Mohon tunggu...
Fida Fathinah Atifah
Fida Fathinah Atifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

21st Digital Educator | F00d Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Al-Fatihah Pertama

7 Januari 2025   11:28 Diperbarui: 7 Januari 2025   11:28 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bulan Desember 2024 lalu diantara tumpukan dokumen dan segenap pekerjaan yang menumpuk di atas meja kerja di sekolah, tiba-tiba Tuhan memberikan saya ruang jeda. Tak tanggung-tanggung jeda itu diberikan selama lebih dari 14 hari. Jeda-rehat istirahat dan hanya bisa terbaring di kasur sambil tipis-tipis memikirkan tumpukan dokumen yang tertinggal di ruang kerja. 

Selama 14 hari itu juga saya tidak bertemu dengan murid-murid saya yang nampaknya juga bertanya-tanya keberadaan guru yang tiap harinya selalu membersamai mereka. Tapi, sebenarnya 14 hari itu harus ditambah dengan izin dinas selama 14 hari kerja di bulan Oktober, jadi terhitung hampir satu bulan saya tidak bertatap muka dengan murid-murid yang kadang membuat takjub kadang membuat kepala berasap itu. 

Lalu, setelah 14 hari jeda itu dilalaui, tepat setelah murid-murid saya hampir menyelesaikan ujian akhir semester, saya kembali bersekolah dan bertemu wajah-wajah menyenangkan yang akan segera bebas dari ujian-ujian yang tengah berlangsung hampir dua pekan. 

Salah satunya, murid kelas XI bernama Rafly yang sangat tengil tapi sangat mau berproses-berprogress. Setelah melihat saya yang akan masuk ke kelasnya untuk mengawas, bahkan sebelum saya duduk sempurna di kelas nya, ia langsung melontarkan ribuan pertanyaan:

"Ibu kemana aja?"

"Kok ngga keliatan?"

"Sakit apa, bu?"

Ah, anak ini selalu saja meluapkan apa yang ada dipikirannya secara spontan

Sejujurnya, saya tentu merasa senang karena murid-murid saya memberikan perhatian yang artinya empati-simpati mereka terasah dengan baik di sekolah, yang berarti satu nilai di sekolah berhasil dibentuk

"Kan, sakit Fi, sakit tipes," Jawab saya lugas mengingat saya harus mengawas ujian mereka 

"Ohhh, tipes, tau ga bu, ibu sembuh teh soalnya aku doa-in," Ucap Rafly sambil memberikan wajah cengirnya 

Saya tertegun, dua detik, anak ini ada saja tingkahnya tidak saya sehat, sakit, pun sehat kembali, batin saya

"Ah, masa iyaaa?"

"Ehhh, bener ibu mah ngga percaya, kan kemarin kata Bu Ocha harus doa-in ibu biar cepet sembuh." Ucapnya

Saya semakin tertegun dan sedikit kaget, karena ia seperti benar melaksanakan apa yang ia ucapkan

"Emang doain ibu apa?" Ucap saya penasaran sekali

"Al-Fatihah," Tegas jawabnya

Saya tak sanggup menahan senyum bingar itu dan segera muncul di wajah saya. Ah, melegakan sekali menjadi guru, sakit pun saya banyak didoakan, banyak diaminkan, banyak diharap kesembuhannya. Saya jadi percaya kesembuhan saya bukan lagi karena istirahat, bahkan bukan lagi karena obat, tapi Al-Fatihah pertama yang murid-murid saya langitkan untuk saya di 14 hari jeda itu. 

Terimakasih Rafly dan murid-murid saya di sekolah, haru, melegakan, menyenangkan, tak terpikirkan di usia sejauh ini saya bisa mendapat doa-doa baik dari hati hati murid yang tulus itu. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun