi-refleksi mereka, bukan saja tentang salah satu bidang studi tetapi menyangkut lintas bidang studi yang mereka pelajari. Mereka berbicara tentang fotosintesis dan dedaunan yang menghasilkan Oksigen, tentang interaksi dan komunikasi di antara mereka, dan berakhir pada sebuah kesadaran rohani yang cukup dalam untuk siswa/ibseringkat SD, bahwa segala yang indah, yakni pepohonan, bunga, rerumputan, burung dan sebagainya adalah ciptaan Tuhan yang patut disyukuri. Peserta didik kelas 5 memiliki kesadaran sejauh ini tentu sangat luar biasa. Tidak salah lagi. Negeri ini kan disebut negeri surplus agama. Heheheh. 

Ok...lanjut..

Di akhir pelajaran saya menerangkan maksud dari semua yang mereka lakukan. Saya mengarahkan mereka untuk menemukan diri terus menerus lewat berbagai hal yang positif. 

Belajar banyak hal dengan tekun, semangat dan dengan sukacita adalah jalan menemukan diri. Sebab hidup manusia itu tidak lain adalah peziarahan tanpa henti untuk mencari dan menemukan arti dan makna hidup itu sendiri. Aktivitas di luar kelas hanyalah sebatas ilustrasi tentang hidup manusia. Setiap orang berziarah tanpa henti untuk menemukan arti dan makna hidupnya sendiri. Kalian adalah saudara kelana. 

Kita semua adalah saudara dan saudari Kelana!

Jatibening, Bekasi, Jawa Barat - Jum'at, 10 Juni 2022

Tantangan Menulis Setiap Hari - #Harike-1: 10 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun