Mohon tunggu...
Fida Rosanah
Fida Rosanah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Bachelor of international Relations at University of Technology Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Soft Power Diplomacy dalam Olimpiade Paris 2024

9 Agustus 2024   09:18 Diperbarui: 9 Agustus 2024   09:36 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Olimpiade Paris 2024 bersanding dengan bendera Perancis di tengah kota Paris. Foto: Shutterstock. 

Olimpiade Paris 2024 merupakan salah satu event olahraga yang rutin diadakan oleh negara-negara di seluruh dunia setiap empat tahun (4 tahun) sekali. Pertanyaannya, mengapa negara-negara tersebut mau untuk ikut serta dalam acara Olimpiade? Bahkan negara tertutup seperti Korea Utara juga ikut menjadi pesertanya?

Kita perlu memahami salah satu dasar dalam diplomasi yakni 'influence' atau pengaruh yang akan menjadi pondasi kuat dalam melakukan negosiasi. Dalam hubungan internasional, hal ini  memungkinkan negara untuk memiliki posisi tawar atau bergaining position yang antinya  dapat mempengaruhi hassil negosiasi.

Simon Holt (2007) dalam bukunya yang berjudul "Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities, and Regions." Memaparkan bahwa negara-negara dapat melakukan berbagai strategi untuk membangun citra serta memperkuat citra internasional mereka. Menurutnya, olahraga merupakan soft power yang sangar efektif karena menarik dan dapat menciptakan hubungan emosional yang kuat serta citra positif dengan perkenalan budaya nasional.

Pada tahun 1971, saat tim delegasi Ping-Pong China dan Amerika Serikat saling berkunjung dalam turnamen persahabatan yang menjadi ajang pemulihan hubungan diplomatik kedua negara. Tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya pemulihan dari kondisi bersitegang melalui pendekatan yang lebih positif.

Sesuai dengan pendapat Holt, ajang Olimpiade dapat menjadi ajang promosi bagi negara. Membantu negara tuan rumah untuk dapat memperbaiki hubungan diplomatik, mempengaruhi opini publik, serta merangsang pertumbungan ekonomi dan pariwisata secara le lebih persuasif dan menarik tanpa adanya kekerasan.

Referensi:

Anholt, S. (2007). Competitive Identitiy: The New Brand Management for Nations, Cities and Regions. Palgrave Macmillan.

Holt, S. (2019).The Global Stage: Olympics as a tool for International Relations. Routledge.

Schaefer, R. (2009). The Ping-Pong Diplomacy: A Historical Overview. Journal of International Affairs, 22(1), 45-63.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun