Mohon tunggu...
Laila Musfidatul Ikromah
Laila Musfidatul Ikromah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030065 UIN Sunan Kalijaga

Suka jalan-jalan, hunting foto✨

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Keluh Kesah Pedagang Pakaian di Pasar Beringharjo

27 Mei 2024   23:43 Diperbarui: 28 Mei 2024   00:18 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Derry, salah satu pedagang baju batik di Pasar Beringharjo | Dok Pribadi

Namun, ia tak patah semangat. Apapun ia usahakan agar dagangannya tetap laku terjual oleh para pengunjung yang sesekali melewati lapaknya.

"Usaha yang kami lakukan agar barang kami tetap terjual yaitu dengan pelayanan, bersikap ramah kepada para pelanggan yang datang. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menawarkan dagangan kami dengan ramah, dan tidak memaksa pelanggan. Harga yang kami tawarkan pun masih terjangkau", tukas Derry.

Kios “Cantik Batik” milik Derry dan Istrinya | Dok Pribadi
Kios “Cantik Batik” milik Derry dan Istrinya | Dok Pribadi

"Kami pun memasang plang di depan toko dengan tujuan agar dikenali oleh para pengunjung. Tak hanya itu, tujuan lainnya adalah mengingatkan bagi para pengunjung agar datang kembali ke toko kami jika berkunjung ke Pasar Beringharjo lagi. Karena kami percaya, pelayanan (service) yang kami lakukan dengan baik akan membuat para pelanggan datang kembali ke toko kami", tukas Derry dan Nina dengan penuh percaya diri.

Derry beserta istrinya pernah mengalami down kurang lebih dalam kurun waktu 2 tahun, dimana ekonominya sangat jatuh dan uangnya terkuras habis. Hal tersebut diakibatkan oleh kasus pandemi Covid-19 (Corona) yang menerjang rakyat Indonesia di tahun 2019-2020 silam.

Kasus pandemi tersebut mengakibatkan aktivitas masyarakat Indonesia menjadi terganggu dan terhambat, terutama para pencari nafkah. Banyak para pekerja yang kehilangan pekerjaannya akibat PHK, banyak pula para pedagang yang gulung tikar karna kerugian yang terus melanda.

"Waktu itu, tabungan kami terkuras semua, habis-habisan. Tidak ada bantuan dari Pemerintah sepeserpun untuk kami para pedagang di pasar ini. Banyak yang sampai menjual rukonya, gulung tikar karena tidak ada modal/biaya lagi untuk melanjutkan usaha," tukas Derry dan Nina.

"Syukurnya, alhamdulillahnya kami masih dikasih kesempatan untuk melanjutkan usaha kami. Kami masih tetap membuka lapak kami waktu itu, walaupun pengunjung hanya 1-2 orang saja. Waktu pun dibatasin untuk kami untuk jualan. Kami tetap ikhtiyar bagaimanapun caranya agar kami tetap memiliki pemasokan," lanjut mereka.

Keluhan yang ia rasakan untuk saat ini terjadi pada saat bukan sedang musim liburan atau wisata. Ia beranggapan bahwa pengunjung akan sedikit yang datang sehingga pasar akan sepi.

"Pemasokan yang kami dapatkan mengandalkan dari wisatawan yang datang dari luar. Sedangkan, warga lokal Jogja sendiri pun jarang-jarang yang berdatangan ke sini. Sehingga, kalau bukan musim liburan dan pasar sedang sepi, kami kadang tidak membawa uang sepeser pun untuk kembali ke rumah", keluhnya.

"Namun, kami pun tetap berusaha menjual barang dagangan kami melalui sosial media, yaitu melalui aplikasi WhatsApp saja. Kami memasarkan barang dagangan kami dengan memposting di story WA. Bagaimanapun caranya kami lakukan agar dagangan kami tetap laku dan kami mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari", lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun