Mohon tunggu...
Laila Musfidatul Ikromah
Laila Musfidatul Ikromah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030065 UIN Sunan Kalijaga

Suka jalan-jalan, hunting foto✨

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pejabat Publik: Ketika Kepentingan Pribadi Mengalahkan Etika

24 Mei 2024   01:41 Diperbarui: 24 Mei 2024   01:41 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: patrolinusantara.press

Pejabat Publik seringkali dianggap sebagai pilar utama dalam menjalankan tugas-tugas negara dan masyarakat. Dalam konteks pejabat publik, etika berfungsi sebagai panduan untuk memastikan bahwa mereka menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan integritas, kejujuran, dan transparansi.

Namun, sayangnya tidak jarang kita juga menemui kasus-kasus di mana pejabat tersebut terlibat dalam perilaku yang tidak etis, bahkan melanggar hukum. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang bagaimana seorang pejabat seharusnya bertindak dan bagaimana kita sebagai masyarakat seharusnya menanggapi perilaku tersebut.  

Sebagai wakil rakyat, seorang pejabat seharusnya menjadi contoh yang baik dalam menjalankan tugasnya. Etika menjadi pondasi yang sangat penting dalam kepemimpinan publik, karena dengan etika yang baik, seorang pejabat dapat membangun kepercayaan masyarakat dan memberikan pelayanan yang adil serta bertanggung jawab. Namun, ketika seorang pejabat kehilangan etika, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang serius bagi negara dan masyarakat.

Perilaku tanpa etika dari seorang pejabat dapat mencakup berbagai hal, mulai dari korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga pelanggaran hak asasi manusia. Kasus-kasus seperti ini tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga dan sistem yang seharusnya melindungi kepentingan bersama demi negara yang sejahtera.

sumber gambar: sindonews.com
sumber gambar: sindonews.com
Bagaimana kita sebagai masyarakat seharusnya menanggapi perilaku pejabat tanpa etika?

Pertama-tama, penting bagi kita untuk terus memantau dan menuntut pertanggungjawaban dari para pejabat. Melalui pengawasan yang ketat, kita dapat meminimalisir kesempatan bagi pejabat untuk melakukan tindakan yang merugikan. Selain itu, pendidikan tentang etika dan tata kepemerintahan yang baik juga sangat penting dalam membentuk mindset yang lebih kritis dan bertanggung jawab bagi generasi mendatang.

Sebagai masyarakat, kita perlu merespons secara kritis, bukan toleran, terhadap tindakan pejabat yang tidak etis. Hal ini penting karena perilaku tidak etis yang dilakukan pejabat publik dapat berdampak negatif pada masyarakat dan merusak kepercayaan terhadap pemerintah.

Bakhtiar Ali menekankan, masyarakat harus bersikap keras dan tidak membiarkan begitu saja perilaku tidak etis yang dilakukan aparatur sipil negara. Selain itu, penting untuk dipahami bahwa pejabat publik yang membuat pernyataan di luar kompetensinya dapat menyesatkan masyarakat. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, kita perlu menyikapi informasi yang diberikan oleh pejabat publik dengan selektif.

sumber gambar: solidaritasperempuan.org
sumber gambar: solidaritasperempuan.org
Prinsip-Prinsip Etika yang Harus Diterapkan oleh Pejabat Publik

Dalam konteks kepemimpinan pemerintahan dan publik, etika seharusnya menjadi landasan terpenting dalam perilaku seorang pejabat. Etika mencakup norma moral, rasa tanggung jawab, dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Pejabat harus memiliki rasa etika yang kuat, bertindak sesuai dengan tugas utamanya, memimpin dengan memberikan contoh yang baik dan mendorong serta menyemangati masyarakat.

Penerapan etika pada pejabat juga tercermin dalam regulasi yang mengatur perilaku pegawai negeri sipil. Sebagai contoh, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik Dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan secara luas mengatur etika dan perilaku pegawai, serta sanksi apabila melanggar, dengan tujuan akhirnya yaitu menjaga martabat dan kehormatan pegawai, bangsa, dan negara.

Selanjutnya etika politik dan etika pemerintahan bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan dapat dipercaya oleh rakyat. Termasuk di dalamnya etika kehidupan berbangsa yang bersumber dari ajaran agama, nilai-nilai luhur kebudayaan nasional, dan ketaatan pada Pancasila sebagai acuan dasar berpikir, bertindak, dan berperilaku dalam kehidupan berbangsa.

Pejabat pada hakekatnya harus mempunyai etika yang kuat, menjalankan tugas sesuai kemampuannya, dan tidak menyesatkan masyarakat dengan mengeluarkan pernyataan di luar kemampuannya, dan media diharapkan lebih selektif dalam memilih sumber informasinya agar informasi yang disampaikan kepada masyarakat dapat dipahami.

Dalam upaya mencegah perilaku tanpa etika, juga diperlukan peran dari lembaga penegak hukum dan regulasi yang lebih ketat. Hukuman yang tegas bagi pelanggar hukum dan perlindungan bagi para pengadu juga merupakan langkah penting dalam menegakkan etika dalam kepemimpinan publik.

Dengan demikian, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk terus memperjuangkan keadilan dan etika dalam kepemimpinan publik. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat mewujudkan sistem yang lebih transparan, bertanggung jawab, dan beretika, sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan negara kita tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun