Mohon tunggu...
Fida Imania
Fida Imania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi IQT di STAI Al-Anwar Rembang

Mahasiswa iseng yang punya hobi menyanyi, menikmati semua genre film kecuali horor dan thriller.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Propaganda dalam Dunia Layar Lebar Amerika

3 Juli 2024   13:55 Diperbarui: 3 Juli 2024   14:11 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Kalo kalian pikir-pikir lagi ya, film original animasinya itu kurang SJW apa coba. "Seorang anak perempuan yang menggantikan ayahnya" itu udah emansipasi wanita. Ngapain ditambahin penyihir gajelas. Kaisar yang di animasinya dulu bagus banget perannya, di live actionnya uadah bayar Jet Li mahal-mahal malah jadi ga penting. Terlalu menggila-gilakan SJW, cowo dibuat ga penting semua.", komentar sang pemilik channel.

Singkatan dari SJW sendiri itu adalah Social Justice War. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan individu atau kelompok yang aktif memperjuangkan perubahan sosial atau keadilan sosial, namun istilah "SJW" kadang-kadang juga digunakan secara negatif  untuk mencemooh oleh mereka yang merasa bahwa individu atau kelompok tersebut terlalu agresif atau ekstrem dalam pandangan mereka.

Dalam Youtube Short tersebut pun banyak netizen  yang setuju dengan argumen sang pemilik channel. Salah satunya seorang netizen dengan pemilik akun @nut4ku, ia memberi komentar yang agak panjang dalam Youtube Short tersebut.

"Makin ke sini, Disney Princess itu sifatnya makin girlboss + sexism. Hal ini ditandain dari mereka yang mengatasi masalah sendiri dan gak terlalu bergantung sama male character\prince yang secara tradisional udah jadi penyelamat di setiap adegan klimaks. 

Memang sejak awal, bahkan semenjak zamannya Cinderella(1950) aja, film Disney selalu dikritik sama media-media dan kelompok-kelompok sok open minded  kayak SJW dan feminist di barat sana. Padahal film-filmnya bagus dan oke-oke aja. Coba lu bandingin karakter princess dari zamannya Snow White (1937) sampe Mirabel (2021). 

Dari segi karakter, interaksi, cerita, bahkan temanya aja udah berubah drastis. Dari yang awalnya bercerita tentang seorang putri yang mengalami masalah dan akhirnya diselamatkan oleh pangerannya, akhirnya malah si putri itu sendiri yang mengatasi masalahnya. Bahkan film terbaru akhir-akhir ini seperti Encanto udah ngangkat soal tema persahabatan dan keluarga bukan princess lagi. 

Hal ini udah bener-bener ngerusak citra cerita-cerita princess klasik dan udah gak sebagus film-film era golden age-silver age (1937-1969) sama era renaissance-nya (1989-1998) Disney. Makanya gak heran, adaptasi live action-nya (dari Alice In Wonderland sampe The Little Mermaid) sekarang udah dirombak dari cerita aslinya. Makanya gak heran film-fim Disney sekarang banyak mengandung unsur kesetaraan gender, sexism, rasis, LGBTQ, SJW dll lah."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun