Mohon tunggu...
Laila Musfidatul Ikromah
Laila Musfidatul Ikromah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030065 UIN Sunan Kalijaga

Suka jalan-jalan, hunting foto✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Yang Diadaptasikan ke Layar Lebar

30 Mei 2024   23:53 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:09 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman depan novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” (dokumentasi pribadi)

Novel "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur" yang ditulis oleh Muhidin M. Dahlan merupakan sebuah karya sastra kontroversial yang mengguncang ranah sastra Indonesia. Dengan judul yang provokatif, novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang konsep moralitas, agama, dan kebebasan individu.

Buku ini memiliki kritik sosial yang kental terkait keberadaan organisasi radikal sekaligus sejumlah oknum yang otoriter dan dogmatis. Buku tersebut sempat menjadi favorit di kalangan mahasiswa dan aktivis karena kritikannya yang tajam.

Dalam novel ini, Muhidin M. Dahlan mengisahkan kehidupan seorang wanita muda yang memilih menjadi seorang pelacur sebagai cara untuk mencari kebebasan dan pemahaman diri.

Nidah Kirani, atau yang biasa di panggil Kiran, seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk shalat, baca kitab, dan berdzikir. Dia memilih hidup yang sufistik.

Demi laku kezuhudan itu, dia kerap hanya mengonsumsi roti dalam jumlah sangat terbatas di sebuah pesantren mahasiswa. Cita-citanya hanya satu: untuk menjadi muslimah yang beragama secara total.

Tapi, di tengah jalan ia  diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkannya ber-Islam secara total-penuh, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya.

Setiap pertanyaan yang dia ajukan, dijawab dengan dogma yang tertutup yang melahirkan resah dan kehampaan. 

Dalam keadaan kosong itulah, ia tersuruk dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan seks bebas dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Tak ada rasa sesal kepada Tuhan usai ia bercinta dengan para aktivis sayap kiri dan kanan yang meniduri dan ditidurinya. Bahkan, dari petualangan itu, dia berjumpa dengan seorang anggota DPRD dari partai "Islam" dan sekaligus dosen di sebuah kampus "Islam" yang menyediakan diri menjadi germonya dalam jual-beli jasa seks kepada para pejabat tinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Kiran, seorang yang hidup di tengah masyarakat yang penuh dengan prasangka dan stigma negatif terhadap profesi yang ia jalani. Namun, di balik profesi yang dianggap tercela, memiliki kehidupan yang kompleks dan penuh dengan konflik batin.

Melalui cerita Kiran, Muhidin M. Dahlan membawa pembaca untuk melihat sisi lain dari kehidupan seorang pelacur. Ia menggambarkan bagaimana Kiran harus berjuang menghadapi diskriminasi, stigma sosial, dan bahkan kekerasan yang sering kali dialaminya.
Dalam perjalanan hidupnya, Kiran juga berusaha mencari arti kehidupan, mencari identitas diri, serta menemukan makna agama yang sejati.

Novel ini mengambil latar belakang kota metropolitan yang sibuk dan penuh godaan, di mana Kiran sebagain protagonis utama, terjebak dalam lingkaran kehidupan yang gelap dan berbahaya.

Kiran adalah seorang wanita yang penuh dengan keingintahuan dan semangat petualangan, tidak puas dengan kehidupan yang terlalu biasa-biasa saja. Ia merasa terkekang oleh norma-norma sosial dan ingin mengeksplorasi sisi gelap kehidupan yang selama ini tersembunyi.

Dalam perjalanan hidupnya sebagai pelacur, Kiran bertemu dengan berbagai macam karakter yang mewarnai cerita ini. Ada klien yang sangat berbeda-beda, dari yang kaya dan berpengaruh hingga yang penuh dengan keputusasaan. Melalui interaksi dengan klien-klien ini, Kiran mulai mempertanyakan makna cinta, kepuasan diri, dan martabat seorang wanita. Dia melampaui batasan-batasan sosial dan menggali lebih dalam ke dalam pikiran dan perasaan klien-kliennya.

Namun, di balik kehidupan yang serba glamor dan erotis, Kiran juga menghadapi konsekuensi yang tidak terduga. Ia merasakan kesepian yang mendalam dan keraguan tentang pilihan hidupnya. Novel ini menggambarkan bagaimana kehidupan seorang pelacur bukanlah hal yang mudah, dan bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi yang harus ditanggung.

Novel ini tidak hanya sekedar bercerita tentang seorang pelacur, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang moralitas dan pengertian tentang dosa. Muhidin M. Dahlan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan moral yang menantang, apakah seorang pelacur tidak layak mendapatkan pengampunan dan kasih sayang dari Tuhan?

Dalam "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur," penulis berhasil menggambarkan realitas kehidupan yang rumit dan seringkali tabu dengan gaya penulisan yang kuat dan penuh emosi. Ia mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari perspektif yang berbeda, dan merenungkan apa artinya menjadi manusia yang seutuhnya.

Muhidin M. Dahlan juga mengulas tentang ketidakadilan sosial yang masih ada dalam masyarakat kita. Novel ini menjadi cermin bagi kita untuk lebih memahami kehidupan para pelacur dan berempati terhadap mereka.

Buku ini tidak hanya sekadar menggambarkan kehidupan seorang pelacur, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan tentang moralitas, kebebasan, dan hakikat cinta.

Namun, perlu diingat bahwa novel ini mengandung konten yang cukup eksplisit dan provokatif. Penulis dengan sengaja memilih judul yang kontroversial untuk menarik perhatian pembaca dan menggugah pikiran mereka.

Oleh karena itu, sebelum membaca novel ini, setiap pembaca harus mempersiapkan diri secara mental dan mempertimbangkan kesiapan mereka dalam menghadapi konten yang mungkin menantang nilai-nilai tradisional dan norma sosial.

Novel "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur" adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan nuansa provokatif dan pemikiran yang mendalam.

Meskipun kontroversial, novel ini menawarkan pandangan alternatif tentang kehidupan dan kebebasan yang patut dipertimbangkan.

Secara keseluruhan, novel "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur" adalah sebuah karya sastra yang mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang moralitas, agama, serta memahami kehidupan yang beragam di sekitar kita. Muhidin M. Dahlan melalui karyanya ini berhasil mengejutkan pembaca dengan menghadirkan perspektif yang berbeda dan menantang.

poster film
poster film "Tuhan, Izikan Aku Berdosa" (sumber: aplikasi X, akun @HabisNontonFilm)

"Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!" cetakan tahun 2023 ini adalah perayaan 20 tahun perjalanan mahakarya Muhidin M.Dahlan yang diadaptasikan ke layar lebar oleh sutradara Hanung Bramantyo dengan judul "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa".

Sebelum tayang secara bebas untuk publik mulai 22 Mei 2024, film Tuhan Izinkan Aku Berdosa melakukan penayangan perdana secara global di Jakarta Film Week 2023 pada 27 Oktober 2023. Film ini kemudian tayang di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun