Pasar Beringharjo menjadi tempat bagi warga lokal untuk membelanjakan serta memperjualbelikan bermacam aneka ragam barang hingga makanan.
Tempat legend yang tengah dijadikan sebagai tempat transaksi ekonomi sejak tahun 1758 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini.Banyak pedagang terutama warga lokal memamerkan dagangannya pada masing-masing kiosnya untuk dijajakan kepada para pengunjung. Tak hanya warga lokal, kini sudah banyak pedagang yang datang dari luar Yogyakarta untuk membuka lapak di Pasar Beringharjo ini.
Hal tersebut terjadi karena Pasar Beringharjo menjadi salah satu destinasi legend yang menjadi pasar ikoniknya kota Yogyakarta.
Letaknya yang berada di pusat kota serta berada di jalan Malioboro tersebut, sehingga banyak para pengunjung/wisatawan yang menjangkau area Pasar Beringharjo dan sekitarnya, meski hanya untuk sekedar berjalan-jalan saja, ataupun untuk mencari barang yang ingin dibeli.
Derry, yang menjadi narasumber dalam observasi kali ini merupakan salah seorang pedagang pendatang yang berasal dari Padang. Ia menjajankan dagangannya berupa pakaian-pakaian batik yang tengah membuka lapak di Pasar Beringharjo dalam kurun waktu kurang lebih sekitar 5 tahun bersama Nina, istrinya.
"Saya memilih untuk pindah ke Jogja karna merupakan kota wisata, disini banyak wisatawan yang datang, jadi saya beranggapan peluang untuk mencari cuan disini ada pengecualian daripada di daerah-daerah lain", Derry dalam keterangannya saat ditemui di Pasar Beringharjo, Kamis (23/05/2024).
Dikarenakan lokasi Pasar Beringharjo yang strategis, tak heran jika banyak pedagang yang kian berebut lapak untuk mengambil peluang cuan dengan menjajankan dagangannya karena beranggapan bahwa akan selalu dilalu lalang serta dijangkau oleh para pengunjung, terutma wisatawan dari luar kota Yogyakarta.
Tak sedikit yang beranggapan sama seperti Derry, pedagang lain pun kian memenuhi Pasar Beringharjo dengan presepsi yang serupa.
Diakibatkan dengan banyaknya pedagang, Derry menyebutkan bahwa persaingan yang ketat mulai bertambah muncul. Sebagai pedagang pakaian yang dimana pesaingannya paling banyak di Pasar Beringharjo ini, Derry merasa bahwa barang yang ia jual mengalami tingkat laku pasar yang agak minim.
Terlebih lagi posisi lokasi kiosnya yang berada di bangunan bagian belakang Pasar Beringharjo, membuat lapaknya jarang dilewati oleh para pengunjung dibandingkan dengan para pedagang yang memiliki lapak di bagian depan atau tengah pasar. Hal ini mengakibatkan penurunan pendapatan yang semakin sulit untuk di dapatkan oleh Derry.